Pembicaraan itu cukup intens, dan terlihat dari jauh keduanya bersalaman penuh kepuasan satu sama lain. “Ayo, anak-anak, kita lanjutkan pesta kita bersama!” seru pria besar itu, mengedikkan kepalanya ke arah kawanannya dengan gaya arogan dan bossy. “Senang bekerja sama dengan Anda, Tuan Vano. Sampai jumpa lagi,” ujarnya senang dengan senyum lebar, lalu melirik ke arah anak kecil tadi dengan suara tajam penuh ancaman. “Sebaiknya kamu tidak mengulanginya lagi, atau kalau tidak, kamu akan lebih sial berjumpat orang yang lebih galak dari kami.” “Kalian bicara apa?” tanya Vero penasaran. “Lupakan saja. Masalah pria. Sekarang, adik kecil, katakan yang sebenarnya kepada kami alasan kamu mencuri, dan di mana dompet David berada?” Alvaro tersedu-sedu dengan bibir gemetar, tampak takut kembali.

