Tatapan sinis Vira sama sekali tidak memuat Shila takut. Urusan Shila dan Arga hanay sebatas pasien dengan dokternya saja. Tidak ada yang salah. Jadi kenapa harus panik?
"Shila hanay sepupunya. Gak usah khawatir, Tante Vira" ucap Shila lembut dengan senyum manis yang ditunjukkan penuh ketulusan.
Vira mengepalkan tangannya. eelingnya begitu kuat mengatakan kalau Shila ini bukan sepupu Arga. Ia harus mencari bukti soal Shila, dan kalau apa yang ia resahkan ini benar, sudah pasti ia akan menyingkirkan Shila dari sisi Arga. Apalagi hidup satu atap begini.
Mana ada kucing diam saja kalau dikasih ikan? Jangan ikan tongkol yang enak, ikan asin pun di embat kalau dilihat.
Arga sudah keluar dari kamar mandi dengan pakaian rapi.
"Kalian ngapain berduaan di situ?" tanya Arga serius mendekati Shila dan Vira.
Vira sedang memegang wajah Shila. Ia tadi sedang mengancam Shila untuk tidak mendekati Arga. Kalau sampai itu terjadi, maka Shila akan menerima akibatnya.
Vira menoleh ke arah belakang menatap Arga dengan senyum manisnya.
"Ini Ga, lagi lihat wajahnya Shila, mau aku dandanin, biar makin cantk," ucap Vira beralasan dengan tepat.
Jangan sampai Arga tahu, kalau Vira baru saja mengancam Shila.
Arga mendekati lemari pakaiannya dan memerikan pakaian untuk Shila.
"Pakai ini," titah Arga pada Shila.
Setelah ini mereka baru akan pergi dan Arga siap membelikan beberapa potong pakaian untuk Shila mencari pekerjaan dan bekerja nanti.
Shila menatap Arga dan menagngguk lalau menerima pakaian itu. Shila pun langsung ke kamar mandiuntuk mengganti pakaiannya.
Vira berdiri dan mendekati Arga sambil menatap lekat kekasihnya.
"Kamu yakin, Ga? Dia itu sepupu kamu?" tanay Vira serius.
"Iya. Kenapa?" tanya Arga tetap tenang.
Vira tersenyum kecut. "Kalian gak mirip sama sekali!"
"Emangnya kalau sepupuan harus mirip? Kadang adik kakak kandung aja suka gak mirip," jelas Arga ketus.
"Kamu kenapa sih, Ga? adi manis banget, sekarang ketus. Nyebelin lama -lama," sentak Vira kesal.
Tatapan Vira tajam ke arah Arga yang juga mnatap Vira dengan lekat.
"Kalau kamu gak suka sama sikap aku, ya udah putus aja. Ngapain juga jalanin hubungan kalau masih ada perasaan kesel, emosi, mending gak usah kan? Dari pada kamu malah tertekan terus sama keadaan ini," jelas Arga tak mau ambil pusing soal hubungannya dengan Vira.
Baru beberapa bulan saja, Arga seperti sudah malas dengan hubungan ini. Kalau pun Arga bersikap manis, itu semua hanya kamuflase saja, tuntutan dalam hubungan saja. Tidak lebih.
"Kamu itu sebenarnya gimana sih sama aku, Ga? Kamu suka gak sama aku?" sentak Vira lagi.
Arga menarik napas dalam. Sudah berapa kali ia mendengar pertanyaan yang sama ini dari bibir Vira. Apa satu kali jawaban tidak memuaskan perempuan? Sungguh menyebalkan sekali makhluk yang bernama wanita itu.
"Capek tahu gak?! Denger pertanyaan yang sama setiap hari. Bosen dengernya!" sentak Arga dengan galak. Arga mengambil jaket jeansnya dan memakai minyak wangi di seluruh tubuhnya lalu bersiap untuk pergi.
"Arga! Kamu kenapa sih?" tanya Vira tambah kesal denagn sikap Arga.
"Gak apa -apa Vir. Oke. Aku suka sama kamu. Puas?" tanya Arga ketus.
Vira tak menjawab, ia menggigit bibir bawahnya dan menatap kecewa pada Arga.
"Puas gak?!" tanya Arga kesal.
Vira menganggk pasrah. "Puas."
Shila keluar dari kamar mandi. Ia tak memakai pakaian dalam karena basah. Kaos oblong itu ia tarik ke depan agar tidak menjiplak bentuk dadanya yang lumayan agak besar dengan ujung d**a spontan mengeras. Sungguh menyebalkan sekali. Kalau begini, Arga bisa melihat jelas bentuk d**a Shila. Tadi saja Shila hars menutup bagian depan tubuhnya dengan bantal sofa.
Arga menatap Shila yang terlihat cantik alami dibandingkan Vira yang sudah lengkap dengan polesan wajahnya. Memang cantik seperti boneka barbie tapi tidak alami dan malah kurang gereget.
"Yuk berangkat," ajak Arga yang sudah selesai memakai sneaker dan membawa dompet, ponsel serta kunci mobil.
Shila mengangguk kecil dan berjalan mengikuti Arga serat Vira yang lebih dulu berjalan di depannya.
Kedua sejoli itu nampak saling diam saat duduk berdampingan di dalam mobil. Arga fokus menyetir mobil dan Vira terlihat sibuk dengan ponselnya sambil senyum -senyum sendiri. Sesekali, Arga hanya melirik dan mendiamkan saja Ia tak terlalu peduli dengan Vira, walaupun Vira adalah kekasihnya.
Saat berada di lampu merah, mobil itu berhenti. Shila melihat ke arah luar mobil melalui kaca yang ada di sampingnya lalu memalingkan wajahnya ke arah depan dan tanpa sengaja Arga dan Shila saling bertatapan melalui kaca spion tengah.
Shila langsung memalingkan wajahnya dan menatap ke arah lain. Sedangkan Arga tetap menatap Shila dari kaca spion. Ia suka melihat perempuan yang gemesin dan panik seperti Shila. Terlihat sangat lucu dan polos.
Sesampai di sebuah Mall, Shila memilih berada di dalam mobil saja. Ia tak percaya diri jika harus memakai kaos oblong tanpa pakaian dalam.
"Kamu mau ngapain berada di tempat ini? Ini sepi dan bau lho. Gak mungkin aku tinggalin kamu dengan posisi mobil menyala mesinnya," ucap Arga tak setuju.
"Biarin aja sih. Suka -suka dia, Ga. dia yang pengen kok. Lagi pula ini kan waktunya kia nge -date. Ngapain juga bawa dia berasa bawa autan tahu gak sih," ucap Vira sinis.
"Kamu diem Vira. Biar bagaimana pun dia sepupu aku, harus aku jaga," jelas Arga pada vira.
Vira memnudurkan lankahnya dan menatap tajam penuh ketidak sukaan pada Shila yang sedang dibujuk oleh Arga. Tentu saja, Shila melihat hal itu. Shila tetap pada pendiriannya untuk tidak pergi bersama mereka.
"Atau kamu mau uang saja. Kamu belanja sendiri? api ingat, jam dua siang kamu harus ada disini lagi," titah Arga padaShila.
Arga membuka dompetnya dan memberikan beberapa lembar uang cash serta kartu debit untuk Shila. Shila menatap Arga ang tulus memberinya uang.
"Uang saja, Om. Ini cukup kok," ucap Shila ragu.
"Eum ... Ini kartunya ga?" tanya Arga lagi.
Shila mengelengkan kepalanya pelan. "Gak usah. Ini saha sudah cukup."
"Gak mungkin cukup. Itu cuma tiga ratus ribu. Mana ada pakaian seharga tiga ratus ribu. Ini aku tambahin lagi," jelas Arga sambil memberikan beberapa lembar uang lagi pada Shila.
"Makasih Om," jawab Shila singkat. Shilam enerima uang tersebut. Totalnya sekitar tujuh ratus ribu. sepertinya cukup untuk membeli pakaian an makanan. Perut Shila begitu lapar.
Arga dan Vira sudah pergi lebh dahulu melalui pintu yang ada di dekat parkiran mobil. Sedangkan Shila masih berdiri di samping mobil dan bingung harus kemana.
Tidak mungkin ia masuk Mall dengan keadaannya yang seperti ini.