"Aku udah DP rumah itu," beri tahu Ardian pada Dinar setelah ia kembali ke rumah. "Rumah yang mana?" "Rumah yang ada pohon mangganya." Ardian menyahut cuek. Seketika Dinar merespon heboh. Perempuan itu langsung duduk dan menarik kursi supaya bisa bicara berhadapan dengan Ardian. "Aku bilang 'kan jangan. Kok kamu malah DP-in?" Ardian yang baru selesai menenggak air minum, terlihat menarik napas panjang. "Rumah itu yang paling sesuai kemauan kamu, Dinar. Aku udah lihat rumah lainnya, tapi gak ada yang bagus dan cocok." "Mana buktinya? Kok kamu gak kasih tahu aku dulu?" Perlahan Ardian merogoh saku celananya. Ia kemudian membuka galeri ponsel untuk menunjukkan beberapa rumah yang sudah ia lihat kondisinya. "Ini gak jauh dari kantor, paling cuma dua ratusan meter. Tapi, padat ban