“Nina?” Ryan menahan nafas seketika begitu mendapati Nina telah berdiri di hadapannya ketika ia berbalik. Sambungan teleponnya dengan Donny sudah terputus. Setetes air mata jatuh membasahi pipi Nina yang bersih. “Lo bilang apa tadi?” Ryan menelan ludah, menyimpan ponselnya di saku, melangkah maju. “Jangan mendekat!” seru Nina lantang. “Jangan teriak-teriak, Nina. Riry lagi tidur.” “Sekarang lo lebih peduli soal Riry tidur daripada apa yang lo bicarain sama papa gue?” Nina masih berseru-seru, hatinya sakit sekali. Padahal baru beberapa menit lalu ia berpikir untuk memperbaiki hubungannya dengan Ryan. “Oke oke, kamu tenang dulu, ya? Kita bicara baik-baik,” ucap Ryan mencoba menenangkan. “Nggak perlu!” Nina menepis tangan Ryan yang terulur mencoba menyentuhnya. “Padahal lo tahu gimana