bc

HOT WRITER

book_age18+
4.7K
FOLLOW
30.4K
READ
sex
playboy
comedy
sweet
humorous
coming of age
enimies to lovers
first love
passionate
shy
like
intro-logo
Blurb

WARNING‼️AREA ? KE ATAS‼️BOCIL DILARANG MAMPIR‼️SUKA BACA‼️ TIDAK SUKA JANGAN CARI DOSA‼️MUAAACHH BUAT PARA PEMBACA KESAYANGAN SEMUA .....

Hidup dengan kakaknya yang buta merupakan hal berat bagi Lala, bagaimana tidak?! Di usianya yang masih tergolong senang-senangnya bermain, gadis cantik itu harus banting tulang demi menghidupi sang kakak, kedua orangtua sudah tiada, kecelakaan ditabrak orang tak bertanggung jawab. Yang jadi masalah ....

Lala bekerja pada orang yang sudah mencelakai kedua orangtuanya dulu, ditambah lagi pria itu menyesal dan ingin membalas budi baik pada Lala, bisakah Lala menerima?!

Selain tampan, pria kaya raya itu juga seorang penulis yang hobinya menulis cerita dewasa, dan dalam cerita itu, Lala yang selalu jadi fantasinya, apakah Lala bisa lepas darinya?! Ataukah tetap membalas dendam karena orangtuanya tiada karena ulahnya?! Silahkan baca lebih lanjut untuk tahu hasil akhirnya.

Salam

>>>Dilla 909<<<

chap-preview
Free preview
> BAB SATU <
Seorang gadis tengah melamun di teras rumahnya, dia sedang meratapi nasibnya. Nama gadis itu adalah Lala, dia memiliki seorang kakak laki laki bernama Pandu. Mereka adalah kakak beradik yang hidupnya selalu serba kekurangan, orang tua mereka sudah meninggal, sedangkan Pandu sendiri mengalami kebutaan akibat kecelakaan yang di alaminya lima tahun yang lalu, dia tidak bekerja dan hanya mengandalkan adiknya untuk bertahan hidup. Pandu ditabrak oleh mobil seseorang yang tidak bertanggung jawab. Seandainya saja orang itu memiliki hati dan membawanya ke rumah sakit, kejadiannya pasti tidak seperti ini, masih bisa tertolong. Tapi nasi sudah menjadi bubur, disesali juga percuma, tiada gunanya, yang pasti, mereka bertahan hidup demi masa depannya. "Lala," panggil Pandu pelan membuat Lala bangun dan tersadar dari lamunannya. "Eh! Iya kak, ada apa?" tanya Lala dan berjalan mendekati kakaknya. "Bagaimana pekerjaanmu hari ini, sayang? Apakah daganganmu laris?" tanya pandu membuat Lala terdiam dan meneteskan air mata. "Em ... laris, Kak, Alhamdulillah ... " jawab Lala sambil mengusap air matanya pelan. "Syukurlah kalau begitu, Sayang, sebaiknya kau tidur karna ini sudah malam!" perintah Pandu dan di jawab oleh Lala dengan suara lembut. "Iya, Kakak." Lala memasuki kamarnya dan menutup pintunya dengan pelan. Dia jatuh terduduk di lantai sambil menangis. "Maafkan aku,Kak Pandu, aku tidak berani bilang kalau tempat jualan gorengan Lala kena gusur oleh pemerintah, Lala tidak bisa mencari uang lagi, Kak ... apa yang harus Lala lakukan?! Lala sangat bingung," ucap Lala sambil menangis. Suara ponsel Lala berdering, Lala segera mengangkatnya. "Hallo," jawabnya serak. "Lala!! Bagaimana kondisimu?! apa kau baik baik saja?!" tanya Rani, sahabat baik Lala, cemas. "Aku baik baik saja, Rani, tapi aku bingung harus bekerja di mana lagi? sudah satu minggu ini aku menganggur tanpa sepengetahuan kak Pandu," jawab Lala, lirih. "Mau aku kenalin seseorang tidak? Siapa tahu dia bisa membantu!" ucap Rani, membuat senyum Lala merekah. "Tentu saja, kenapa tidak bilang dari kemaren, Rani?!" seru Lala lagi, bahagia. "Tapi .... " "Tapi kenapa, Rani?!" tanya Lala cemas. "Orangnya memang sangat kaya Lala, bahkan bisa di bilang jutawan, dia juga pemilik dari penerbitan beberapa majalah-majalah ternama di Indonesia, selain itu dia juga seorang penulis novel yang setiap harinya selalu di nantikan oleh penggemarnya yang milyaran itu." "Wah ... Itu sangat mengagumkan Rani, lalu apa masalahnya?" sahut Lala heran. "Dia ...." "Dia kenapa?!" "Dia sangat mesum Lala, kekasihnya sangat banyak, setiap kali melihat gadis cantik, selalu saja, dia kejar sampai ke ujung dunia, dia sangat posesif, kalau sudah suka sama seseorang, pasti bakal dia dapatkan, mending kalau cuma pacaran, dia sering membawa wanita-wanita pujaannya itu ke ranjang dan setelah itu dia buang," jelas Rani membuat semangat Lala pudar. "Benarkah?" lirih Lala, kembali kecewa. Dia sudah tidak bertenaga. "Iya, Lala, seperti itulah dia," jawab Rani, apa adanya. "Tapi wajahku jelek, Rani, jadi kelihatannya aman dan tidak ada masalah, yang dia buru wanita-wanita cantik, bukan? Lalu kenapa kita harus cemas?!" ucap Lala masih berusaha mendapatkan pekerjaan itu bagaimanapun caranya. "Jangan bodoh, Lala! Kamu itu cantik, bahkan tanganku saja sampai keram karna terus-terusan menghajar para pria yang selalu ingin menggodamu. Jadi jangan gegabah. Aku masih bisa menghajar kalau orang itu adalah pria-pria yang ada di sekitarmu!! Kalau yang menggodamu adalah atasanku?! Bagaimana aku bisa menghajarnya?! aku masih butuh pekerjaan, Lala, dan itu semua juga buat membantumu dan kakak tersayangmu itu," jelas Rani membuat Lala terharu. Rani adalah sahabat Lala sejak kecil, dia tergolong tomboi dan sifatnya galak. Setiap kali Lala menangis, maka Rani akan maju dan menghajar orang yang sudah berani membuat Lala kesayangannya itu bersedih. "Tapi aku membutuhkan pekerjaan itu, Rani, kalau kamu yang bawa, siapa tahu aja bisa keterima," gumam Lala menaruh harapan besar. "Bentar, biar aku berpikir dulu," ucap Rani dan terdiam selama beberapa saat. Dan tak lama kemudian .... "Aha!! Aku ada ide cemerlang, Lala!!" seru Rani, bahagia. "Ide apa?" tanya Lala, lebih bahagia dari Rani. "Kamu dandan aja yang jelek, aku akan menumbukkan arang untukmu setiap hari agar kulitmu yang mulus itu kelihatan dekil dan wajahmu yang cantik itu kelihatan jelek," ucap Rani bersemangat. "Tapi Ran ... Aku kan sudah hitam, tidak perlu diperhitam lagi," jawab Lala sedikit kesal. "Sayang, warna kulitmu itu sawo matang, tidak hitam dan tidak putih, sangat mengagumkan dan tidak membikin bosan, kalau kau mau aman! Maka turuti perintahku atau tidak ada pekerjaan sama sekali untukmu?! Hem? Pilih mana?!" ucap Rani, takut membuat sahabatnya berada dalam masalah. "Baiklah! Demi kakak," jawab Lala, menyerah. "Iya, semua ini demi dia," bisik Rani dengan suara sendu. "Rani, kalau kau menyukai kakakku, sebaiknya kau katakan saja. Aku tidak mau kau bersedih," ucap Lala mengerti dengan kesedihan Rani yang dari dulu sudah memendam perasaan pada Pandu, tapi kakak Lala itu tidak mau tahu. "Sudah aku katakan, Lala, tapi dia selalu menolak dengan alasan dia buta dan tidak pantas bersanding denganku," jawab Rani, membuat Lala terdiam. "Bersabarlah, Sayang. Aku akan berusaha agar kak Pandu mau menerimamu," ucap Lala berusaha menenangkan hati sahabatnya, Rani. "Oke, Manis! Lupakan soal, Aku! Sekarang persiapkan saja dirimu yang akan aku kenalkan dengan pak David Miller," ucap Rani bersemangat. "David miller?! Apakah dia seorang bule?!" "Bukan seperti itu Lala, papanya bernama Robert Miller beliau berasal dari Belanda. Sementara mamanya bernama Rahayu miller orang asli indonesia. Jadi ... dibilang bule bukan, dibilang orang asli Indonesia juga bukan. " "Tidak penting, yang pasti, aku ingin mendapatkan pekerjaan itu, bagaimanapun caranya!" seru Lala, antusias. "Hem ... baiklah, Sayang, semoga saja dia mau menerima dirimu," jawab Rani sambil tertawa. "Amin," Lala menjawabnya dengan doa. Rani memutuskan sambungan telepon karna sudah malam. Sedangkan Lala, berjalan ke arah ranjang dan tidur sambil tersenyum. Dia berharap agar bisa diterima di perusahaan itu dan bisa menghidupi kakak kandungnya yang sedang mengalami kebutaan. Ya, semoga saja .... °°°°°°°©©©°°°°°°° Tok tok tok. "Masuk!" jawab seorang pria dengan suara tajam. "Selamat pagi, Pak David, ada yang ingin bertemu dengan bapak," jawab Risa, sekretaris David sambil tersenyum nakal. "Siapa?!" tanya David sambil terus memandangi layar laptopnya. "Rani pak, sekretaris papa, Anda," jawab Risa, menonjolkan sedikit dadanya. "Suruh dia masuk!" sahut David, cepat. "Ba-baiklah," jawab Risa dan tak berapa lama kemudian, Rani masuk sambil menggandeng tangan Lala yang sedang gemetaran. Wajahnya terlihat pucat dan tubuhnya terlihat kusam karna Rani membedakinya dengan tumbukkan arang yang sudah dihancurkan dengan lembut. "Ada apa?!" tanya David sambil matanya menatap penuh minat ke arah Lala. "Em .... " "Duduklah!" perintah David, dengan suara tajam. Rani dan Lala duduk di hadapannya dengan sopan, sementara Lala terus meremas kesepuluh jarinya karna merasa gugup. Ketampanan David membuatnya gelisah tidak menentu. "Ehem, saya dengar bapak kemaren membutuhkan asisten, berhubung teman saya menganggur, maka dia berniat kerja sama bapak ..." jelas Rani membuat David menatap tajam ke arah Lala. "Tinggalkan kami berdua!" potong David mengerti dengan maksud ucapan Rani, sekretaris papanya. "Tapi ... Saya belum selesai--" "Tinggalkan kami berdua!" perintah David, untuk yang kedua kalinya, dia tidak mau di bantah. "Baiklah," ucap Rani pelan. Rani bangkit dari tempat duduknya dan meninggalkan Lala bersama David. Lala sangat gugup, tapi dia tidak bisa berbuat apa apa selain menghadapi pertanyaan dari calon atasannya itu. ******* Jangan lupa tekan Love dan follow yaaaa muaaacchhhhh TBC

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
50.5K
bc

LIKE A VIRGIN

read
840.2K
bc

Bermain Panas dengan Bosku

read
1.2M
bc

The Ensnared by Love

read
103.6K
bc

My Husband My Step Brother

read
54.7K
bc

Mrs. Rivera

read
45.2K
bc

SHACKLES OF GERALD 21+

read
1.2M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook