“Bagaimana, Fer, kamu suka kamarnya?” tanya Retno. Ferdy mengerjap-ngerjapkan mata abu-abu hiunya. Demi menghormati orang yang sudah berusaha keras membahagiakan Bee dan juga dirinya, Ferdy menanggapi pertanyaan Retno dengan senyuman. “Bagus kan kamarnya, Sayang?” Bee mengaitkan tangannya ke tangan Ferdy, lalu menyandarkan kepalanya ke lengan atas Ferdy. “I-iya,” jawab Ferdy. “Kamar anak kalian di sebelah, tapi tenang saja. Ada connecting door di sana.” Retno menunjuk pintu putih di tengah dinding kamar yang merupakan pintu penghubung antara kamar Bee dan kamar Ara. “Terima kasih, Ma,” tutur Bee. “Ya, sudah. Kalian istirahat dulu. Jangan lupa, kita akan makan malam bersama. Oh, iya. Anak kalian akan Mama sandera dulu. Mau Mama ajak main. Kalian beristirahatlah,” tutur Retno. “Iya,