“Apa Mas antar sekalian sampai lantai kamu, Dek? Masih belum ikhlas rasanya berpisah dengan kamu. Mas khawatir.” Sera yang mendengar itu langsung mengulum senyum tipis sambil membasahi bibir. Nada Mas Renjana lagi-lagi terdengar merajuk. Mereka baru saja tiba di kantor dan kini baru keluar dari mobil. Pria itu sejak di rumah terus dilanda resah meski Sera sudah mengatakan baik-baik saja. Dan sepanjang perjalanan menuju kantor, rasanya Sera bukan mual sebab hormon kehamilan, namun mual dengan pertanyaan berulang yang diajukan suaminya. ‘Apa kita putar balik saja, Dek? Kamu masih sedikit pucat ini. Cuti saja, ya?’ ‘Benar kamu tidak apa-apa, Dek? Tidak pusing? Lemas?’ ‘Mas khawatir kamu pingsan lagi seperti kemarin, Sayang.’ ‘Harusnya kamu istirahat dulu ini. Pulang saja, ya? Ki

