bc

Ayah Untuk Hanna

book_age18+
4.1K
FOLLOW
19.1K
READ
second chance
friends to lovers
goodgirl
CEO
heir/heiress
drama
bxg
icy
realistic earth
widow/widower
like
intro-logo
Blurb

(On Going - slow update & Jauh dari kata Tamat)

Silahkan follow IG Restianirista.wp dan pantau story nya untuk tahu cerita yang di update.

Bunda, Hanna mau Ayah...

Permintaan dari mulut kecil seorang bocah kecil yang selama masa hidupnya tak pernah melihat sosok sang ayah.

Mungkinkah sang ibu bisa mengabulkan permohonannya?

Adakah pria diluar sana yang bisa menerima pasangan ibu dan anak itu satu paket?

chap-preview
Free preview
Part 1.
Sena mengapit tasnya di bahu dan melihat sosok orang yang paling disukainya tengah menunggunya di luar kelas. "Lama?" Tanyanya seraya meraih uluran tangan Adam, pria yang sudah menjadi kekasihnya selama enam bulan terakhir ini. "Engga juga." Jawab pria itu dengan senyum di wajahnya. "Kebetulan tadi ada teman ngobrol." Lanjutnya dengan santai. Sena tersenyum. Ia tahu Adam akan mengatakan demikian meskipun pria itu telah menunggunya selama lebih dari setengah jam. "Lapar?" tanya Adam kemudian. Sena menganggukkan kepalanya. Mereka berjalan menuju kantin kampus yang kala itu sudah cukup sepi mengingat ini sudah menjelang sore hari dan memesan makanan kesukaan mereka. Mie rebus dengan irisan cabai dan tentu saja toping telur setengah matang. Cukup lama mereka menghabiskan waktu dengan mengobrol sebelum akhirnya Adam memutuskan untuk mengantar Sena pulang. Begitulah rutinitas mereka hampir setiap harinya selama enam bulan terakhir ini. Adam akan menjemputnya jika kebetulan pria itu pulang kerja lebih awal dan menungguinya sampai kuliah Sena selesai. Setelah makan, Adam akan mengantarnya pulang. Dan setiap kali mengantarnya pulang, Adam akan berpamitan pada orangtuanya sekaligus secara tidak langsung memberitahukan pada orangtuanya kalau pria itu sudah melaksanakan amanat yang ayah Sena berikan untuk menjaga Sena. Jika secara kebetulan kakak Sena berada di rumah, Adam akan menghabiskan waktu lebih lama dengan mengobrol karena Adam juga merupakan teman baik sekaligus satu kantornya kakak Sena, Luthfi. Ya, sederhananya, Luthfi adalah orang yang menjembatani hubungan Sena dan Adam. Dan Adam adalah salah satu junior Luthfi di kantor. Pertemuan pertama mereka terjadi kala Sena menemani kakaknya di rawat di rumah sakit. kakaknya terkena demam berdarah dan saat itu Adam serta beberapa rekan kerjanya yang lain datang menengok. Orang-orang tampaknya tidak terlalu terkejut kala melihat Sena. Dari apa yang Sena simpulkan saat ia berkenalan dengan teman-teman kakaknya itu, rupanya selama ini kakaknya memajang foto keluarga mereka di meja kantornya. Jadi menurut mereka, mereka seolah sudah mengenal Sena sekalipun ini untuk pertama kalinya mereka bertemu. Dan diantara rekan-rekan kakaknya itu, ada satu pria yang menarik perhatian Sena. Pria itu bisa dikatakan tidak banyak bicara. Sesekali tersenyum dan menimpali pembicaraan teman-temannya yang lain, namun jarang memulai pembicaraan. Dan itu, membuat Sena entah bagaimana tertarik padanya. Sena tidak pernah berpacaran sebelumnya, namun ia tahu kalau apa yang ia rasakan pada Adam itu sejenis rasa suka. Atau bisa dikatakan sebagai 'cinta pada pandangan pertama'. Rasanya asing, membuat jantungnya berdebar. Disaat bersamaan ia merasa malu namun juga ingin terus menatap sosok itu. Entah mungkin kakaknya menyadari itu atau bagaimana. Sekembalinya kakaknya dari rumah sakit, kerap kali kakaknya itu mengajak Adam—sesekali hanya Adam saja atau sesekali bersama rekan-rekannya—untuk datang berkunjung ke kediaman mereka. Sena awalnya tidak curiga dengan niatan kakaknya. Namun kala suatu sore mereka tengah berkumpul, kakaknya tiba-tiba menyebutkan nama Adam dalam perbincangan. Memuji bagaimana cerdasnya pria itu. Rajinnya ia bekerja dan tanpa meninggalkan ibadah. Dan banyak lainnya yang membuat ibu Sena pun turut tertarik dalam percakapan itu. Dan di sore lainnya, tiba-tiba saja ibunya bertanya padanya tentang pendapatnya mengenai Adam. Sena terkejut. Setelah hampir dua puluh satu tahun keluarganya menyuruhnya untuk menjaga jarak dengan pria dan tidak berpacaran, kenapa tiba-tiba ibunya menanyakan perasaannya pada seorang pria. Namun Sena, seperti biasanya hanya berkata dengan jujur. Ia dengan terang-terangan berkata pada ibunya kalau dia suka pada teman kakaknya itu. Bagaimana tidak? Adam tampan, itu pertama. Dia juga sopan. Dan tutur bahasa pria itu sangat halus. Pria itu memiliki etika yang bagus. Dia tahu bagaimana harus bersikap di depan orang tua dan bagaimana berkomunikasi dengan teman-teman seusianya. Bahkan saat bicara dengan rekan-rekannya pun, Sena tidak pernah mendengar pria itu mengucapkan kata-kata kasar. Waktu terus berlalu, Sena pikir tidak akan ada apa-apa antara dirinya dengan Adam. Namun ia salah. Karena berbulan setelah pertemuan pertama mereka dan beberapa kali pertemuan dimana Sena hanya sekilas lalu memandangnya, Adam justru mengatakan isi hatinya dan menyampaikan perasaan sukanya pada Sena. Sena cukup terkejut kala mendapatkan pesan asing di ponselnya, namun keterkejutannya berubah menjadi panik dan gugup saat tahu kalau itu adalah pesan dari Adam. Sena tidak perlu bertanya siapa yang memberikan pria itu nomor ponselnya, karena ia sendiri sudah jelas tahu jawabannya. Namun yang ingin ia tahu, apakah Adam semudah itu mendapatkannya, atau pria itu mendapatkan sesuatu terlebih dahulu dari kakaknya. Adam tidak berbasa-basi, pria secara langsung meminta bertemu dengan Sena berdua karena ada pembicaraan penting yang ingin disampaikannya. Sena lantas mengatakan pada Adam tentang jam kuliahnya dan pria itu berkata kalau dia akan menjemputnya. "Kamu mau coba, jalani hubungan sama Mas?" itulah pertanyaan yang Adam ajukan setelah pria itu membawa Sena ke sebuah kedai makan yang letaknya tak jauh dari area kampus. Bukan restoran bintang lima. Bukan pula kafe kekinian dimana anak-anak muda banyak nongkrong disana. Namun sebuah kedai makan kaki lima yang bahkan tidak membuat kesan romantic sama sekali. "Maksudnya?" Tanya Sena gugup. Dia paham kemana alur pembicaraan, tapi dia butuh kata-kata yang jelas supaya dia tidak salah tangkap. "Mas suka sama kamu, sejujurnya dari pertama kali ketemu kamu di tempat Bang Luthfi waktu itu. Tapi waktu itu, Mas ragu. Terlebih Mas tahu kalau Bang Luthfi sangat overprotective sama kamu." ucap Adam dengan malu-malu. "Lalu suatu sore, Mas kepergok lagi lihat-lihat medsos kamu dan Bang Luthfi negur Mas." Ucapan Adam jelas membuat Sena memandang pria itu dengan mata terbelalak. Kakaknya pasti memarahi Adam. Itulah yang ada di pikiran Sena saat itu. "Apa yang Abang katakan?" Tanya Sena penasaran. Anehnya, alih-alih kesal, Adam malah tersenyum dan memandang Sena dengan mata indahnya itu. "Abang kamu bilang kalau Mas emang suka sama kamu, Mas harus bilang sama kamu. Mas harus gentle dan nyatain perasaan Mas secara langsung." Ucap Adam sambil memberikan cengirannya yang menggemaskan. "Jadi ya, Mas disini, utarakan perasaan Mas sama kamu." ucap Adam lagi. Sena jelas merona saat itu juga. Dia hanya bisa menggigit bibirnya supaya tidak memekik lantang karena rasa bahagia yang membuncah karena ternyata, rasa sukanya selama ini tidak sepihak. Tapi juga Adam turut merasakannya. "Jadi gimana, mau coba jalanin hubungan sama Mas?" Tanya pria itu lagi. Dengan malu-malu, Sena menganggukkan kepala dan ia kembali diberikan bonus senyuman manis pria itu. "Mas tahu mungkin ini kedengarannya gombal. Tapi Na, Mas mau sama kamu dengan niatan yang serius. Bukan main-main, bukan Cuma berkencan dan pacaran seperti ABG-ABG pada umumnya seusia kamu. Mas berniat untuk menjalani hubungan ini dengan serius, jadi kamu jangan sampai panik kalau suatu saat, secara tiba-tiba Mas lamar kamu di depan orangtua kamu." ucap pria itu yang membuat Sena kembali menatapnya terkejut. "Bang Luthfi udah tahu, karena memang itu juga ancaman Bang Luthfi buat Mas." Kekeh pria itu yang membuat Sena malu sendiri karena nyatanya kakaknya itu tidak juga berubah. Dan enam bulan rupanya berlalu tanpa terasa. Sena memang belum mengenal keluarga Adam, karena mereka tinggal di luar kota. Namun sesekali mereka bertukar kabar via telepon. Dan dari yang Sena bisa simpulkan—juga berdasarkan apa yang Adam katakan—orangtua Adam menyukai Sena dan menerimanya dengan sangat baik. "Na, kalau semisal orangtua aku datang ke rumah kamu, gimana?" Tanya Adam saat mereka dalam perjalanan menuju rumah Sena. "Ke rumah? Kapan?" Tanya Sena dengan jantung berdebar. Sedikit rasa panik terselip dalam hatinya dan ingin tahu akan niatan keluarga Adam datang berkunjung ke kediamannya. Namun Sena tidak berani bertanya karena dia takut kalau dia berharap terlalu tinggi akan apa yang ada dalam pikiran Adam saat ini. "Belum tahu kapan, kan minta ijin dulu sama kamu." ucap Adam seraya mengulum senyum yang membuat Sena semakin merona dibuatnya. "Ya kalo aku sih boleh-boleh aja." Jawab Sena dengan malu-malu. Adam masih tersenyum dan kepala pria itu mengangguk. "Cuma mungkin kalo Ibu harus tahu dulu kapan keluarga Mas mau datang supaya Ibu bersiap-siap." Ucap Sena malu-malu dan lagi-lagi Adam menganggukkan kepala sebagai jawaban. Hari itu juga, sesampainya di kediaman Sena, Adam turut meminta ijin pada orangtua Sena tentang rencana kedatangan orangtuanya ke kediaman Sena. Orangtuanya jelas merespon niatan Adam dengan senang. Dan kemudian, Adam berjanji kalau dia akan memberitahukan kabar ini pada orangtuanya dan akan memberi tahu orangtua Sena kapan orangtuanya bisa datang dari luar kota.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
186.5K
bc

My Secret Little Wife

read
84.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
9.3K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook