bc

An Umbrella For Karel

book_age18+
322
FOLLOW
1.3K
READ
billionaire
dark
contract marriage
love after marriage
arranged marriage
CEO
boss
drama
sweet
mystery
like
intro-logo
Blurb

18++

Tentang Aleysia.....

berawal dari payung untuk Karel.

Dia terpaksa harus menikah dengan sosok dingin tak tersentuh bernama Karel karna sebuah payung.

Semuanya akan lebih mudah jika dia menikah dengan sosok yang mencintainya juga, ataupun sosok yang biasa saja, tapi ini berbeda, dia menikahi sosok itu, sosok seperti Karel yang merupakan pewaris keluarga kaya raya yang ternyata memiliki rahasia keluarga yang tak biasa.

Dan Karel itu ternyata....

*Jangan baca jika tidak tahan penasaran :)

chap-preview
Free preview
1. Bertemu
Embun tertidur pulas diseluruh bagian luar mobil putihnya, jika embun-embun itu Manusia mungkin mereka sudah mengumpat kesal saat Aley mengelap kaca depannya secara cepat. Dinginnya angin malam, ah entahlah sepertinya malam menjelang pagi, dia sendiri tidak tau jam berapa sekarang. Yang ia pikirkan sekarang bagaimana caranya dia pulang ke rumahnya dengan cepat dan selamat. Itu saja. Hari ini memang hari yang panjang baginya. Tidak, setiap malam memang pekerjaannya mengurusi cafe miliknya yang susah payah ia rintis itu dan akan pulang jam 2 pagi. Tadi dia ketiduran satu setengah jam di sofa membuat lehernya seperti mau patah karna tertekuk. Setelah selesai mengurusi embun-embun itu dia masuk ke mobil, mengucap do'a lalu menghidupkan mesin. Dia menyusuri jalanan kota yang tidak terlalu sepi menurutnya karna berhubung tadi malam adalah malam minggu. Seperti biasa dia memilih jalan pintas agar bisa cepat sampai ke rumahnya. Kadang saat melintas di jalan itu dia bergidik ngeri memikirkan hal aneh, entah seperti merasa ada yang duduk di bangku belakang mobilnya, ataupun merasa ada yang memperhatikannya dari luar melalui kaca mobil. Tapi tiba-tiba hampir saja umpatan ataupun caci makian terlontar dari mulutnya dengan kecepatan 1000 km/jam ketika dia tidak sengaja menabrak tubuh laki-laki berkepala botak licin seperti telur ayam yang mengkilat.. Awalnya dia menggerutu tidak jelas karna laki-laki berkepala botak itu menyebrang seenak jidat di tengah malam, namun sedetik kemudian mata Aley terbelalak kaget. Tangannya langsung lemas saat melihat kegaduhan yang tak jauh dari mobilnya sekarang. Yang dia lihat seorang laki-laki sedang di pukulin dua pria berbadan besar. Aley kaget sekali lagi ketika laki-laki botak tadi menggebrak bagian depan mobilnya dengan keras. Dengan cepat Aley membuka kaca mobilnya. "Woy! Kalau mobilku lecet mau tanggung jawab, ha?!" Ucapnya berteriak. Yang benar saja mobil kesayangannya yang ia beli dengan keringatnya sendiri di pukul seenaknya. Si botak itu menatap tajam bahkan dia berniat mendekati Aley di bangku kemudi, namun Aley buru-buru turun dan menodongkan senjata seperti pistol ke arahnya. Mata si botak itu terbelalak kaget, dia mengangkat tangannya. "Wah.." ucapnya sambil menggelang tak percaya "Anak kecil sepertimu menyimpan senjata ilegal." "Cepatlah pergi, bawa dua temanmu sebelum kalian membusuk di kursi roda." Aley menatap dingin. Matanya tajam. Dia sangat kenal benda yang dia pegang sekarang. Benda yang mirip dengan pistol tapi percayalah itu bukan senjata api melainkan senjata yang akan mengeluarkan jarum kecil dengan racun pelumpuh saraf, lebih parahnya menyebabkan pelumpuhan organ karna racunnya. Si botak tersenyum tipis "Berani sekali kau anak kecil. Tapi urusanku dengan pemuda itu sudah selesai. Beritahu padanya jangan sampai kami berurusan dengannya lagi." Dia melambai pada dua temannya mengisyaratkan 'ayo pergi' dan kedua temannya itu menuruti. Ingin rasanya dia menembakkan ke kepala tiga orang itu, namun skenarionya akan tambah panjang dan dia terlibat urusan orang lain. Bahkan dia juga tidak tau siapa yang bersalah disini. Aley mengantongi senjatanya. Ya, itu senjata andalannya. Senjata yang ia desain sendiri dengan racun pelumpuhkan saraf yang ia buat dengan resep rahasia ibunya. Tentu saja reaksinya sangat cepat apalagi jika tertancap tepat di kepala. Dia berjalan mendekati laki-laki yang di pukuli tadi. Bahkan dia tidak tau entah seganteng apa laki-laki itu hingga tetap indah dengan darah dan luka di wajahnya. "Kau sangat tampan walaupun dalam keadaan seperti ini." canda Aley garing. Ya, siapa juga yang akan menanggapi candaannya. Laki-laki itu meringis kesakitan. "Sialan, sempat-sempatnya bercanda." Ucapnya pelan di sela ringisannya. Bahkan dia terduduk lemas sambil memegangi dadanya yang sakit. "Tolong antarkan aku pulang. Aku akan membayarnya." ucapnya pelan dengan nada memohon. Aley menatapnya sejenak, kemudian dia berjongkok agar sejajar dengan laki-laki itu. "Aku mau menolong jika kau bisa meyakinkanku kalau kau itu bukan orang jahatnya disini." Laki-laki itu mendengus, bisa di tebak dia menyumpahi Aley di sela rintihannya menahan rasa sakit. "Aku bukan orang jahat, mereka memukuliku karna aku menolak seorang gadis, dan mereka itu suruhan gadis itu." Aley langsung bangkit dari jongkoknya, kemudian membantu laki-laki itu untuk berjalan ke mobilnya tanpa bersuara ataupun berkomentar. Dia tau betapa sakitnya laki-laki itu menahan rasa sakit dilihat dari wajahnya yang sudah babak belur. "Awas kalau tidur. Aku tidak tau jalan rumahmu." Kata Aley saat dia sudah duduk di bangku kemudi. "Hmm." ** Mobil putih Aley berhenti di depan rumah yang sangat mewah berwarna Putih bergaya klasih modern. Dia menatap rumah itu lalu menatap laki-laki di sampingnya. 'Nah kalo begini pastinya dia bukan orang jahat, rumahnya saja sebesar ini' pikirnya. Aley mengklakson sekali namun tak ada yang membukakan gerbang. Dua kali, tiga kali, empat kali, bertubi-tubi. "Ssstt... kau bisa di lempar batu sama tetangga. Kau pikir rumahku di pegunungan es tidak punya tetangga?" Laki-laki itu menatap kesal Aley, yang ditatap hanya nyengir-nyengir kuda. Dia menyodorkan iphonenya ke Aley. "Tolong telponkan abangku suruh dia buka pintu." Aley menerima iphone itu. " Kenapa tidak kau saja yang menelpon?." "Malas. Cari disitu namanya Karel. Kode iphoneku 880088." Aley mengalah, dia menelpon laki-laki bernama Karel itu sesuai perintah, yang di telpon mengangkat setelah 3 kali Aley menelponnya. Baru saja Aley mengatakan tolong bukakan pintu gerbang, telpon sudah dimatikan secara sepihak, membuatnya mengelus dada menahan kesabaran. "Gila... aku belum selesai ngomong." Ucap Aley menatap tak percaya layar ponsel yang ada di genggamannya, sedangkan yang di sampingnya hanya menatap ke depan tak peduli. Tak berapa lama kemudian pintu gerbang itu terbuka sendiri. Aley hanya bisa menggeleng kagum ketika pintu gerbang sebesar itu bisa bergerak sendiri, menampakkan bentuk rumah yang kokoh. "Wah...." Hanya kata wah yang bisa terlontar dari mulut Aley ketika matanya berhadapan langsung dengan rumah megah di hiasi lampu-lampu yang dia yakini lebih mahal dari harga mobilnya. Setelah mobilnya terpakir di depan rumah, Aley langsung membantu lelaki itu turun dari mobilnya. Namun setelah matanya menangkap sosok yang berdiri dengan wajah datar di ambang pintu hampir saja dia merosot ke-tanah. Entahlah, laki-laki yang dia yakini bernama Karel itu begitu tampan dengan celana ponggol hitam dan kaos putih abstraknya. Dua tangan Karel ia masukkan ke saku celana. Tatapannya datar pada dua orang yang bersusah payah masuk ke dalam rumah. Rambutnya yang berantakan dan matanya yang belum rela terbuka itu terkesan seram menurut Aley tapi tetap saja gadis itu memuji wajah Karel yang bisa di sebut wajah yang diciptakan dengan kemubaziran ketampanan. Setelah masuk ke rumah, Aley menidurkan laki-laki itu di sofa ruang tamu. Dia menghela nafas kasar, kemudian melirik Karel dengan tatapan sinis. Ingin sekali dia berkata 'Dasar laki-laki tidak punya hati, membiarkan seorang gadis memapah laki-laki sendirian tanpa berniat membantu' tapi itu tidak mungkin dia katakan, karna menatap mata dingin itu saja membuatnya membeku. "Nama dia siapa?" Ya, akhirnya hanya pertanyaan ini yang keluar dari mulutnya. Karel yang berdiri sambil bersandar di dinding yang tak jauh dari Aley menjawab. "Lean," dengan singkat. Tapi mata Karel langsung menatap Lean dan Aley secara bergantian. "Kau pasti bukan pacarnya." "Ya, bukanlah. Aku juga kurang beruntung bertemu dia tadi dipukulin orang tak dikenal." Kata Aley sambil mengingat betapa tadi dia ingin pura-pura tidak tau tapi hati kecilnya ingin menolong, seperti dia merasa familiar dengan wajah Lean. Aley memandangi Lean yang langsung tertidur ketika tubuhnya menyentuh empuknya sofa. Mata lelaki itu terpejam dengan darah dan luka di wajahnya. Dia mempehatikan wajah cowok itu, wajah yang ada sedikit kemiripan dengan Karel. "Lean ini abangmu?" Tanya Aley pada Karel yang masih berdiri di tempatnya, namun sedetik kemudian dia menyadari kebodohannya karna tadi Lean sudah bilang kalau yang bernama Karel itu adalah abangnya. "Dia adiknya." Jawab Karel. Ya... bagaimanapun siapa saja akan mengira Karel adalah adiknya dan Lean abangnya. Secara Karel memiliki wajah baby face dan warna kulit Karel lebih terang dari Lean. Rambut Karel berwarna coklat tua dan Lean hitam malam. Sama dengan iris mata mereka yang juga berbeda. Karel memiliki iris mata coklat seperti kacang almond dengan bentuk mata yang besar dan Lean hitam malam dengan bentuk mata biasa tapi indah. Bahkan Aley merasa dia beruntung bertemu dua laki-laki tampan yang bersamanya sekarang. Dua pemuda itu memiliki hidung mancung sempurna denga bibir tipis, bahkan Aley meringis karna kalah cantik. Ingin rasanya dia jalan mendekati Karel dan menyentuh permukaan wajah cowok itu yang Aley yakinin sangat halus seperti kulit bayi. "Jadi ini bagaimana?" Tanya Aley pada Karel. Karel hanya mengangkat satu alisnya keatas tanda dia tidak mengerti. Yang dia tangkap malah Aley meminta uang balas budi karna sudah menolong. Aley mendengus kesal, Karel benar-benar menguji kesabarannya. "Ini adikmu dibiarkan seperti ini saja gitu? Lukanya tidak dibersihkan?" tanya Aley. Tiba-tiba Aley menyadari sesuatu ketika mata Karel menatapnya sedikit lama, dia melihat mata itu terasa begitu familiar. Ada rasa aneh yang langsung membuat kepalanya sakit, bahkan tiba-tiba hadir setitik air mata di sudut matanya. Tangannya menyentuh setetes air mata itu dengan bingung, tapi dia memilih tidak memperdulikan itu, yang ia pedulikan bagaimana bisa matanya tidak bisa lepas dari sosok Karel. Karel mengibaskan tangannya menyuruh Aley menjauh karna dia ingin melihat keadaan adiknya. Sempat tergores hati Aley ketika Karel menyuruhnya menjauh, seperti dia hama dan laki-laki itu tidak mau dekat-dekat dengannya. Tapi dia hanya bisa sabar, toh memang orang seperti dia bukanlah se-level Karel. Setelah memperhatikan keadaan Lean, Karel berjalan ke bagian dalam rumah. Tak berapa lama kemudian dia keluar kembali sambil membawa tas peralatan kedokteran. Karel membuka tas itu dan Aley mengerutkan keningnya karna yang pertama kali ditangkap oleh kepalanya bahwa Karel adalah seorang Dokter ataupun calon Dokter. Alat-alat yang di pakai Karel adalah alat-alat mahasiswa kedokteran. "Kau dokter, ya?" Tanya Aley penasaran. Ketampanan Karel berubah jadi 100 persen dimatanya kalau memang benar cowok itu seorang Dokter. "Bukan, Lean yang dokter." jawab Karel singkat. Sumpah demi apapun Aley langsung mengerjapkan mata tak percaya. "wajah-wajah bad boy seperti ini Dokter?" batinnya. Aley duduk di sofa sebrang memperhatikan Karel membersihkan luka Lean dengan gerakannya yang tenang bak laki-laki bangsawan, itu merupakan pemandangan yang sangat indah yang pernah Aley lihat, sangat menakjubkan. Tapi entah mengapa lama-lama semuanya terasa melayang dan dia masuk ke dalam dunia mimpi. Dia langsung tertidur ketika tubuhnya menyentuh sofa mahal. "Berapa yang kau minta aku akan membayar bantuanmu ini." Tanya Karel tapi tak ada jawaban dari gadis itu. Dia menoleh mencari sosok Aley dan hanya bisa menghela nafas ketika melihat Aley yang tertidur pulas tanpa dosa. Bersambung...

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

PEMBANTU RASA BOS

read
14.6K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
50.6K
bc

UN Perfect Wedding [Indonesia]

read
75.4K
bc

Kupu Kupu Kertas#sequel BraveHeart

read
44.0K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
120.7K
bc

Bad Prince

read
508.1K
bc

I Love You Dad

read
282.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook