bc

My Love, My Enemy

book_age18+
2.8K
FOLLOW
30.4K
READ
revenge
second chance
playboy
arrogant
tragedy
comedy
sweet
bxg
humorous
enimies to lovers
like
intro-logo
Blurb

Series playboy keempat.

series pertama : My Ceo Crazy Game (Bara-Gita)

series kedua : Married A Playboy (Sandra-Leon)

series ketiga : My Secret Roommate (Rehan-Rania)

Benci dan suka itu beda tipis, setipis sekat yang membatasi ruang rasa. Dulu, Celine Inara Cantika sangat menyukai Sean Pradipta, seniornya waktu SMA yang menjelma jadi super stars. Namun, sayangnya kesukaannya pada Sean tak bertahan lama, ketika sebuah kejadian tak sengaja justru memperlihatkan sifat asli Sean.

Citra baik Sean di mata Nara seketika hancur setelah kejadian memilukan itu, bahkan membuat Nara sampai dimaki habis-habisan oleh bosnya dan berakhir dipecat. Sejak saat itu Nara tak lagi mengidolakan Sean, ia memilih membelot jadi hater garis keras lelaki itu.

Tapi siapa kira jika pada akhirnya kehidupan Nara justru jadi serumit benang kusut, setelah sahabatnya tanpa konfirmasi mendaftarkan Nara bekerja di sebuah agensi sebagai asisten pribadi dan yang lebih sialnya lagi Nara justru jadi asistennya Sean.

Lantas, akan seperti apakah kehidupan Nara di saat ia diwajibkan dua puluh empat jam bersama dengan Sean, orang nomor satu yang paling ia benci!

chap-preview
Free preview
Prolog
Pagi itu, cuaca sedang buruk. Tak terlihat matahari akan muncul ketika awan mendung menutupi seluruh langit. Jalanan juga becek selepas hujan deras yang mengguyur sejak semalam dan baru mereda sepuluh menit yang lalu. Masih pukul setengah tujuh pagi, seorang wanita berpakaian rapi keluar dari coffee shop. Di tangannya menenteng holder cup berisi enam cup kopi panas dan satu tangannya memeluk map berisi berkas laporan yang baru saja ia fotokopi. Ia mengembuskan napas kasar saat rintik hujan kembali turun, berdecak kesal karena tak membawa payung. Melihat jarak coffee shop dan kantor hanya terpaut oleh jalan raya dua arah, wanita itu pun memutuskan untuk menerobos gerimis. Memeluk erat map di tangannya, memegang kuat cup holder kopi, lalu bersiap untuk lari menyebrangi jalan ketika melihat situasi jalanan yang cukup lenggang. Namun, baru saja kakinya melangkah ke depan, seseorang menabraknya dan menyebabkan keseimbangannya goyah. Alhasil ia terjatuh dan sialnya terjatuh di atas kubangan air. Karena kejadian itu, berkas miliknya bercecer di atas jalanan yang basah, ditambah tetesan air hujan membuat kertas-kertas itu semakin basah dan sebagian robek. Bahkan kopi yang tadi ditenteng pun telah menyatu dalam genangan air. Melihat kenyataan itu, wanita itu pun sontak mendongak pada seseorang yang telah menyebabkan kekacauan ini. Namun, alih-alih meminta maaf, orang itu malah pergi tanpa menghiraukan dirinya. "HEI!" Spontan wanita itu meneriaki orang itu. Lelaki yang menutup kepalanya dengan hodie jaket parasut pun menoleh, hanya sekilas sebelum akhirnya kembali berjalan membiarkan tubuhnya diguyur gerimis yang mulai deras. "Woy, jangan kabur!" Sekali lagi wanita itu berteriak, kali ini berusaha bangkit berdiri. Menghadap punggung lelaki itu yang berhenti di depan sana. "Kau seharusnya bertanggung jawab, kau baru saja menabrakku. Lihat, akibat ulahmu berkas-berkasku jadi kotor dan kopiku tumpah semua," gerutu wanita itu seraya mengais satu per satu berkas yang sudah tak tertolong lagi. "Setidaknya kau harus meminta ma———" Wanita itu melotot ketika menoleh dan mendapati lelaki itu berjalan lagi dan tak mendengarkannya. "HEY!" Lantas ia kembali meneriaki, tapi kali ini lelaki itu tetap berjalan. Seolah tuli, ia sama sekali tak mau berhenti ataupun menoleh. What the hell!!! Wanita itu terlanjur emosi, tanpa pikir panjang ia melepas high heels-nya dan melemparkan pada lelaki itu. "Mampus kau!!!" Bug! Timpukan wanita itu tepat sasaran, mengenai kepala lelaki itu. Ia tersenyum puas, ketika lelaki itu akhirnya mau berbalik menghadap dirinya. Namun, ketika lelaki itu berbalik, ekspresi wanita itu berubah pucat. Bukan karena melihat sosok lelaki itu sebagai hantu, melainkan karena ia mengenali sosok itu. "Se-Sean," gumamnya tak percaya. Sean Pradipta. Penyanyi solo pria yang sedang naik daun, digandrungi kaum hawa dari berbagai kalangan dan usia. Lagunya yang hits selalu diputar di mana-mana, bahkan wajah lelaki itu juga bertebaran di mana-mana, menghiasi papan billboard. Tak heran jika wajah tampannya mudah dikenali, hampir semua orang mengenal Sean sang super star. Tapi wanita itu bukan sekedar mengenal Sean sebatas idola, lebih dari itu. Terlihat dari matanya yang memancarkan binar kebahagian saat melihat Sean. Namun, ekspresi itu tak berlangsung lama setelah tanpa hati lelaki yang tengah dipandanginya justru melemparkan high heels-nya ke tong sampah. Sontak wanita itu melotot, emosinya kembali menggebu-gebu. "YAAA!!!" Sean hanya menatap datar wanita itu, lalu pergi begitu saja tanpa peduli teriakan wanita itu. "WOY!! MAU KE MANA? SEPATUKU!!!" Merasa diabaikan, wanita itu pun berniat mengejar. Tapi malangnya, dari arah jalan raya sebuah sepeda motor melintas dengan kecepatan tinggi dan menerabas genangan air di dekatnya. Alhasil ia seketika berhenti ketika genangan air itu berpindah mengguyur badannya. Sudah basah gara-gara gerimis yang berubah jadi hujan deras, sekarang ditambah kotor dari genangan air. Sementara orang yang niat ia kejar malah sudah pergi entah ke mana. "Aaarrgg!!! Sialan!!" Wanita itu mengerang, emosi. "Sean sialan!!!" Ia juga menyumpah serapah Sean. Celine Inara Cantika, wanita berusia dua puluh lima tahun yang hidup sendiri di kota metropolitan. Kedua orangtuanya telah tiada ketika ia lulus SMA, memaksa wanita yang akrab dipanggil Nara itu hidup mandiri. Bahkan sejak lulus SMA, ia sudah bekerja sambil kuliah. Hingga akhirnya bisa merubah sedikit demi sedikit kehidupannya. Jika dulu Nara bekerja serabutan, sekarang ia bekerja di salah satu perusahaan bonafit sebagai karyawan magang yang sebentar lagi akan habis masa magangnya dan akan jadi karyawan tetap. Nara sangat senang, karena pada akhirnya ia juga akan terbebas dari segala beban yang diterima dari para seniornya. Ini hari terakhir masa magangnya, tapi semua malah berubah jadi kacau. Nara yang datang dalam keadaan kotor, basah dan berantakan, mengundang perhatian seluruh karyawan di kantor. Tak hanya itu, para senior  di divisinya pun menanyakan kopi mereka yang telah tumpah tadi. Nara tak ada uang lagi untuk membeli, itu sebabnya ia datang dengan tangan kosong dan membuat para seniornya marah. Umpatan, makian dan kata-kata kasar Nara terima, tanpa bisa melawan dan hanya diam saja. Tak cukup sampai di situ, ia juga dipanggil oleh atasannya yang menanyakan berkas untuk bahan meeting pagi ini. Namun, berkas-berkas itu sudah tak berbentuk karena basah dan kotor, sebagian juga robek. Karena dianggap teledor dan tidak becus, serta menyebabkan kekacauan meeting yang terpaksa harus dibatalkan. Nara pun kena omel banyak orang, dari mulai kepala Divisi, Manager dan sekarang Direktur langsung yang menyemprot Selin habis-habisan. "Kamu tahu, gara-gara kelalaian kamu saya rugi besar!!!" Nara bergidik mendengar suara bariton dari lelaki paruh baya yang sedang marah-marah. "Bagaimana bisa kamu nggak punya salinan file itu!!!" teriak lelaki tua itu. Bukan tidak punya, tapi Nara kehilangan flashdisknya tadi. Sepertinya ikut terjatuh ketika berkasnya berceceran akibat insiden tadi di depan coffee shop dan itu semua karena si artis menyebalkan, Sean! "Ma-maaf Pak, saya————" "Saya nggak butuh maaf kamu!" bentak Direktur perusahaan. Mengembuskan napas kasar seraya memandang garang Nara. "Sekarang kamu saya pecat, keluar dari ruangan saya!" "Tapi Pak———" "Nggak ada tapi-tapian, keluar!!!" Pupus sudah impian Nara untuk menjadi karyawan tetap. Karena pada akhirnya ia malahan dipecat dan semua kemalangan ini gara-gara Sean sialan! Aku benci kamu, Sean!!! —————— Nara pulang ke rumah kontrakannya, langsung menyerbu kamar. Ia mengeluarkan berbagai lempengan CD yang disimpan rapi dalam lemari kaca. Bukan hanya itu saja, Nara juga merobek semua poster yang tertempel di dinding kamar dan berbagai merchandise yang berhubungan dengan Sean. "Arrrghh!!!" Nara marah, melampiaskan kekesalannya dengan merusak album CD yang ia kumpulkan selama ini. Menginjak-injak lempengan CD sampai hancur, juga memecahkan berbagai merchandise ataupun merobek boneka yang ia dapatkan ketika meet and great dengan Sean beberapa tahun lalu. Serta benda-benda lainnya yang ia dapatkan dari hasil give away setiap kali peluncuran album baru Sean. Sepuluh tahun, bukanlah waktu yang singkat untuk mengagumi seseorang dan Nara menghabiskan waktu sepuluh tahunnya itu untuk mengagumi Sean Pradipta. Bahkan ketika Sean belum menjadi super star seperti sekarang. Semua berawal ketika Nara masuk ke SMA elit yang sama dengan sekolahan Sean. Ketika penutupan acara MOS, saat itulah ia pertama kali melihat Sean yang menjadi pengisi acara dengan memainkan musik dan bernyanyi. Suaranya yang merdu dan mempunyai ciri khas tersendiri, mampu memikat Nara waktu itu. Bahkan ia telah jatuh cinta pada pandangan pertama. Namun, Nara tak punya keberanian untuk mengungkapkan perasaannya. Selain karena Sean yang senior, saingan Nara juga banyak. Apalagi para seniornya yang cantik-cantik jelas membuat Selin insecure dan memilih memendam perasaan itu bertahun-tahun. Tapi hari ini, semuanya berubah dalam sekejap mata. Akibat insiden tadi pagi, di mana Nara melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau Sean tak sebaik yang ia pikirkan selama ini.  Ditambah karena perbuatan lelaki itu juga dirinya sampai dipecat, nggak digaji bahkan juga tidak mendapat pesangon. Hal tersebut membuat rasa sukanya pada Sean tergantikan menjadi kebencian yang mendarah daging. "Mulai hari ini, aku berhenti mengagumimu. Dan mulai hari ini juga aku akan menjadi haters kamu, Sean Pradipta!!!" Nara bersumpah. 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
84.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
186.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
9.3K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook