Di ruang VIP yang temaram itu, suasana perlahan mencair. Gelas-gelas anggur berisi air mineral setengah kosong, dan aroma basil bercampur keju masih samar tercium di udara. Cindy diam-diam memperhatikan dari sudut matanya — cara Zio menatap Gia yang lembut tapi penuh makna. Ada sesuatu di balik pandangan itu, sesuatu yang membuat Cindy nyaris lupa untuk melanjutkan suapannya. Sementara itu, Gia berusaha menjaga ekspresinya tetap netral. Ia menatap piringnya, sesekali tersenyum sopan saat Zio berbicara, namun dalam dadanya ada debar yang tak bisa dikendalikan. Setiap kali tanpa sengaja mata mereka bertemu, Gia cepat-cepat mengalihkan pandangan, pura-pura sibuk mengelap tangannya dengan tisu. Hingga akhirnya, acara makan selesai. Piring-piring telah diangkat, dan Zio berdiri lebih dulu. “T

