Mayang memandang kantor rumah sakit dengan hati berdebar. Ia ingin menemui Bu Zainab. Hari ini tepat seminggu sudah pernikahannya dengan Sena. Dan selama seminggu ini, Mayang telah berulang kali berpikir tentang keinginannya menemui Bu Zainab. Ia ingin melaksanakan kewajibannya sebagai seorang menantu yang baik. Perkara apakah Bu Zainab senang atau tidak dengan perhatiannya, itu perihal lain. Bu Zainab memang sedang tidak sehat pikirannya. Dirinya sebagai orang yang sehat sekaligus menantu, punya kewajiban moral di sini. Ia bersedia menikah dengan Sena. Itu artinya ia harus bersedia menerima ibu Sena juga, apapun keadaannya. Walau bagaimanapun, Sena bisa sesukses ini, pasti karena peranan besar sang ibu dalam proses menuju keberhasilannya. Mayang tidak bisa menutup mata akan hal itu. Suar