“Sayang …. Tenang, ya? Mas khawatir sekali … Kamu masih hangat ini badannya.” Renjana mengecup puncak kepala Sera dan kembali menyentuh lengan Sera yang masih terasa hangat. Namun, tangis Sera tetap tidak mereda, seolah menangis adalah hal favoritnya sekarang ini dan tidak ada yang bisa menghentikannya. Renjana juga paham, sang istri sepertinya sedang mengeluarkan semua sesak di hati yang sejak kemarin menyiksanya begitu hebat, namun di sisi lain dia juga khawatir dengan keadaan Sera yang masih belum sehat. Sera sendiri sedang sibuk meratapi apa yang terjadi pada rumah tangganya dan kesakitan yang diderita masnya setelah dia mengetahui semua fakta itu. Rasa sesak itu justru semakin merajalela di hati Sera saat akhirnya dia bisa kembali melihat sang suami. Bagaimana pria itu yan

