bc

KEJORA

book_age16+
968
FOLLOW
9.8K
READ
family
pregnant
others
princess
sweet
humorous
others
chubby
lonely
like
intro-logo
Blurb

[BOOKS 2 : OUR FAULT]

DISARANKAN MEMBACA OUR FAULT TERLEBIH DAHULU

[WARNING!]

Cerita ini mengandung kebaperan dan

kesedihan yang mendalam.

"Kejora rindu Mommy. Kalau Tuhan sudah kasih tau semua doa-doa Kejora untuk Mommy, cepat pulang ya. Daddy sama Jora selalu tunggu kedatangan Mommy."

****

Kejora Aleandra Miller selalu merindukan sosok Ibunya yang tak pernah kembali kerumah.

Saking rindunya, Kejora selalu membuat ribuan surat yang ia terbangkan ke langit sambil berdoa agar ibunya segera kembali.

Namun, sayangnya bukan ibunya yang datang. Melainkan seorang wanita baik yang tiba-tiba datang dalam kehidupannya dan perlahan mampu mengobati luka hatinya yang sejak kecil sudah bersarang di hatinya.

Kira-kira mampukah Kejora dan Daffa kembali menemukan Raya dan menerimanya kembali?

Atau, Kejora lebih memilah wanita yang berhasil menyembuhkan luka hatinya?

Ikuti terus kisah Kejora yang akan tayang setiap hari di akun @renamayriska

chap-preview
Free preview
SATU
**** "Jola sayang sama Mommy, apa Mommy sayang juga sama Jola?" ucap gadis culik itu sambil mengusap foto yang berada di hadapannya. "Tapi kayaknya Mommy nggak sayang sama Jola, buktinya hali ini Mommy nggak mau datang di acala sekolah Jola." **** 4 Tahun kemudian .... Gadis cantik dengan piyama berwarna pink berlarian menghampiri ayahnya yang tengah sibuk memasak makanan untuk mereka berdua. "Daddy, Jola nggak bisa mewalnai, ayo temenin Daddy!" Gadis kecil itu menarik-narik baju ayahnya agar mengikuti apa maunya. "Sebentar Kejora, telur mata sapi buat kamu belum selesai." "Nggak mau! Jola nggak mau telul mata sapi lagi, Jola maunya Daddy." Akhirnya Daffa mengangkat telur setengah matang itu dan segera mematikan kompornya. "Mewarnai-nya habis makan ya, kalau kamu nggak mau makan dulu, Daddy juga nggak mau temenin Jora mewarnai." Kejora mengatupkan bibirnya dan berjalan menuju meja makan dan mendudukkan tubuhnya pantatnya disana. "Nih, telur mata sapi kesukaan Jora." Daffa menghidangkan makanan bergizi untuk putri semata wayangnya. "Yeayy!! besok buatin Jola kepala taddy beal ya, Dad." Jora bersorak kegirangan melihat hasil karya ayah-nya. "Apapun Daddy buatin asal Jora makannya lahap." "Siap Daddy!!" Kejora langsung menyendokkan nasinya sendiri dan mulai memakan dengan tangannya sendiri. Sejak kecil Daffa memang sudah membiasakan Kejora untuk mandiri dan tidak terus-terusan bergantung padanya. * Selesai makan malam dan belajar mewarnai Daffa menemani Kejora tidur di dalam kamarnya yang bertema kartun Frozen. "Daddy, kapan Mommy pulang kelja? dua minggu lagi hali ibu, Jola mau nyanyi buat Mommy." Daffa mendekap tubuh putrinya dengan erat. "Mommy pasti pulang, kamu sabar ya." Selama bertahun-tahun Daffa membohongi Kejora dengan mengatakan ibunya sedang kerja di luar negri dan tidak bisa pulang. "Tapi kapan Dad?" "Kamu sabar ya." Kejora terdengar berdecak kesal pada ayahnya. "Jola seling di tanya sama temen-temen Jola, dimana Mommy Jola. Waktu Jola jawab Mommy kelja meleka malah bilang, Mommy Jola udah mati! benelan ya Dad, Mommy Jola udah mati?" Daffa benar-benar tak percaya anak-anak kecil seusia Kejora bisa mengatakan hal seperti itu. "Nggak! Mommy masih ada, dia lagi kerja. Sekarang Jora tidur, kalau nggak mau tidur Daddy matiin lampunya!" Dengan cepat Kejora langsung meringkuk di bawah selimutnya dan berusaha untuk cepat tidur karena ia sangat takut kegelapan. Setelah putri kecilnya tertidur, Daffa mencium kening ya sangat lama dan keluar dari kamar Kejora. Ia duduk di ranjang kamarnya yang terasa sangat sepi selama bertahun-tahun. Tangannya mengambil dua frame yang berisi foto dirinya, Raya dan juga Kejora. Sedangkan yang satu lagi berisi foto mendiang jagoan kecilnya yang meninggal sesaat setelah ia mengucapkan talak pada ibunya. "Aku dan Kejora rindu kalian." Daffa mengusap kedua frame itu dengan penuh kelembutan. Seakan-akan dirinya memang tengah mengusap lembut wajah mereka. "Aku sangat yakin kita akan bertemu kembali. Entah kapan dan dimana kita pasti akan bertemu lagi, karena kamu lah tulang rusukku." **** "Jola nggak mau masuk! Jola malu sama temen-temen Jola, masa hali Ibu Jola bawa Daddy!" Gadis kecil berumur lima tahun itu berteriak marah pada sang ayah di depan gerbang sekolah TK yang sudah dipenuhi para murid serta ibu-nya masing-masing untuk merayakan hari ibu. Sayang ayah berlutut dan mengusap lembut pipi gadis malang itu. "Kan adanya Daddy, Jora masuk sama Daddy aja ya." "Nggak mau Daddy! ini hali ibu bukan hali Daddy, jadi Jola halusnya datang sama Mommy." Kejora mulai menangis dan menghentak-hentakkan kakinya kesal. "Jora, dengerin Daddy dulu!" Bukan hanya Kejora yang hancur, hati Daffa jauh lebih hancur melihat putri satu-satunya terus menanti ibunya. "Daddy jahat! Daddy bialin Mommy pelgi kelja jauh!" Daffa memeluk tubuh mungil Kejora dengan erat dan berusaha menenangkan putrinya. "Katanya kemarin Jora mau nyanyi, udah latihan juga kan kemarin, ayo kita masuk." "Nggak mau! lagu itu buat Mommy Jola, tapi Jola nggak tau Mommy Jola dimana!" Pagi ini Daffa benar-benar frustasi. Mungkin saat kecil dulu Jora tak terlalu sering bertanya ini itu tentang sang Mommy, namun, semenjak sekolah dan semakin mengerti Jora jadi sangat sering menanyakan dimana Mommy-nya. "Padahal baju Jora udah bagus, Jora udah dandan cantik, masa nggak jadi masuk?" Jora tak menjawab, dia semakin terisak-isak di pelukan Daffa. "Daddy telfon Oma ya, biar Oma yang temenin kalau Jora malu di temenin Daddy." Kejora menggelang dan melepaskan pelukannya. "Kita pulang aja, acara ini nggak cocok buat Jola yang nggak punya Mommy." Kejora berucap lirih dan berjalan kembali menuju mobilnya. "Maafin Daddy, Jora, ini semua bisa terjadi gara-gara Daddy." Gumamnya sebelum berjalan menyusul Kejora menuju mobilnya. Saat di perjalanan Kejora hanya diam melamun sambil memainkan gaun yang menyerupai tokoh kartun frozen. "Biar nggak sedih lagi Jora mau jalan-jalan kemana?" Daffa tak bisa berlama-lama melihat malaikat kecilnya terus bersedih jadi sebisa mungkin dia harus menghiburnya dengan menuruti apapun kemauannya. Kejora menggeleng pelan. "Jola mau pulang aja." "Serius nggak mau mampir beli es krim dulu?" "Nggak mau Daddy, Jola mau pulang aja." Suara Kejora benar-benar terdengar lemas. Padahal kemarin gadis kecil itu berlatih bernyanyi dengan semangat yang menggebu-gebu. "Yaudah kita pulang sekarang, tapi janji nggak boleh sedih-sedih lagi ya." Kejora mengangguk tapi masih dengan wajah yang tertunduk. ** Sesampainya di rumah Kejora langsung berlari menuju kamarnya dan menutup pintunya dengan keras. Daffa hanya bisa mengembuskan nafas beratnya lalu menelfon Mamanya untuk menghibur Kejora. Karena kalau sudah seperti ini Kejora akan sangat sulit ia luluh kan, dan hanya Oma-nya yang selalu berhasil membujuk dan kembali meluluhkan hati Kejora. Setelah memastikan menelfon Vera, Daffa duduk di sofa ruang keluarga dengan wajah lesu. Pandangannya lurus ke arah foto dirinya dan Raya yang sengaja ia cetak dengan ukuran sangat besar di dinding. Daffa sengaja memenuhi dinding dengan foto-foto kenangan mereka dahulu agar ia dan Kejora bisa merasakan kehadiran Raya di tengah-tengah mereka, walau kenyataannya Raya sudah tidak berada disini. Ingatan kejadian empat tahun lalu selalu menghantui hari-harinya setiap kali Kejora menanyakan keadaan ibunya atau mengamuk karena ia berbeda dengan teman-temannya yang memiliki kedua orang tua yang lengkap. Entah dimana kabar Raya sekarang Daffa tidak tahu. Terakhir kalinya dia mendengar kabar dari kakaknya kalau Raya dibawa Reza Alendra ke Australia dan kembali melanjutkan study-nya disana. Setelah itu Daffa tak lagi mendengar kabar apapun dari Raya. "Sampai kapan pun aku dan Kejora selalu menunggu kamu disini. Di rumah ini nggak ada ibu dan istri yang pantas selain kamu sayang, aku janji kapanpun kamu kembali pada kita, pintu rumah ini akan selalu terbuka lebar." Meski Mama atau kakak iparnya selalu mendesak agar dirinya mau mencari pengganti Raya, tapi ia selalu berusaha menolak keras. Karena satu-satunya wanita yang boleh memasuki hati dan hidupnya hanya lah Raya. Karena Mamanya tak kunjung datang, Daffa akan mencoba membujuk Kejora agar tidak terus-terusan menangis. Namun, betapa hancur hatinya saat melihat Kejora bernyanyi di depan foto Raya dengan wajah penuh air mata. "Kasih Mommy kepada Jola, tak telhingga sepanjang masa ... Hanya membeli tak halap kembali ... Bagaikan sulya menyinali dunia ... " "Jola sayang sama Mommy, apa Mommy sayang juga sama Jola?" ucap gadis culik itu sambil mengusap foto yang berada di hadapannya. "Tapi kayaknya Mommy nggak sayang sama Jola, buktinya hali ini Mommy nggak mau datang di acala sekolah Jola." Daffa memukul dadanya sendiri yang terasa sangat sesak melihat anak sekecil Kejora harus merasakan kesedihan sedalam ini. Andai dia bisa, sekarang juga ia akan membawa Raya untuk putrinya agar raut kesedihan itu tidak selalu tampak di wajahnya. "Mommy sayang Kejora, sayang banget." Daffa segera memeluk putrinya dengan erat. "Nggak!! Mommy nggak pelnah sayang sama Jola!!" Kejora berusaha meronta dari pelukan Daffa dan menangis sangat kencang. "Kalau Mommy sayang sama Jola, halusnya Mommy nggak bikin Jola kecewa!!" Karena gerakan Kejora yang sangat brutal, tangannya tak sengaja menyenggol frame foto yang berada di atas ranjang sampai terjatuh dan pecah. "Kejora!!" Mendengar bentakan Daffa, Kejora langsung diam seketika. Dia memandang Daffa penuh ketakutan karena selama ini ayahnya tak pernah membentak atau berkata kasar padanya. Dengan cepat Daffa langsung membereskan pecahan kaca frame agar tidak melukai kaki Kejora dan menyimpan foto Raya di atas meja belajar Kejora. Ia membentak Kejora karena ia tak mau Kejora berbuat kasar meski itu hanya sebuah frame foto. "OMAAA!!!" Kejora berteriak dan berlari ke arah Vera yang berdiri di ambang pintu. "Cucu oma kenapa, katanya kemarin mau pentas kok nggak jadi?" Vera mengangkat tubuh Kejora ke gendongannya "Huaa ... Daddy nakal, Mommy nakal, semuanya nakal! Jola nggak mau disini, Jola mau tinggal sama Papa Deva sama Mama Dea aja!!" "Cupp ... cup ... cucu oma yang cantik nggak boleh cengeng." Vera membawa Kejora keluar dari kamarnya dan mengajaknya ke tempat lain. Sedangkan Daffa masih membereskan serpihan-serpihan kecil kaca yang masih tersisa di lantai. Ia tak mau Kejora menginjaknya dan kakinya terluka. *** Di gazebo belakang rumah, Vera tengah bercerita tentang "Gadis kecil dan Si Kelinci." "Gadis kecil itupun akhirnya hidup sendiri di dalam gubuk kecilnya setelah si Raja hutan menghabisi kedua orang tuanya. Setiap hari dia harus berburu di dalam hutan untuk mencari makan dan juga mencari kayu bakar." "Oma, Laja hutan itu siapa?" sela Kejora di tengah-tengah dongeng yang Vera bacakan "Raja hutan itu singa. Jadi singa itu hewan pemakan daging." "Ihh!! singa jahat! udah pisahin gadis itu sama olang tuanya." Vera terkekeh dan mengusap kepala Kejora lembut. Setelah menangis seperti tak bisa di diamkan, akhirnya Kejora mau menurut padanya dengan iming-iming satu seri buku dongeng dan juga miniatur frozen yang harganya setara dengan satu motor. "Oma mau lanjut baca dongengnya, dengerin dulu." Kejora mengangguk dan menyandarkan kepalanya di dada Omanya. "Saat itu, hujan turun sangat lebat sedangkan gadis kecil itu belum mendapat satupun kayu bakar untuk perapiannya nanti malam. Diam-diam gadis kecil itupun menangis dan berdoa agar Tuhan menunjukkan kuasanya. Dan tak lama kemudian kelinci datang menghampiri gadis yang tengah menangis itu dan berkata, "hey anak cantik, kenapa engkau menangis?" Gadis itu terlonjak kaget dan menjawab si kelinci, "aku beluk mendapatkan kayu untuk perapianku malam ini kelinci" kelinci itupun akhirnya menunjukkan jalan pada gadis itu ke sebuah gubuk yang tak di pakai lalu mengambil kayu-kayu yang berada di dalamnya." Vera menoleh ke arah cucunya, ternyata sudah terlelap, padahal dongeng belum selesai ia bacakan. "Maafin Oma dan Daddy karena belum bisa bawa Mommy buat kamu." Vera mengecup kening Kejora yang berada di pangkuannya. Setelah Raya resmi berpisah dengan Daffa, dirinya lah yang menggantikan peran Raya dalam hidupnya. Sampai sekarang bukan hanya Daffa yang tidak menerima kepergian Raya, tapi juga seluruh keluarga Miller masih belum menerima Raya di bawa pergi begitu saja. ** Setelah menidurkan Kejora di dalam kamarnya, Vera keluar dan menghampiri Daffa yang duduk merenung di ruang keluarga sembari memandangi foto mantan istrinya. "Kamu nggak ke kafe?" Vera mengambil duduk di samping Daffa dan mengusap bahunya lembut. "Kejora sama siapa kalau aku tinggal." "Mama yang jaga, kamu ke kafe nggak apa-apa dari pada terus-terusa sedih kayak gini." Daffa mengembuskan nafas beratnya. "Kalau terus begini aku mau Kejora home schoolling aja. Pengaruh teman-temannya buruk banget." "Heh! Mama nggak setuju! Kejora itu anak yang aktif jangan di batasi kegiatan sosialisasinya. Namanya juga anak-anak kamu harus ngertiin juga." "Semenjak sekolah, Kejora jadi berani bilang macem-macem, Ma! aku nggak suka Kejora kayak gitu." Dengan kelembutan hati Vera selalu berusaha menasehati Daffa agar tidak bertindak egois pada Kejora yang masih anak-anak. "Kamu harus sabar, anak-anak memang suka seperti itu." "Yasudah, aku mau ke kafe, titip Kejora ya Ma." ****

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

THE DISTANCE ( Indonesia )

read
579.9K
bc

ARETA (Squel HBD 21 Years of Age and Overs)

read
58.2K
bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
75.9K
bc

BRAVE HEART (Indonesia)

read
90.9K
bc

DIA, SI PREMAN KAMPUSKU ( INDONESIA )

read
470.9K
bc

Married with Single Daddy

read
6.1M
bc

Kupu Kupu Kertas#sequel BraveHeart

read
44.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook