[As, Uva tadi masakin kamu di apartemen. Bajumu juga sudah dirapikan di sana. Kamu nggak lembur, kan?] Satu deret chat dari mami Iren membuat Va’as menghela nafas. Dia menaruh lagi ponsel di atas meja tanpa ada niat untuk membalasnya. Melirik ke samping, di mana Caca terlelap di pelukannya. Tangannya bergerak mengusap kepala Caca, lalu menunduk dan mengecup kening, cukup lama. Va’as menarik diri, diam memerhatikan wajah Caca dengan sangat teliti. ‘Kok aku ngerasa ada yang berbeda dari kamu, Ca,’ gumam Va’as dalam hati. Tatapannya makin ke bawah, kearah dua d**a Caca yang memang terlihat semakin membulat. Va’as mengangkat tangan, menatap telapak tangannya dan bergerak seakan meremas dua barang empuk itu. ‘Iya, beda dari yang kemarin-kemarin. Rasanya lebih berisi,’ lanjutnya, membatin.