Bab 2

2104 Kata
Ashley menatap pantulan dirinya di depan cermin. Kali ini dia sudah siap dengan kemeja putih panjang, dan juga rok span berwarna hitam. Tak lupa juga dengan flat shoes senada yang berwarna hitam lupa dan tas punggungnya. Ashley keluar dari kamar kos dan menatap Gina dan juga Ella yang baru saja keluar dari kamar. "Magang Ash?" hanya Kak Ella. "Iya nih Kak, doain lancar ya." ucap Ashley. "iya deh, kerja yang bener." Ashley tertawa kecil dia pun langsung berpamitan, kepada dua teman kosnya untuk pergi tempur. Tak lupa juga dia meminta doa restu kepada yang lebih tua darinya. Ashley menaiki angkot untuk pergi ke kantor yang ingin dituju. Awalnya Ashley berpikir jika dia nggak mungkin magang di perusahaan itu. Tapi nyatanya HRD perusahaan itu menelpon Ashley dan meminta Ashley untuk datang pagi ini. Sesampainya di depan kantor, Ashley menghela nafasnya dalam. Berharap dia berhasil disini, nyatanya dia juga gugup kali ini. Ashley masuk tapi langkah kakinya di hentikan oleh satpam kantor. Langsung saja Ashley menunjukkan nomor telepon HRD kantor ini dan membuat Ashley langsung masuk. Ashley langsung mencari ruangan HRD. Tapi sayangnya dia bertemu dengan Sherly. Langsung saja Ashley berpelukan dengan Sherly di depan banyak orang. "Apa yang kau lakukan disini." tanya Ashley bingung. "Magang lah, apa lagi. Aku diterima." ucap Sherly. "Serius Sher? Ya ampun selamat ya, bagian apa?" "Pemasaran." Ashley cukup senang saat Sherly juga masuk dalam satu perusahaan yang sama. Semoga saja dirinya juga bisa di terima di kantor ini. "Ashley..." panggil seseorang. Ashley menoleh dia pun langsung mengangkat tangannya, tanda jika dia yang bernama Ashley. "Saya Pak." ucap Ashley. "Kamu yang bernama Ashley? Kamu sudah ditunggu oleh Presiden Direktur perusahaan ini." katanya. Cenggo. Itulah yang dilakukan Ashley saat ini. Bukannya kalau masalah begini harusnya ke HRD dulu ya kenapa harus ke Bos langsung? Ashley mencoba menjelaskan, apa mungkin dia salah orang atau apa. Lagian nama Ashley bukan hanya sayu tapi jutaan. Dan sayangnya yang magang atau melamar kerja di sini hanya satu yang bernama Ashley. Sudah dipastikan Ashley tambah bingung. Tapi dia juga ngikut aja saat HRD ini mengajak dia ke lantai lima. Lantai dimana ruang Direktur perusahaan ini berada. Agak lumayan ngeri sih, kalau dari jendela kaca, ini pun kalau melompat pasti sudah mati, atau hancur. "Silahkan masuk." ucap HRD membuyarkan lamunan Ashley. Ashley mengangguk dia pun langsung masuk ke ruangan ini, setelah pintunya di buka. Hal pertama yang dia lihat adalah ruangan ini cukup luas. Interior juga mahal, banyak rak buku dan juga satu pintu hitam entah apa. Seperti ruangan di dalam ruangan. "Ehem." Deheman itu membuat Ashley menoleh, dia pun menunduk malu saat kepergok mengamati ruangan ini dengan memuja. "Maafkan saya Pak." ucap Ashley menunduk "Tidak apa-apa, Ashley." jawabnya. Ashley diam, dia pernah mendengar suara itu. Itu seperti suara Jordan Papa Milo. Tapi nggak mungkin Jordan ada disini, dan untuk apa. Karena penasaran Ashley pun langsung mendongak. Mata Ashley membulat seketika saat tahu Bosnya siapa. "Jordan..." lirih Ashley sambil menunjuk Jordan. Jordan bangkit dari duduknya dan bersandar di meja. "Hai, kita bertemu kembali. Aku belum sempat mengucap terima kasih, tapi kamu sudah pergi." ucap Jordan. Ashley mengangguk, "Tidak apa-apa, Pak." "Panggil Jordan saja." ralat Ashley. "Bagaimana mungkin, saya memanggil atasan saja dengan nama saja. Itu sangat tidak sopan." Jordan tersenyum, "Baiklah kamu hanya boleh memanggilku Pak jika kita di kantor. Selebihnya saya tidak mengizinkan kamu untuk memanggil saya Pak." Ashley tersenyum dan mengangguk. Hingga Jordan bilang jika dia kali ini akan menjadi sekretaris Jordan. Apa lagi jurusan kampus Ashley IP-nya juga lumayan tinggi. Dan hari ini adalah hari dimana Ashley harus bekerja. Ashley pamit keluar saat sekretaris Jordan satunya lagi datang ke ruangan ini, dan mengajak Ashley ke mejanya. **** Evelyn meronta di gendongan Frida. Dia pun langsung turun dan berlari kecil mendahului Frida dan juga Milo. Kali ini Frida memang sengaja mampu ke kantor sang anak untuk membahas pernikahan Jordan dan juga Amelia. Frida nggak mau melihat anaknya menjadi duda lapuk sepanjang masak, akibat kesalahannya dulu. Ya dulu dia salah telah menjodohkan Jordan dengan orang yang tidak sangat dicintai oleh Jordan. Dan mengakibatkan Milo mengalami cacat mental. Dia takut tempat sempit, takut gelap dan juga takut sendirian. Semua ini karena siksaan Lail mantan istri Jordan dulu. Masih mending Lail pergi bersama dengan orang yang dia cintai, dan meminta cerai pada Jordan. Tanpa banyak bicara Jordan pun langsung menceraikan Lail dan mengambil semua anaknya. "Evelyn jangan berlari, Milo gandeng tangan adikmu nak." ucap Frida pada kedua cucunya. Milo menurut dia pun langsung menggandeng tangan mungil Evelyn. Tapi langkah Milo berhenti saat matanya menatap Kakak kemarin yang mengantar Milo pulang. Kakak itu menatap Milo, lalu tersenyum. Tapi tidak bagi Milo, dia menampilkan wajah datarnya. Sampai dia tak sadar jika genggaman tangan Evelyn pun terlepas. "Mama…," panggil Evelyn. Frida yang menyadari Evelyn memanggil seseorang pun langsung berlari ke arah Evelyn. Dia pun langsung menggendong Evelyn yang mulai menangis. Lalu menatap gadis kemarin yang menyelamatkan Milo. "Sayang dia bukan mama kamu." ucap Frida. Bukannya berhenti menangis Evelyn malah semakin meronta dalam pelukan Frida. Langsung saja Frida menatap Ashley tajam, dia memang tidak suka gadis itu. Langsung saja Frida menggendong Evelyn dan menggandeng Milo masuk ke ruangan Jordan. "Ya ampun mah Evelyn kenapa nangis." tanya Jordan saat mendengar suara tangisan sang anak, memasuki ruangannya. Jordan pun langsung menggendong alih Evelyn dan mencoba menenangkan Evelyn. "Cup sayang, diem ya." ucap Jordan. Bukannya berhenti menangis, Evelyn malah menangis sambil berteriak. Jordan pun menatap anak laki-lakinya yang tersenyum tipis, lalu menatap mamanya yang malah menatap Jordan aneh. "Milo, kamu nggak papa nak?" hanya Jordan menatap Milo. "Gak papa Pah." jawab Milo cuek. "Terus adik kamu kenapa nangis." "Lihat Tante Ashley." Seketika itu juga Jordan langsung diam. Dia masih ingat betapa manjanya Evelyn pada Ashley. Bahkan tidur pun di gendong oleh Ashley. Apa mungkin Evelyn merindukan sosok Ibu di sampingnya? Tapi Jordan bisa menjadi sosok Ibu dan ayah untuk Milo dan juga Evelyn. "Makanya buruan nikah. Kamu kenapa sih ngeduda aja, lagian calon yang mama pilihin udah bener kok." omel Frida. "Mah menikah bukan perkara gampang. lagian mamah mau aku gagal lagi dalam rumah tangga? Aku pengen nikah kalau aku sudah menemukan yang tepat. Apa lagi jatuh cinta itu faktor utama untuk langgengnya rumah tangga." jawab Jordan kesal. Selalu saja Mamahnya ini menyuruh Jordan untuk segera menikah. Pernikahan yang pertama saja membuat Jordan kapok. Apalagi menikah untuk kedua kalinya. Dan lagi jodoh selalu ditentukan oleh Mamanya. Jordan masih sanggup cari jodoh sendiri walaupun dia duda anak dua. Tanpa perlu dicarikan juga banyak yang ngantri pengen nikah sama Jordan. Hanya saja dia pemilih. Dia nggak mau gagal lagi, dia ingin menikah satu kali seumur hidup. Walaupun yang pertama kalinya gagal, Jordan juga nggak mau yang kedua kalinya gagal juga. Dan jadiin Jordan duda lagi. Tidak mau ambil pusing, Jordan terus menenangkan Evelyn yang terus menangis. Apalagi nangisnya Evelyn tambah kenceng. Mungkin sampai depan pun akan terdengar jelas. "Tuh lihat, anak kamu juga butuh mama. Lihat orang lain langsung bilang mama. Kamu nggak kasihan apa sama anak kamu. Jangan mentingin urusan kantor aja dong. Urusin jodoh juga, lagian Amelia nggak buruk juga. Mama kenal betul sama Amelia." ucap Frida. Jordan tidak menanggapi. Dia memilih fokus menenangkan Evelyn yang semakin kencang menangis. Padahal Jordan sudah menunjuk luaran jendela kantor untuk menunjuk burung dan temannya. Nyatanya Evelyn tidak berhenti menangis pula. "Kan kalau punya istri enak. Ada yang masakin, ada yang bikin kopi, bersihin rumah, siapin peralatan kantor kamu." ucap Freda lagi. Berharap anaknya merespon dan ingin menikah dengan wanita yang dia pilih. Jordan menghela nafasnya, "Aku cari istri mah, enggak cari pembantu." jawab Jordan cuek. Seketika itu juga Frida mendengus. Dia pun langsung diam dan nggak mau berdebat lagi dengan Jordan. Lagian dia masih memiliki banyak cara agar Jordan dan juga Amelia menikah. Walaupun cara licik sekalipun. **** Hampir saja Ashley menutup telinganya. Ini sudah setengah jam setelah kedatangan Evelyn dan Milo, dia tidak bisa konsentrasi bekerja. Apalagi Evelyn yang terus menangis dan memanggil Mama. Sudah dipastikan yang dimaksud Mama kali ini adalah Evelyn. Padahal Ashley juga bilang, kalau Ashley ini bukan Mamanya. Tapi dasarnya anak kecil mau di bilang kayak apapun tetap saja ngeyel. Ashley berdiri dari duduknya, dia pun menatap sekretaris sebelahnya dengan tatapan memelas. Dia nggak tahan lagi, mungkin kalau Ashley masuk ke ruangan itu Evelyn akan diam. "Kamu kenapa natap aku kayak gitu?" ucap Agnes. Ashley nyengir, "Mbak gak ada berkas yang pengen di kasih ke Pak Jordan gitu?" tanya Ashley ragu. "Ada sih, kenapa Ash? Kamu mau ngasih ke Pak Jordan?" Seketika itu juga Ashley langsung mengangguk cepat, menatap Agnes dengan tatapan berbinar. Agnes yang tahu pun langsung tertawa kecil dan memberikan berkas biru pada Ashley. Ashley pun langsung berjalan beberapa langkah ke pintu ruangan Jordan. Meja dia berada di dekat pintu, tidak terlalu jauh sih. Tapi lantai ini cukup sepi. Setelah mengetuk pintu dan mendapat instruksi masuk. Ashley pun langsung masuk dan menatap Evelyn yang langsung menatap Ashley dan menangis. Jangan lupakan tatapan nggak suka si mak lampir, yang langsung menatap Ashley sinis. "Maaf Pak, saya cuma mau nganter berkas yang harus di tanda tangani." ucap Ashley "Taruh saja di meja." Ashley mengangguk dia pun langsung menaruh berkas itu di meja. Lalu membalik badannya pergi. Tapi saat mendengar tangisan Evelyn semakin kencang membuat Ashley tidak tega. Di depan pintu yang terbuka pun, Ashley langsung membalik badannya dan menghampiri Jordan. Tentu saja hal itu langsung membuat Jordan bingung setengah mati. Belum lagi Evelyn yang mengarahkan tangannya pada Ashley. "Ada apa? Maaf saya sedang sibuk dengan anak saya." ucap Jordan. Ashley menghela nafasnya, "Siniin Pak Evelynnya, siapa tahu setelah saya gendong dia diam." ucap Ashley. Jordan nampak ragu, tapi Evelyn langsung mengarahkan tangannya pada Ashley. Langsung saja Ashley menggendong Evelyn dan mengajaknya keluar dari ruangan ini. Mungkin saja dia gerah, tapi enggak mungkin juga ruangan Direktur kok nggak ada pendinginnya. Nggak mampu bayar listrik atau gimana? "Cup ya anak manis, Evelyn diam ya kan udah sama Tante." ucap Ashley saat dia kembali ke meja kerjanya. "Mama...." lirih Evelyn Mata Agnes membulat seketika saat mendengar Evelyn anak Bosnya ini memanggil Ashley Mamah. Dia pun langsung menghampiri Ashley yang sibuk membuat burung dari kertas. "Jadi kamu mamanya Evelyn, Ash?" tanya Agnes tidak percaya. "Aduh Mbak Agnes jangan ngarang deh. Aku bukan Mamahnya." jawab Ashley. "Itu dia panggil kamu Mamah Ash." kukuh Agnes. Mau nggak mau Ashley pun langsung menceritakan apa yang terjadi sebelumnya. Saat dia bertemu dengan Milo, dan juga Evelyn yang langsung memanggilnya Mama saat itu juga. Padahal Ashley juga udah jelasin pada Evelyn kalau Ashley bukanlah Mamanya. Tapi namanya anak kecil mana ngerti. "Aku pikir kamu ini Mamanya, yang hilang entah kemana?" ucap Agnes tertawa kecil. "Enggak lah, aku masih kuliah dan belum menikah. Masa udah punya anak duluan." "Ya siapa tahu nyicil duluan Ash, kan enggak masalah." kekeh Agnes dan kembali ke mejanya. Ashley geleng kepala. Dia pun menggendong Evelyn sambil bekerja. Sesekali mengajak Evelyn, tidak jenuh juga. Apa lagi disini hanya ada burung dari kertas saja. Hingga Evelyn merengek minta gendong. Ashley pun menggendong Evelyn sebentar. Lalu duduk kembali dengan cara memeluk Evelyn, dan memukul kecil punggung Evelyn dan bergoyang kekiri dan kanan secara pelan. Belum lagi tangan satunya dia buat untuk menulis, satu laporan yang harus dikerjakan. Karena tidak terlalu fokus, Ashley sampai nggak tahu kalau saat ini Evelyn tengah tertidur pulas di gendongannya. Sambil menggendong dan bergumam Ashley pun terus menulis laporan dengan satu jari. Agak lambat sih tapi nggak papa yang penting Evelyn diam. "Ashley..." Panggilan itu membuat Ashley mendongak. Dia pun menatap Jordan yang berdiri di sampingnya. "Pak Jordan..." lirih Ashley saat dia sadar, jika Evelyn sudah tertidur pulas. Apa lagi Evelyn ini paling sensitif kalau denger suara. Dia pasti akan bangun lagi dan rewel. "Udah tidur? Saya gendong ya." ucap Jordan . Ashley mengangguk. Hingga Jordan membungkuk di depan Ashley. Seketika itu juga aroma maskulin menyeruak begitu saja di indera penciuman Ashley. Belum lagi dengan sengaja Jordan menolehkan kepalanya ke samping kanan dan membuat Ashley langsung memiringkan wajahnya. Jordan menggendong Evelyn dengan pelan. Hingga pindah di bahu kekarnya. Dia pun menatap Ashley tersenyum tipis. "Terima kasih, telah menenangkan Evelyn." ucap Jordan. Ashley mengangguk hingga Jordan pun kembali masuk ke ruangannya. Ashley menghela nafasnya lega, sejak tadi dia menahan nafasnya saat aroma maskulin itu menyapa hidungnya, belum lagi lirikan Jordan yang membuat Ashley jadi berpikir iya-iya. "Ash..." panggil Agnes dan membuat Ashley menoleh. "Apaan Mbak?" "Kalau Bapaknya enggak peka. Pepet aja dulu anaknya, entar Bapaknya juga ngelirik." kekeh Agnes. "Apaan sih Mbak. Mana mungkin lagian itu istrinya kenapa nggak dibawa sih, udah tau anaknya gampang rewel." Agnes menghela nafasnya panjang, lalu menatap Ashley dengan tatapan sedihnya. "Pak Jordan duda." **** Hihihi up dong, wkwkwk. Pengen tahu reaksi kalian nih.. Jangan lupa vote, komen yee, bonus-follow kuy akunku
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN