Bab 2. Setelah Lima Tahun

1073 Kata
Lima tahun kemudian, Kirana sudah menyelesaikan kuliahnya, dia juga sempat bekerja di sebuah perusahaan kecil sebagai staff HRD. Selama lima tahun itu dia tidak pernah sekali pun bertemu dengan Ryan. Dia juga tidak pernah berharap bertemu dengan pria yang meninggalkan luka untuknya. Hari ini adalah hari pertama Kirana bekerja di perusahaan Adhitama Grup. Dia baru diterima di perusahaan itu sebagai staf HRD. Perempuan itu merasa bangga bisa bekerja di salah satu perusahaan besar seperti Adhitama Grup. Kirana melangkahkan kaki dengan semangat saat memasuki perusahaan itu. Ruang kerjanya berada di lantai sepuluh. Dia terus menuju lift untuk naik ke lantai sepuluh. Antrian di depan lift sudah mulai panjang. Manajer HRD perusahaan itu menunggu Kirana jam delapan pagi di ruangannya. Tiba di lantai sepuluh. Dia mencari langsung mencari ruangan manajer HRD. Kirana berjalan sambil membaca tulisan yang ada di setiap pintu. "Nah, ini dia ruangan manajer HRD." Perempuan itu merapikan kemeja dan rambutnya yang dia ikat ekor kuda agar terlihat rapi, baru dia mengetuk pintu. "Selamat Pagi, Pak. Saya Kirana Larasati, karyawan baru di bagian HRD," ucapnya dengan lantang setelah mendapat izin masuk ruangan. "Pagi, juga. Silakan duduk." Pria itu berdiri menyambut kedatangan Kirana. "Selamat datang di perusahaan Adhitama Grup. Perkenalkan saya Dimas Wicaksono, manajer HRD di perusahaan ini. Saya akan menjelaskan beberapa hal mengenai pekerjaan kamu." Pria itu mengembangkan senyum untuk Kirana. Kirana mendengarkan semua penjelasan dari manajer HRD dan dia catat di ingatannya. "Jam sembilan kita ada meeting, ada beberapa hal yang harus dibahas, sekaligus untuk memperkenalkan kamu pada semua staf HRD. Sekarang kamu boleh tunggu di ruangan. Saya antar ke ruangan kamu." "Baik, Pak. Terima kasih sudah menyambut dan menerima saya dengan baik." Kirana bangkit membungkukkan badannya pada manajer HRD memberikan hormat. Dimas pun bangkit untuk mengantar perempuan itu menuju ruang kerjanya. Mereka masuk ruangan yang di pintunya bertuliskan staf HRD. "Selamat pagi semua." Dimas menyapa semua staf HRD yang berjumlah lima orang di ruangan itu." "Pagi, Pak," jawab semua staf bersamaan. "Mohon perhatiannya sebentar. Mulai hari ini ada staf yang baru bergabung, namanya Ibu Kirana Larasati. Semoga bagian ini semakin solid dan kerjanya tambah semangat dengan penambahan staf baru, ya. Ibu Kirana bisa duduk di meja yang kosong di sebelah sana." Pria itu menunjukkan meja kosong yang akan menjadi tempat duduk Kirana selama bekerja di bagian HRD. "Mengingatkan kembali, jam 9 kita ada meeting. Tolong hadir tepat waktu. Saya permisi dulu. Selamat bekerja semuanya." Kirana berkenalan dengan staf HRD satu persatu. Staf HRD didominasi perempuan. Hanya ada 1 orang pria selain Dimas sang manajer HRD. Mereka berbincang santai sambil menunggu jam meeting dan menyiapkan bahan meeting hari itu. *** Selesai meeting hampir jam 12 siang. Kirana diajak staf HRD lain menuju kantin kantor yang berada di lantai 15. "Kita harus datang duluan ke kantin supaya enggak terlalu antre karena tepat jam 12 pasti diserbu semua karyawan," ucap Rania salah satu staf HRD. "Memangnya semua karyawan makan siang di tempat yang sama, Mbak?" "Iya, bahkan CEO perusahaan ini pun makan siang di kantin kalau lagi enggak ada meeting di luar." "Oh, Mbak kok tahu banget soal CEO perusahaan ini?" "Iya karena CEO perusahaan ini banyak disukai karyawan karena orangnya cool banget. Yah, walaupun katanya dia udah nikah dan punya anak cowok, tapi banyak kok yang pengen jadi selingkuhannya." "Kok aneh sih, Mbak? Jadi selingkuhan kok rebutan. Bukannya jadi selingkuhan itu enggak baik, ya?" "Kamu tuh polos banget ya, Kiran, kalau cowoknya seganteng CEO kita, semua rela jadi apa aja, selingkuhan, simpanan, TTM semua juga mau, iya enggak, Sil?" Rania mencolek Silvi yang juga staf HRD. "Iya pake banget." Kirana menggelengkan kepala, tetapi dia penasaran dengan tampang CEO perusahaan itu yang membuat karyawan perempuan di perusahaan Adhitama Grup tergila-gila padanya. Mereka mulai antre untuk mengambil makan siang lalu duduk bersama di salah satu meja yang letaknya di pojokan. "Eh, itu CEO dateng mau makan siang bareng di sini." Rania mencolek Silvi. Beberapa pria berjas rapi masuk kantin. Mereka adalah CEO Adhitama company dan beberapa manajer perusahaan itu. "Nah iya, itu loh Kiran CEO kita yang baru, ganteng banget, kan?" "Yang mana sih?" tanya Kirana pada Silvi sambil memperhatikan pria-pria yang mulai antre mengambil makan siang. "Itu yang pake jas navy, yang tinggi." Perempuan itu memperhatikan satu persatu pria yang datang tadi. Namun, banyak orang yang menghalangi karena kantin sudah mulai ramai karyawan yang akan makan siang. "Enggak keliatan, ah, banyak yang ngalangin." Kirana berkata pada Silvi. "Sabar nanti juga keliatan. Kita tunggu aja CEO itu duduk di mana. Kalau udah selesai makan, nanti kita lewati mejanya." Perempuan itu melanjutkan makan siangnya. Dia lebih tertarik pada makanan di hadapannya daripada mencari tahu CEO perusahaan itu. Setelah menghabiskan makan siangnya, Kirana mendadak sakit perut. "Aku duluan ya, Mbak, mau ke toilet dulu." Kirana bangkit dan berjalan cepat mengembalikan piring dan segera menuju toilet. Tanpa dia sadari ada sepasang mata yang menatap ke arahnya karena pergerakannya yang cepat itu menarik perhatian sang pria. Selesai urusan di toilet, Kirana berniat kembali ke ruangannya. Baru saja keluar dari toilet, lengannya ditarik oleh seseorang. Sebelum dia berteriak mulutnya dibekap oleh orang itu. Tubuhnya terus dibawa orang itu ke suatu tempat. Kirana mencoba melawan tetapi tenaganya tidak cukup besar untuk melepaskan diri dari cengkraman pria itu. Dia pun di bawa ke tangga darurat. Baru kemudian lengan Kirana dilepaskan di sana. Mereka berdiri berhadapan. Betapa terkejutnya Kirana melihat pria yang ada di hadapannya. Matanya membulat tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Debaran jantungnya semakin cepat dan dadanya tiba-tiba terasa sesak. "Apa kabar, Kirana?" tanya pria bersuara berat itu. Di balik tatapannya tersirat perasaan rindu pada perempuan itu. "Maaf, Anda siapa, ya? Saya tidak kenal dengan Anda." "Oh, jadi ternyata kamu sudah lupa denganku?" Pria itu menatap tanda pengenal perempuan itu. "Oh, kamu kerja di sini? Sejak kapan? Kok aku baru lihat kamu sih?" Kirana melihat tanda pengenal yang dia kalungkan di leher. Dia segera melepas tanda pengenal itu. "Maaf, aku tidak ada urusan dengan Anda, permisi." Belum sempat meninggalkan tangga darurat, langkah Kirana dihentikan oleh pria itu. Dia berdiri tepat di hadapannya. Pria itu terus berjalan membuat Kirana terus mundur hingga punggungnya menabrak tembok di belakangnya. Dia mendekatkan wajahnya pada wajah Kirana. Menatap tajam pada perempuan itu. "Kamu tahu siapa pemilik perusahaan ini? Adhitama Grup." Debaran jantung Kirana semakin cepat dia mencoba berpikir keras mencari tahu siapa pemilik perusahaan itu. Dia ingat nama pria yang ada di hadapannya adalah Ryan Adhitama. "Jangan-jangan?" gumam Kirana dalam hati. Dia terkejut saat menemukan fakta bahwa dia sudah mengenal pria itu sejak lama.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN