Renjana menarik napasnya panjang dan menahan kepalan tangannya yang sudah ingin melayang untuk meninju wajah Galih. Rasa-rasanya, Renjana yang tidak pernah melayangkan tinju seumur hidup kini ingin meninju wajah Galih bertubi-tubi. Namun, usapan lembut sang istri di lengannya membuatnya harus menahan diri. Tidak mungkin juga dia membuat keributan di tempat umum, apalagi Galih tidak melakukan penyerangan. Renjana masih mencoba bersikap waras dan memikirkan dampak dari tindakan gegabahnya, beruntung Sera terus memeluk lengannya seolah membantu Renjana untuk mengontrol amarah. “Aku ingin menyelesaikan sebagaimana mestinya, meski sangat terlambat. Tapi, aku tau kita belum benar-benar berakhir, Anas.” Galih kembali bersuara dengan nada yang sarat putus asa. Pria itu menatap Sera deng

