bc

Hit the Stage

book_age0+
557
FOLLOW
2.4K
READ
friends to lovers
drama
sweet
bxg
like
intro-logo
Blurb

Jimin dan Aera berjanji untuk menjadi penari terkenal yang berdiri di satu panggung yang sama. Namun seiring waktu berjalan, janji itu hanyalah omong kosong dua anak kecil yang ternyata memiliki dua garis hidup yang bersebrangan. Ketika kedua garis tersebut harus kembali bersinggungan, keduanya sudah berada di panggung yang berbeda. Saat Jimin tengah menikmati silaunya gemerlap panggung industri hiburan, Aera harus berjuang di balik gelapnya panggung hanya sebagai crew penata busana. Takdir kembali menyatukan mereka dalam satu garis kisah saat keduanya hampir menyerah akan mimpi mereka. Akankah takdir juga membawa janji dan mimpi kecil mereka menjadi kenyataan?

chap-preview
Free preview
Prolog
Jimin menatap mobil box di hadapan rumah sahabatnya dengan mata berkaca. Sebelah tangannya dalam genggaman sang ibu dan sebelahnya lagi memegang topi kesayangannya. "Eomma, apakah Aera tidak akan kembali lagi ke sini? Apakah Aera akan selamanya pergi?" tanya Jimin sambil menyusut hidungnya yang berair. Sang Ibu mengusap lembut rambut anak laki-lakinya. "Kan kalian masih bisa saling menghubungi lewat telpon. Kau tenang saja, Aera tidak akan meghilang, dia hanya harus pindah rumah," ucap sang Ibu berusaha menenangkan. Meskipun ia tidak bisa menjamin hal yang baru saja dikatakan. Korea dan Kanada terbentang jarak yang cukup jauh. Dan ia sendiri tidak tau sampai kapan keluarga Lee akan menetap di sana. Jimin melepaskan tangannya dari genggaman sang Ibu dan berlari menghampiri Aera begitu melihat gadis itu keluar rumah menggeret kopernya. "Aera!" Jimin berhambur memeluk sahabatnya itu dengan erat. Aera yang tidak siap nyaris terdorong ke belakang, namun detik berikutnya ia turut membalas pelukan Jimin. "Aku tidak mau pindah!" Aera mengeratkan pelukannya pada Jimin. "Aku tidak mau meninggalkan teman-teman di sekolah dan kelas dansa. Aku tidak mau meninggalkanmu." Jimin mengendurkan pelukannya untuk menatap wajah sahabatnya tersebut. "Siapa meninggalkan siapa?" Jempolnya mengusap lembut air mata di pipi tembam Aera. "Tidak ada yang meninggalkan hanya karena kau pindah. Aku dan teman-teman akan menelfonmu, Aera, kau tidak perlu takut!" Aera menatap Jimin dengan mata bulatnya. "Janji?" tanyanya meyakinkan. Jimin mengangguk. "Janji." Lalu Jimin memasangkan topi hitam yang sejak tadi ia pegang di kepala Aera. "Berjanjilah untuk tetap rajin latihan menari selama kau di Kanada. Aku akan menunggumu pulang dan kita sama-sama menjadi penari terhebat di dunia, oke?" Aera tertawa lalu mengangkat kelingkingnya. "Aku janji. Kau juga harus janji untuk menelfonku!" Jimin mengaitkan kelingkingnya yang sama besar dengan milik Aera. "Janji!" Sekali lagi mereka berpelukan sebelum Aera naik ke mobil dan menghilang dari pandangan Jimin. "Aku pasti akan sangat merindukanmu, Aera." *** 14 tahun kemudian... Kim Jiwon membuka kartu berisikan nama pemenang di tangannya, diriingi teriakan berbagai fandom yang berharap nama idolanya yang akan disebutkan. Ketegangan semakin meningkat kala Kim Jiwon terdiam sejenak sebelum akhirnya membacakan isi kartu. "Dan penghargaan album of the year 2016 jatuh pada... Selamat, HTS Seonyeondan!" Teriakan ARMY seketika memenuhi Gocheok Sky Dome malam itu. Selain karena rasa haru, bahagia serta bangga mereka juga terkejut karena ini adalah daesang pertama HTS setelah debut. Apalagi daesang itu tidak mereka dapatkan dengan mudah. HTS adalah idol group dari agensi kecil, mereka berjuang bukan hanya untuk merintangi persaingan dengan grup dari agensi besar namun juga dengan hutang agensi untuk menyokong promosi mereka. Dan ARMY percaya, daesang ini adalah salah satu pencapaian yang pantas HTS terima atas kerja keras mereka selama ini. Jimin memeluk satu per satu membernya ketika mereka sampai di belakang panggung lebih erat. Sedikit lebih lama ketika memeluk Yoonjun karena hyungnya itu menangis cukup kejar daripada member lain. "Kau sudah bekerja keras, hyung!" ucap Jimin sambil mengelus punggung Yoonjun, setelah itu beranjak memeluk Taekhyung. Jimin adalah caregiver nomor satu di grup. Selain karena sifatnya penyayang, Jimin selalu bisa membuat member lain ikut tersenyum hanya dengan melihat senyumannya. Karena itu Jimin terkenal dengan sunshine duo bersama Hobeom. "Bagaimana kalau malam ini kita adakan dinner perusahaan?" tanya manager Sejin antusias. San yang sedang mengipasi wajah Jungjoo menggeleng. "Aku pikir mereka butuh waktu bertujuh saja malam ini. Sajangnim pasti tidak keberatan menunda." San adalah manager HTS. Satu-satunya manager wanita yang dipekerjakan selain stylist dan coordi noona. San juga dekat dengan member karena umur mereka yang tidak terlalu jauh. Sejin menatap satu-satu artis asuhannya itu meminta pendapat. Minjoon tersenyum, senyuman yang menampilkan dimplesnya. "San betul. Kami butuh waktu bertujuh malam ini untuk merayakan sekaligus merefleksikan berbagai macam hal." Sejin mengangguk. "Ok. Akan aku sampaikan pada Sajangnim." Setelah itu Sejin diikuti San pun berlalu membiarkan para member merayakan kemenangan untuk diri mereka sendiri. Jimin tidak bisa menutupi rasa bahagia dan syukurnya malam itu. Ia langsung menghubungi orang tuanya begitu acara selesai bahkan sebelum ia berganti baju, membuat San harus mengomel agar Jimin mau menunda sebentar kegiatan menelfonnya karena mereka sudah harus pulang. Malam itu, Jimin dan member lain menuju salah satu rumah makan daging yang biasa mereka datangi untuk merayakan daesang pertama mereka. Mereka menyewa sebuah ruangan VIP agar lebih leluasa tanpa gangguan. Mereka makan, minum, tertawa bahkan menangis bersama malam itu. Ruangan bernuansa gading itu dipenuhi oleh dentingan gelas dan tawa. Bahkan Taekhyung yang tidak begitu suka alkohol mabuk malam itu. Ditambah Jungjoo magnae mereka yang sudah bisa ikut minum bersama hyung­nya. Hobeom dan Taekhyung sudah hampir tertidur ketika Minjoon memutuskan untuk mengakhiri pesta mereka malam itu. Jimin termasuk member yang punya daya tahan alkohol tinggi. Itu terbukti karena Jimin tidak sempoyongan sama sekali. Hanya wajahnya memerah dan ia jadi berkali lipat lebih cute dari biasanya. Jimin memutuskan untuk mencari udara segar ketika Yoonjun menahan tangannya. "Kau mau ke mana, Jiminie? Manager Sejin belum datang." Yoonjun, sebagai member yang paling kuat minum di antara mereka bertujuh tampak seperti Yoonjun yang biasanya. Lengkap dengan ekspresi khas seperti orang mengantuk. Hanya suaranya jadi lebih berat dari biasanya. "Aku hanya butuh udara segar, hyung." Jimin melirik jam tangan di pergelangannya sebelum kembali menatap Yoonjun. "Tidak lama, mungkin sekitar tiga menit. Aku janji tidak akan membuat masalah." Yoonjun menghela nafas. "Tiga menit atau kau akan berurusan dengan San dan ocehannya." Lalu Yoonjun melepaskan pegangannya dari tangan Jimin. Jimin tidak berjalan terlalu jauh. Ia hanya berjalan ke luar restoran yang untung saja sudah sepi. Tentu saja, jam hampir menunjukkan pukul dua dini hari. Tapi jangan salah, justru di jam-jam tersebutlah para selebriti dan idol keluar dari rumah atau asrama mereka untuk menikmati waktu sebagai orang biasa, terlepas dari kamera dan wartawan. Jimin memutuskan kembali ke dalam ruangan karena ia tidak menemukan sesuatu yang menarik. Setidaknya sampai ia bertubrukan dengan seseorang di lorong restoran tempat di mana ruangan-ruangan VIP berada. Jimin membungkuk meminta maaf. Apalagi orang yang ia tubruk juga tampak mengaduh kesakitan. Dalam hati Jimin mengutuk kecerobohannya. "Maafkan saya, saya sungguh tidak sengaja. Apa ada yang luka?" tanya Jimin khawatir. Orang yang Jimin tabrak, oh lebih tepatnya gadis yang Jimin tabrak akhirnya mengangkat wajah setelah sejak tadi menunduk. Ada dua hal pada gadis itu yang membuat Jimin terperanjat di tempatnya. Pertama karena gadis itu ternyata seorang member girlgroup rookie yang baru saja debut dua bulan lalu dan kedua karena gadis itu menangis. "Bagus Choi Jimin, kau baru saja membuat seorang gadis menangis!" batin Jimin. Padahal gadis itu sudah menangis sebelum bertemu Jimin. Gadis itu membungkuk dalam ketika sadar di hadapannya adalah Jimin HTS, seniornya dalam dunia hiburan. Salah satu idol laki-laki yang banyak diperbincangkan di kalangan idol lain, terutama oleh para member girlgroup. "Sa—saya yang minta maaf, sunbae, ini salah saya tidak berhati-hati." Gadis itu tidak berani menatap langsung ke arah Jimin. Entah karena segan atau karena ia malu karena sedang menangis. Tidak mau membuat gadis itu terintimidasi, Jimin memasang senyuman lembut meskipun tidak yakin akan dilihat oleh gadis itu karena ia terus menunduk. "Tidak apa-apa, aku juga tidak hati-hati. Tapi kau benar tidak terluka, hm?" tanyanya lembut. Gadis itu menggeleng. "Ti—tidak. Aku baik-baik saja, sunbaenim." Yang Jimin tidak tau, jantung gadis itu sudah bergemuruh dengan keras hanya karena nada suara nan lembut yang Jimin lontarkan. "Syukurlah." Jimin dan gadis itu lalu sama-sama terdiam canggung. Tidak tau harus bicara apa lagi karena memang tidak ada yang perlu di bahas. Tapi mengingat gadis itu tadi tengah menangis, Jimin malah menyodorkan ponselnya. "Ini nomorku, hubungi aku kalau kau mengalami kesulitan." Ucap Jimin berusaha tenang meskipun sejujurnya ia sedikit kikuk. Setelah sekian lama, akhirnya gadis itu mengangkat wajahnya lebih tinggi dan tatapan mereka pun bertemu. "Nde?" tanya gadis itu mencoba memastikan kalau pendengarannya tidak salah tangkap. Meskipun itu tidak mungkin karena Jimin juga sudah menyodorkan ponselnya. Jimin menggaruk tengkuknya, seketika merasa tidak enak. "Ah, maaf aku tidak bermaksud lain. Aku pikir karena grupmu baru saja debut siapa tau kau membutuhkan eum, saran atau semacamnya. Aku tidak bermaksud meminta nomormu untuk urusan pribadi atau lainnya." Ditariknya kembali ponsel itu, mengurungkan niat. Jimin terkejut ketika tangannya ditahan oleh gadis di hadapannya itu. "Ma—maafkan saja, sunbaenim! Saya hanya terkejut tapi bukan berarti saya menolaknya." Gadis itu berujar dengan malu-malu. Sadar karena ia baru saja menahan tangan Jimin, gadis itu buru-buru melepaskannya. "Ma—maaf." Senyuman muncul di bibir tebal Jimin. Dalam hati lelaki asal Busan itu justru menganggap gadis di hadapannya itu manis. Selesai bertukar nomor telpon dan menjadi teman di kakaotalk, gadis itu pamit karena merasa sudah terlalu lama pergi dan khawatir manager mencarinya. Sama seperti gadis itu, Jimin juga harus bergegas kembali sebelum kena omel member lain—terutama Yoonjun—karena sudah pergi lebih lama dari janjinya yang hanya tiga menit. Untungnya ketika Jimin kembali, manajer Sejin dan San belum datang sehingga Jimin aman dari omelan. Yoonjun bersama Jinwoo dan Minjoon juga sedang sibuk mengurus Taekhyung dan Hobeom yang mulai berulah sehingga tidak sadar kalau Jimin keluar cukup lama. "YAAA! KIM TAEKHYUNG TURUN DARI ATAS MEJA SEBELUM KU LEMPAR KAU DARI SANA SEKARANG JUGA!" teriak Jinwoo menggelegar membuat Jimin tertawa sambil membantu menarik tangan Taekhyung untuk turun. Di tengah hiruk pikuk tersebut, Jimin mendengar ponselnya yang ia letakkan di atas meja berbunyi menandakan sebuah pesan baru saja masuk di kakaotalk. Ahn Sora : Hai sunbae, ini aku Twinklebelle Ahn Sora. Terima kasih sudah memberikan nomormu, semoga kita bisa berteman^^ Diam-diam, Jimin tersenyum. *** Di lain tempat namun di waktu yang sama, seorang gadis menyeret koper merah bututnya keluar dari bandara. Akhirnya setelah empat belas tahun meninggalkan tanah kelahirannya, ia kembali. Lee Aera kembali membawa sisa-sisa mimpinya. Berharap di tanah kelahirannya lah ia bisa mewujudkan segala asa dan harapannya yang sempat tertunda. Aera menghirup udara dalam-dalam. Ah, ia hampir lupa bagaimana aroma tanah kelahirannya itu. Apakah masih didominasi aroma asin tapi segar dari laut atau sudah tergantikan oleh yang lain. Dengan langkah antusias, Aera menggeret kopernya menuju kumpulan mobil taksi yang sedang menunggu penumpang. Aera akan menumpang sementara di rumah pamannya selama ia di Busan sebelum ia pindah ke Seoul untuk memulai mewujudkan mimpinya. Selama perjalanan menuju rumah pamannya yang juga berada di daerah tempat tinggalnya saat kecil dulu, Aera memandangi bangunan-bangunan yang kebanyakan baru. Sejauh mata memandang, kota tempatnya lahir itu kini terasa asing. "Selama itukah aku pergi hingga rasanya semua ini terasa asing?" bisik Aera sambil menyandarkan kepalanya pada jendela taksi. "Apalagi yang berubah selain Busan? Dan apa saja yang sudah aku tinggalkan di Busan?"

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Mentari Tak Harus Bersinar (Dokter-Dokter)

read
54.1K
bc

A Piece of Pain || Indonesia

read
87.3K
bc

Accidentally Married

read
102.6K
bc

Kamu Yang Minta (Dokter-CEO)

read
292.7K
bc

Sacred Lotus [Indonesia]

read
50.0K
bc

The Prince Meet The Princess

read
181.7K
bc

A Million Pieces || Indonesia

read
82.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook