bc

Pacar Sewaan Hanira

book_age18+
2.1K
FOLLOW
7.6K
READ
playboy
goodgirl
drama
sweet
bxg
small town
realistic earth
friendship
love at the first sight
punishment
like
intro-logo
Blurb

(On Going - slow update & Jauh dari kata Tamat)

Silahkan follow IG Restianirista.wp dan pantau story nya untuk tahu cerita yang di update.

Aku butuh kamu, bukan untuk jadi pacar sungguhan. Tapi hanya untuk jadi pacar sewaaan.

~Hanira Zaara~

chap-preview
Free preview
Bab 1 - Aku Gak Bisa Nikah Sama Kamu
"Maaf, aku gak bisa nikah sama kamu." Ucapan itu seperti petir yang menyambar di siang hari. Hanira memandang tunangannya dengan tatapan tak percaya. Mulutnya terbuka lebar namun ia tak bisa berkata apa-apa. "A-aku minta maaf, Ra. Tapi aku belum siap." Ucap Austin dengan lirih. "Belum siap katamu?!" Pekik Hanira dengan tenggorokan tercekik. "Setelah delapan puluh persen persiapan pernikahan, kamu bilang kamu gak siap?!" Hanira memukul lengan Austin dengan kasar sebagai pelampiasan kemarahannya. "Kamu gila?! Mau ditaruh dimana muka aku dan keluarga aku?!" Amuknya lagi dan kembali memukul lengan Austin bertubi-tubi. "Berhenti, Hanira! Sakit!" Austin mencengkeram pergelangan tangan Austin untuk menahan pukulan lain yang akan diberikan gadis itu. "Sakit katamu?!" Geram Hanira seraya menarik tangannya dari cengkeraman tangan Austin. "Hati aku jauh lebih sakit karena kamu mempermalukan aku seperti ini!" Teriaknya lantang. Suara itu bergema di dalam mobil yang sedang mereka tumpangi. "Aku udah minta maaf." Jawab Austin lirih. "Kamu mau apalagi?" Tuntutnya dengan ekspresi kesal. Hanira memandang pria yang selama dua tahun ini menjadi pacarnya dengan dahi berkerut. Apa pria itu sekarang balik kesal padanya? Apa ia tidak salah lihat? Seharusnya ia yang marah. Seharusnya ia yang mengamuk pada pria itu. Tapi lihat sekarang, pria itu malah balik memandangnya dengan kesal. Ya Tuhan, terbuat dari apa hati pria itu? "Aku gak mau tahu! Kamu ganti rugi semua biaya yang udah aku dan keluarga aku keluarkan untuk biaya pernikahan kita. "Kamu datang ke rumah aku dan minta maaf sama mereka lalu jelaskan sama mereka alasan kenapa kamu batalin semua ini." Ucap Hanira dengan nada dingin. "Kalo kamu gak ngelakuin apa yang aku bilang barusan, aku akan buat kamu menyesal!" Desisnya lantas Hanira turun dari mobil dan menutup pintu mobil dengan amat sangat keras hingga membuat Austin mengernyit. Hanira tahu pria itu sangat mencintai mobil mahalnya dan memperlakukannya dengan sangat hati-hati. Dan Hanira bersumpah, jika sampai Austin tidak melakukan apa yang Hanira minta, maka mobil itu akan menjadi korban pertamanya. Hanira berjalan pergi setelah menendang ban mobil milik pria itu dan terus menggerutu dengan marah. Ia tidak peduli dengan tatapan orang-orang yang memandangnya dengan aneh. Mereka tidak tahu apa yang Hanira rasakan. Ia marah, ia kecewa, ia sakit hati. Demi Tuhan. Rencana pernikahan ini sudah mereka susun dalam waktu tiga bulan terakhir ini, dan sekarang, setelah semuanya hampir rampung, pria itu malah membatalkannya dengan alasan receh kalau pria itu belum siap? Belum siap? Hanira mendengus jijik. Memangnya dirinya sendiri sudah siap? Hanira tersenyum dan menggelengkan kepala. Tidak. Dirinya pun sebenarnya belum siap, dan sejujurnya, jauh dalam hatinya dia malah bersyukur kalau pernikahan ini batal. Hanya saja... Banyak kerugian yang harus ia dan keluarganya tanggung. Bukan hanya itu, dia juga sudah merugikan dirinya sendiri. Karena pernikahan ini, keluarganya harus mengeluarkan uang untuk persiapan pernikahan yang sudah hampir rampung. Dan Hanira, dia bahkan sudah menolak tawaran atasannya untuk pindah cabang dengan alasan dia akan menikah. Sial! Setelah semua pengorbanannya, sekarang dirinya dikhianati oleh bajingan itu. Hanira berteriak kencang seraya mengacak rambutnya kasar, membuat orang-orang kembali menatapnya. Ia menghentikan taksi yang lewat begitu saja dan memintanya untuk mengantarkannya ke kediamannya. Di pertengahan jalan, Hanira meminta supir untuk memutar arah menuju kediaman sahabatnya. Tidak, setelah dipikir-pikir lagi ia belum berani kembali ke rumahnya. Dia butuh bicara dengan seseorang saat ini. Hanira mengetuk pintu apartemen April, berharap kalau sahabatnya itu sedang ada di kediamannya. Butuh waktu beberapa menit sampai kemudian pintu terbuka dan tanpa babibu, Hanira menghamburkan tubuhnya dalam pelukan sahabatnya. "Ra, loe kenapa?" Tanya April seraya mengusap punggung Hanira menenangkan. Bukannya menjawab, Hanira malah menangis di bahu sahabatnya itu. April membawa Hanira masuk dan kemudian mendudukkan Hanira di atas sofa, membiarkan Hanira menangis tanpa banyak tanya. Hanira menangis sampai ia puas. Menerima air yang diberikan oleh April dan kemudian mulai bercerita. "Gue gak tahu kenapa sama Austin. Gue gak tahu kenapa dia tiba-tiba mau batalin pernikahan kita. Acaranya sebulan lagi, undangan lagi dicetak. Semua persiapan udah delapan puluh persen beres dan dia bilang dia mau batalin pernikahan kita. Loe bayangin perasaaan gue kayak gimana sekarang, Ril." Lirik Hanira diantara isakannya. April terdiam, dia memandang Hanira dengan tatapan yang tak bisa Hanira artikan. Lalu dengan lirih sahabat Hanira itu bertanya. "Kapan dia bilang begitu? Kapan dia batalin pernikahan kalian?" Tanya April ingin tahu. "Tadi." Jawab Hanira seraya membersit ingus. "Sebelum gue kesini, dia ngajak gue ketemu. Dia bilang dia mau bahas sesuatu yang penting. Dan ternyata, ini yang dia bilang penting. Dasar brengsek!" umpatnya meremas tisu dengan kesal dan mengambil tisu lainnya. "Loe bilang apa sama dia?" Tanya April ingin tahu. "Gue bilang aja, dia mesti ngomong langsung sama bonyok gue dan minta maaf sama mereka. Dia juga harus ganti semua biaya yang udah gue sama keluarga gue keluarin. Kalo dia sampe gak ngelakuin itu, lihat aja, pembalasan dendam gue gak akan sederhana." Geramnya dengan nada mengancam yang membuat April bergidik ngeri mendengarnya. "Loe gak coba pertahanin dia? Atau mempertanyakan alasan kenapa dia batalin pernikahan kalian?" "Ngapain gue pertahanin dia?" Tanya Hanira yang membuat April mengerutkan dahi dengan bingung. "Sejak awal gue emang gak mau nikah sama dia. Pacaran sama dia aja gue ogah-ogahan. Kenapa gue mau pertahanin dia? Gue justru bahagia dia batalin pernikahan ini." ucapnya sambil mengusap sisa airmatanya. Eh? April mengerutkan dahi mendengar jawaban Hanira. "Trus, yang loe tangisin ini apa?" Tanya April bingung. "Yang gue tangisin ini, duit gue yang udah keluar buat semua persiapan pernikahan!" ucap Hanira dengan kesal. "Bukan duit gue juga sih, tapi duit nyokap sama bokap. Tapi tetep kan, semua duit yang udah masuk ke WO gak akan bisa balik, apalagi persiapan udah sekian persen. Belum lagi duit undangan, meskipun pernikahan batal, kan undangannya masih tetep harus dibayar. "Sial gak sih? Sama duit itu, gue bisa beli yang lain. Tuh duit bisa gue pake buat tiket pesawat liburan ke luar negeri sama lain-lainnya. Tapi si brengsek itu! Kalo emang dia gak siap nikah, kenapa juga dia mau-maunya lamar gue? Kenapa juga dia bikin rencana bodoh kayak gini? Kalo dia mau batalin pernikahan, kenapa gak sebelum gue siapin semuanya?" Ia kembali menangis karena sedih akan semua kehilangan yang ia terima. "Belum lagi, gue udah nolak tawaran buat dipindahin ke luar kota karena nyokap gak bolehin gue pindah. Padahal itu kesempatan yang langka." Hanira kembali menangis sementara April hanya bisa memandangnya sambil menggelengkan kepala. Hanira, memang sulit untuk ditebak. "Menurut loe, si Austin bakal ngomong sama bonyok loe buat bahas pembatalan ini?" Tanya April saat kondisi sudah jauh lebih tenang. Hanira memandang sahabatnya itu dan mengedikkan bahu. "Gue gak tahu." "Nyokap, dia mungkin marah besar kalo sampai tahu kabar ini." "Masa bodo." jawab Hanira kembali mengedikkan bahu. "Sejak awal gue udah bilang kalo gue belum mau nikah. Tapi Mama terus desak gue dan bilang kalo gue harus nikah secepatnya mumpung ada yang mau. "Lah, emangnya nyokap pikir gue gak laku? Diluar sana, kalo gue minat, gue bisa gaet banyak cowok. Sayangnya, sampe sekarang belum ada cowok yang bisa bikin gue terpikat." jawabnya dengan santainya. "Trus, semisal si Austin nyesel dan minta balikan sama loe?" "Masa bodo, bodo amat!" umpatnya kesal. "Gue gak mau nikah sama dia sejak awal, trus setelah dia bilang dia mau pernikahan batal, dia ngajakin gue balik. Emang gue cewek apaan? "Gue sumpahin, punyanya gak akan bisa berdiri karena dia udah ngerugiin gue kayak begini. Gue sumpahin, dia dapat balasan yang sama. Gak perlu dari gue, tapi dari orang lain." "Ra, gak boleh doain orang jelek kayak begitu." April memperingatkan. "Gue gak ngedoain." Ucap Hanira dengan senyum di wajahnya. "Gue cuma nyumpahin dia. Karma itu sekarang dibayar kontan. Cepat atau lambat, seseorang yang udah menyakiti akan disakiti balik." Ucap Hanira dengan nada tegas yang membuat April merinding ngeri. Sepersekian detik kemudian, sorot menakutkan di wajah cantik Hanira hilang, berganti dengan senyum cerah. "Gue balik. Doain bonyok gue gak serangan jantung kalau mereka kabar ini nanti." Ucapnya dan kemudian meninggalkan apartemen April.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
188.4K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.2K
bc

My Secret Little Wife

read
92.4K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.2K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.3K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook