bc

Way Of Love

book_age12+
1.0K
FOLLOW
5.7K
READ
possessive
family
friends to lovers
arranged marriage
goodgirl
sweet
bxg
icy
friendship
spiritual
like
intro-logo
Blurb

(Sequel Because of you or Allah)

Banyak cara orang melakukan jalan cintanya. Berbagai cara mereka lakukan agar cinta yang mereka miliki bisa menyatu tanpa ada halangan yang terjadi. Tentunya, semua itu harus diiringi dengan ketabahan hati, keikhlasan, sabar, dan saling melengkapi.

Tak lupa, izin sang maha pencipta pun harus ada didalam cinta itu. Dua orang manusia yang saling mencintai tidak akan pernah menyatu tanpa seizin-Nya.

Kisah perjalanan cinta Gibran dan Selma tak seindah yang dibayangkan. Waktu, jarak, adanya kehadiran hati lain, pernah memisahkan mereka. Bahkan Gibran dan Selma tidak tahu jika mereka saling mencintai satu sama lain.

Entah mereka ragu mengungkapkannya, ataukah mereka sudah saling cinta tapi tidak mau memperjuangkan?

Inilah jalan cinta mereka, Gibran Abraham dan Selma Salman Azzahra.

Cover: Latar; unplash.com/ by Fotografinavi

design; Canva, minh D. Tran.

chap-preview
Free preview
(1) Way Of Love
       Perjalanan cinta seseorang memang tak semudah berucap dengan kata-kata yang telah ada dalam pikiran. Jalan cinta banyak dilalui oleh orang dengan berbagai cara mereka masing masing. Dari yang biasa sampai yang luar biasa.          Jalan cinta seseorang mempunyai karakteristik tersendiri. Mungkin hanya mereka yang menjalankan dan hanya tuhan yang tahu.         Jalan cinta tak semulus yang orang bayangkan. Ada seseorang yang berdiri dengan cinta sendirinya, ada cinta yang harus berakhir karena berbeda keyakinan, ada cinta yang harus saling merelakan, dan masih banyak jenis-jenis cinta yang dialami manusia-manusia di dunia ini. Namun, sesulit apapun jalannya, jika memang sudah ditakdirkan Allah kedua insan tersebut pasti akan bersatu. Tanpa melihat sekeras apa jalan yang akan mereka lewati.          Berbicara dengan cinta, dalam agama islam cinta sudah hadir sejak zaman Nabi Adam diciptakan, dan Hawa sebagai pasangan hidupnya. Islam menganggap cinta itu suci, tentunya Al-quran sudah menjelaskan dalam ayat-ayatnya tentang bagaimana menyikapi cinta sebenarnya.          Dalam konteks kehidupan saat ini, banyak orang yang salah mengartikan rasa cinta dan kasih sayang yang sebenarnya. Mereka hanya melihat kesenangan semata, tanpa tau konsekuensi nanti. Namun kembali lagi, memang semua manusia pasti membuat kesalahan dan mempunyai dosa-dosanya tersendiri.          Sama seperti kisah kedua insan yang sedang mabuk asmara ini, Selma dan Gibran. Seorang murid petakilan yang bertemu seorang polisi, dan kebetulannya polisi yang menilangnya itu memiliki kadar kegantengan yang diatas rata-rata.          Di malam minggu ini Selma sedang berada kediamannya, berkumpul bersama keluarga adalah aktivitasnya pada malam hari. Mereka sedang mengobrol tentang masalah kuliah Selma yang katanya akan melanjutkan studinya ke Mesir dan juga masalah skripsi Robby sang kakak yang belum juga selesai-selesai.        “Bang, skripsi kamu bagaimana?” tanya sang ayah, Adam, yang menatap anaknya.         Robby yang tengah senyum-senyum sendiri melihat ponselnya, menengokkan kepalanya kearah sayang ayah. “Kenapa, Yah?” tanyanya, yang sedikit kurang mendengar ketika ayahnya berbicara.       “Bagaimana skripsi kamu?” tanya Adam kembali.         “Tinggal di ACC, Yah,” ujarnya, namun matanya masih mengarah pada ponsel yang ia genggam.          “Kamu lagi ngapain sih, Bang? Ayah lagi nanya sama kamu juga,” ujar Selma.         Robby langsung menyimpan ponselnya, dan menatap Adam yang tengah memperhatikannya. Diperhatikan seperti itu, Robby cengenggesan.         “Terus kapan kamu wisuda? Kalau yang kamu pegang ponsel terus,” ucap Adam dengan muka angkuh.         Robby menggaruk kepalanya yang tak gatal. “Yaa … kapan-kapan aja. Lagian aku masih muda kok, Yah,” jawabnya dengan menaik-naikan alisnya sambil tersenyum.         “Masih muda? Lihat tuh Gibran, temen kamu, di kepolisian sudah punya jabatan,” ucap Adam yang membeda-bedakannya. Selma yang mendengar suara Gibran tersenyum lebar.          “Ayah … aku sama dia beda kali,” Jawab Robby merajuk.          “Beda bagamana? Kamu dan Gibran satu angkatan di sekolah dulu. Bedanya … dia tekun, dan kamu pemalas,” kata Rinta, ibu dari Robby dan Selma, yang tengah mengusap-usap kepala Selma yang ada dipangkuannya.          “Iya Bun … Robby juga sungguh-sungguh kok. Terus … kalau udah lulus kuliah, Robby langsung halalin Syabilla, ya,” katanya.          Adam menggelengkan kepalanya. “Kapan kamu mau lulus? Ditanya skripsi jawabannya masih ACC terus, gimana mau ngehalalin anak orang,” ucap Adam. Robby yang mendengar ucapan Adam hanya cengengesan.        “Nak, bagaimana niatmu yang ingin melanjutkan studi ke Mesir?” tanya Rinta kepada Selma.         Mata Selma melirik ke atas, tepat kewajah Rita. “Emm … masih Selma pikirin, Bunda. Selma disanakan butuh waktu yang lama juga,” jawabnya.          “Iya, Nak. Kamu mau belajar disini ataupun di Mesir tidak masalah, itu tergantung dengan keputusan kamu. Kamu mau ambil jurusan pendidikan agamakan?” tanya Adam.          “Iya, Yah,” jawabnya.          “Yasudah, Ayah dukung kemauan kamu.”          Selma bangun dari posisi tidurnya dan menghadap Adam yang ada dihadapannya. “Iya, Yah. Awalnya Selma enggak kepikiran untuk sekolah jauh-jauh. Tapi … Selma pikir lagi, sepertinya studi keluar negeri itu hal yang lumayan seru.”          “Jadikan itu ilmu, dan jangan lupa untuk diamalkan. Bukan untuk menunjukan kepintaran kita ya, Nak,” kata Rinta sambil mengusap lengan anak perempuan satu-satunya.         “Iya, Bunda.” Selma tersenyum kearah Rinta.          “Emang lo berani berangkat dan hidup di sana sendiri? Mesir loh, Dek,” ucap Robby yang ikut berbicara.          “Ngapain takut? Aku disana buat cari ilmu bukan untuk jalan-jalan.”          “Denger tuh, Rob. Pacaran terus, skripsi belum di ACC, Payah,” ledek Adam.          “Iya, Ayah, Iya ….”          “Jadi kamu sekarang mau berangkat ke Islamic national center?” tanya Rinta.          “Iya, Bun. Tunggu kak Gibran jemput,” katanya. Sudah menjadi rutinitas Selma jika sedang hari weekend seperti ini, pasti menginap disana.          Selma yang sedang senyum-senyum sendiri melihat ponselnya, menarik perhatian Robby untuk mengerjai adiknya itu. “Wah-wah-wah … Ayah, sepertinya tidak lama lagi Ayah punya mantu polisi deh,” kata Robby dengan wajah yang serius kearah Adam.          “Memang benar, Selma?” tanya Adam.           “A—ang—nggak kok … Bang Robby aja yang suka ngada-ngada,” kata Selma yang langsung menatap tajam kearah Robby.         “Idih, tuh-tuh, Yah, Bun, lihat deh tatapan Selma kaya yang nyembunyiin sesuatu,” kata Robby menuduh.          Rinta tersenyum geli melihat wajah Selma yang memerah menahan malu sekaligus kesal. “Atagfirullah, Bang … bohong itu Bunda, Ayah, Selma enggak ada hubungan apa-apa kok sama kaka Gibran,” katanya, yang menyangkal omongan Robby sang kakak.          “Tapi kalau beneran, enggak akan kamu tolakkan?” kini Adam yang ikut menggoda anaknya.          Selma yang merasa malu, langsung menutup wajahnya dengan bantal. “Syut, sudah-sudah,” lerai Rinta. Adam dan Robby terkekeh melihat ulah Selma yang menggemaskan.          Tak lama, terdengar suara bel rumah, pelayan yang menjaga rumah Adam membukanya, dan sosok Gibran datang dengan menenteng paperbag yang cukup besar.         “Assalamualaikum,” sapanya. Selma yang melihat Gibran masih mengenakan pakaian dinas, membuat dirinya terbengong-bengong dengan ketampanan Gibran yang diatas rata-rata itu.          “Waalaikumsalam,” jawab mereka. Selma yang masih terbengong, langsung menyadarkan dirinya dan merapihkan jilbab yang ia pakai dan duduk manis.          “Wah, ada Gibran, sini, Nak,” sambut Rinta yang sudah berdiri dari duduknya. Gibran mengangguk dan menyalami Rinta, Adam dan Robby, lalu Gibran tersenyum tipis kearah Selma.          “Tante, ini,” ia memberi paperbag yang tadi dibawanya kepada Rinta.          “Waduh, ini pasti ngerepotin. Yasudah, terimakasih ya,” katanya, lalu ia menyuruh seorang pelayan untuk membawa bingkisan itu kearah dapur.          “Bagaimana kabarmu? Mau menjemput Selma ya?” tanya Adam sambil melirik sesekali kearah Selma yang sedang menggigit-gigit ujung bantalan sofa. Entah apa faedah yang dia lakukan.         “Alhamdulilah kabar saya baik, Om. Iya, saya mau menjemput,” katanya.         “Iya, tadi Selma bilang katanya kamu mau menjemput,” ucap Adam yang diangguki oleh Gibran.          “Selma selalu repotin kamu ya?” tanya Adam. Selma sedikit was-was mendengar pertanyaan ini.          Gibran memberi kode berupa lirikan kearah Selma, karena sifatnya yang dingin dan tidak suka berbasa-basi membuat dirinya bingung harus menjawab apa. “Tidak kok, Om,” jawab Gibran. Selma ekspresi Gibran yang lucu dimatanya tersenyum kecil.         “Yasudah, keburu malam. Ayo, Kak,” ajak Selma yang mendapat anggukan dari Gibran, lantas ia pun berdiri.          Gibran bersalaman kembali dengan Adam, Rinta dan Robby. “Saya pamit, Assalamualaikum.”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

CEO Pengganti

read
71.2K
bc

Skylove (Indonesia)

read
109.0K
bc

Everything

read
277.8K
bc

Long Road

read
118.3K
bc

Wedding Organizer

read
46.6K
bc

Nur Cahaya Cinta

read
358.4K
bc

MANTAN TERINDAH

read
6.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook