bc

Angel From Hell

book_age18+
5
FOLLOW
1K
READ
dark
others
arrogant
tragedy
comedy
sweet
mystery
superpower
horror
like
intro-logo
Blurb

Kim Tae Eul ditugaskan menangkap roh jahat yang kabur ke dunia manusia namun dia kehilangan kekuatan besar yang tersimpan di gelangnya. Sehingga suatu hari dia menemukan gelangnya sudah melingkar di pergelangan tangan seorang wanita bernama Jo Boo Na. Karena gelangnya tidak bisa terlepas dari tubuh Boo Na, mereka berdua bekerjasama menangkap roh jahat. Akankah rencana mereka berhasil?

Cover: Canva

chap-preview
Free preview
Terluka
Sebuah benteng besar dengan pintu besi tertutup rapat terlihat kobaran api membara pada setiap sisi permukaan. Di depan benteng tersebut, terlihat seorang malaikat berjubah hitam mempertaruhkan hidup untuk menghabisi roh jahat yang berusaha kabur dari neraka bernama Kim Tae Eul adalah malaikat yang bertugas di depan benteng neraka itu. Sangat jelas kalau Kim Tae Eul berusaha menahan kepergian roh jahat dengan mengeluarkan seluruh tenaga untuk melemahkannya. Terlihat Tae Eul sedang memajukan sebelah kaki, mendorong roh jahat ke dinding neraka dengan kekuatan yang sudah mulai habis. Setelah menempelkan tubuh roh jahat ke dinding berapi, dia langsung tersungkur ke tanah tanpa perlawanan sedikitpun. Gerakan cepat, Tae Eul menarik bahu roh jahat, mengangkatnya berdiri. Saat Tae Eul berusaha menarik roh jahat menuju gerbang neraka, tiba-tiba saja musuhnya itu bergerak dan menepis tangan Tae Eul dengan cepat. Tae Eul terkejut, mengira kalau roh jahat sudah tidak memberikan perlawanan sama sekali. Tae Eul terkecoh sehingga kehilangan roh jahat pada genggaman tangannya. Merasa kehilangan dia sebuah kesalahan terbesar, Tae Eul berlari mengejar roh jahat yang berusaha kabur di hadapannya. Sayang sekali, tenaga Tae Eul benar-benar terkuras habis karena sudah berkelahi selama tiga jam lebih. Yang membuatnya benar-benar kecewa, tidak ada satupun malaikat yang menolongnya sama sekali. Dewa Neraka saja juga malas mengirimkan bantuan pada Tae Eul, dan Dia hanya melihat dan mengawasi saja dari atas sana. Tae Eul terjatuh saat berusaha mengejar roh jahat itu. Menggerakkan tubuh, apalagi mengangkat tubuh untuk berdiri sudah sangat sulit. Kedua telapak tangannya mulai menopang tubuh di atas tanah untuk berusaha berdiri. Namun gerakan itu gagal. Dengan pasrah, Tae Eul menjatuhkan tubuh, membiarkannya terbaring begitu saja agar bisa beristirahat beberapa saat. Bola matanya menatap langit-langit yang selalu gelap. Tidak ada siang ataupun malam. Bahkan dia tidak pernah merasakan tidur siang selama menjadi malaikat. Pendengaran Tae Eul langsung menangkap kedatangan seseorang di sampingnya. Tae Eul segera menoleh dan melihat Dewa Neraka sedang melirik tajam ke arahnya. Cekatan, Tae Eul langsung berdiri sigap, padahal dia sangat kesulitan menggerakkan tubuh sebelum Dewa Neraka datang. Terlihat kedua tangannya saling bergandengan dengan wajah tertunduk lemah. “Dasar malaikat tidak bejus!” Tae Eul memiringkan wajah akibat tamparan keras dari sang Dewa Neraka. Tae Eul masih terdiam, menundukan pandangan ke bawah tanpa mengucap sepatah katapun. “Kau tahu apa yang akan terjadi kalau kita kehilangan roh jahat itu? Semua poin kita akan berkurang, dan kita akan lebih lama di dalam neraka!” Sang Dewa Neraka mendengus kesal, menghentakkan tongkat ke tanah secara kasar. Padahal Dia sudah bermimpi tinggal di suatu tempat yang indah dan nyaman tanpa melakukan pekerjaan sama sekali, dimana saja itu kecuali di neraka. Tapi semua sirna karena ulah salah satu malaikat yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik. “Cepat cari dia ke bumi.” Perintah Dewa langsung disetujui Tae Eul dengan anggukkan kepala. Setelah membungkukkan setengah badan dan meminta maaf, Tae Eul melesat pergi, meninggalkan Dewa Neraka di depan gerbang neraka. *** Rencana pernikahan sudah sering terucap dari mulut Jo Boo Na atau Boona dan Dong Hae Ri. Mereka sudah menjalani hubungan selama 5 tahun lebih. Hidup Boona sudah ia serahkan pada kekasihnya yang tak kunjung meminang wanita berambut pendek itu. Boona memandangi selembar foto, dimana dirinya berdiri di depan menara kota. Di samping Boona, terlihat Hae Ri berdiri tidak jauh darinya. Tangan kanan Boona melengkung, sedangkan tangan kiri Hae Ri juga melengkung. Sehingga kedua tangan mereka disatukan akan membentuk sebuah Love. Senyum merekah sangat terlihat di wajah kedua pasangan kekasih itu. Kebahagiaan jelas terpancar dari sorot mata. Boona tidak sabar saat dimana Hae Ri akan melamarnya di sebuah tempat romantis, di kelilingi banyak lilin aroma. Ah, itu keinginan Boona sejak duduk di bangku SMA. Kata sabar sudah selalu tersimpan rapat di memori otak. Boona bahkan sudah jarang meminta Hae Ri untuk cepat melamarnya. Dia takut memaksa sehingga berujung perpisahan. Bantal empuk kini menjadi sandaran kepala Boona seraya sorot mata menatap tak berkedip ke langit-langit kamar. Senyum tak tertahankan saat dia mengingat hari esok. Dia memiliki janji bertemu dengan Hae Ri karena sudah lama tidak bertemu. Boona merindukan Hae Ri setengah mati. Kesibukan mereka membuatnya sulit bertemu. Boona yang bersifat tegas, penuh ambisi, dan sedikit galak memang bukan tipe ideal bagi sebagian pria. Entah apa yang membuat Hae Ri tertarik pada Boona. *** Dua gelas berisi es teh manis mulai mengeluarkan keringat, lebih tepatnya es di dalam gelas panjang mulai mencair. Sedangkan seorang wanita di depannya belum berniat mencicipi minuman itu. Kepalanya masih sibuk menoleh ke segala arah, menunggu kedatangan seseorang. Tidak biasanya dia menunggu kekasihnya, Dong Hae Ri begitu lama. Pria itu selalu tepat waktu, tanpa membiarkan Boona, wanita yang sedang duduk sendiri saat ini, menunggu terlalu lama. Selain pandangan Boona menelusuri seluruh penjuru ruangan di kafe, tempat dia menunggu Hae Ri, Boona juga sering menengok jam tangan di tangan kanan. Sudah dua jam lebih Boona membiarkan bokongnya menopang tubuh di atas kursi kafe. Dengan rasa kesal yang mendalam, wanita yang berprofesi sebagai tenaga pengajar itu menopang kepala dengan sebelah tangan, memperhatikan es yang mulai menghilang di dalam gelas. Beberapa detik kemudian, ponsel Boona berbunyi, terlihat Sun Ryu sedang menghubunginya. Lantas, dengan gerakan pelan, ia meraih ponsel yang terletak di samping gelas. Boona langsung mengusap tombol menerima panggilan pada permukaan ponsel dan menempelkan benda pipih itu ke telinga. “Ada apa?” ketus Boona, seraya memutar bola mata. Hanya Sun Ryu sahabat Boona, yang sangat setia meskipun dia juga memiliki teman banyak. “Hah? Melihat Hae Ri dengan Do Jun?” Tanpa disadari oleh Boona, suaranya terdengar menggelegar, memenuhi ruangan kafe tempat dia berada. Karena dia sudah membayar es teh yang ada di depannya, Boona segera menenggaknya, membiarkan tenggorokan yang terasa kering dibasahi minuman yang menyegarkan. Boona sedikit terkejut, minuman itu langsung habis, dan dia bergegas meninggalkan kafe. Sekarang Boona tahu alasan Hae Ri tidak mau menemuinya. Bahkan dia mengabaikan ponsel demi bersenang-senang dengan Do Jun, teman kerjanya juga. Hati Boona terasa teriris pisau yang tajam, merasa dikhianati oleh Hae Ri, pria yang sudah menemaninya dalam suka duka selama lima tahun. Dengan mudahnya, atau mungkin Boona kurang memberikan perhatian pada Hae Ri, pria itu tergoda dengan teman kerjanya. Tidak punya harga diri. Seharusnya Boona tidak perlu menemui mereka di restoran sesuai perkataan Sun Ryu tadi, tapi Boona tidak akan membiarkan Hae Ri dan Do Jun pergi dengan mudah. Dia butuh menghajar kedua orang itu, mempermalukan mereka di depan umum. Boona harus melakukannya. Boona memfokuskan bola mata saat sampai di restoran Jepang, tempat berkencan Hae Ri dan Do Jun. Dia masih berada di luar restoran, wajahnya ia tempelkan di kaca jendela, mencari dua orang yang sedang menjadi target pembunuhannya, mungkin saja itu terjadi. Setelah menemukan Hae Ri sedang duduk di sudut ruangan, Do Jun tidak terlihat karena menghadap ke Hae Ri. Boona segera memasuk restoran itu. Raut wajahnya dipenuhi oleh ekspresi mematikan, membuat orang yang menatapnya merasa ketakutan. Ditambah lagi hujan deras diluar sana tiba-tiba saja turun, seakan sedang mendukung Boona untuk meluapkan amarahnya ke Hae Ri dan Do Jun. Begitu Boona sampai di meja Hae Ri dan Do Jun, wanita itu meraih gelas berisi air putih, menumpahkan gelas itu tepat di ujung kepala Don Jun. Boona merasa kesal melihat air di dalam gelas yang isinya tinggal sedikit. Boona segera mencari gelas lain yang berisi air penuh. Setelah dia menemukan jus jeruk, tidak jauh dari gelas air putih, Boona segera meraihnya. Lalu menumpahkannya ke baju Do Jun yang sedikit terbuka pada bagian dada agar Hae Ri senang melihatnya. Do Jun langsung menjerit, terkejut, melihat Boona berdiri di sampingnya. Begitu juga dengan Hae Ri, pria itu berdiri, menahan gerakan Boona yang akan menumpahkan makanan ke tubuh Do Jun.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
186.5K
bc

My Secret Little Wife

read
84.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
9.3K
bc

Suami untuk Dokter Mama

read
18.2K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook