Terjebak Dalam Tubuh Keyra

“Arghhh…kepalaku..” denyutan di kepala, membuat gadis cantik yang tergolek di ruang rawat inap itu memegang kepalanya dan berharap rasa sakit itu akan berkurang seiring dengan pijatannya di pusat rasa sakit kepalanya. “Key, kamu sudah sadar?” tanya seorang laki laki yang ada di samping tempat tidur itu. Laki laki itu sigap menekan tombol yang ada di samping tempat tidur. “Siapa kamu?” tanya gadis cantik yang dipanggil Key tadi. “Hah?” seru laki laki itu dengan suara tertahan, tak selang berapa lama ada rombongan laki laki yang berjas putih dan wanita yang mengikutinya. “Biar saya periksa dulu pak Arnold.” Kata dokter itu meminta ijin. “Dia hilang ingatan dok? Dia tidak mengingat siapa saya?” tanya laki laki yang dipanggil pak Arnold tadi. “Hmm… mestinya dia tidak akan hilang ingatan… karena tidak ada benturan yang keras di kepalanya. Entah mungkin ini adalah sebuah kasus traumatic, mungkin dia tidakingin melihat atau tidak ingin mengingat sesuatu yang membuat dia kembali teringat peristiwa yang menyakitkan. “Tapi barusan dia bertanya siapa saya, dok?” cecar laki laki itu dengan nada tidak puas. “Pak Arnold, bisakah saya memeriksanya dulu? “ tanya dokter itu dengan nada datar,sebenarnya dia kesal dengan pertanyaan Arnold yang terkesan menyudutkan dirinya. “Oke…saya tidak mau ada apa apa dengan tunangan saya..” “Apa??” jerit Meyliena dengan suara keras. “Apa ada yang sakit nyonya?” tanya dokter itu dengan suara lembut. “Nyonya? Saya belum menikah! “ jawab Mey sewot. “Ehm apakah anda mengingat siapa anda?” tanya dokter itu dengan hati hati. “Tentu saja aku ingat!!!” “Ah puji Tuhan …” seru laki laki yang dipanggil pak Arnold tadi, sontak Mey melirik dengan pandangan tidak suka kepada laki laki di sampingnya itu. Ganteng sih, tapi annoying (=mengganggu) “Baiklah… apa yang anda ingat?” tanya dokter itu tanpa menghiraukan seruan pak Arnold itu. “Semuanya lah dok…” “Namanya siapa?” “Meyliena Hanggara usia 20 th…” “Kamu Keyra Wijaya usia 20 th” koresi pak Arnold tadi. “Sebenernya yang punya nama siapa sih, kok jadi kamu yang ngeyel?” sewot Mey lagi dengan memajukan bibirnya selayaknya anak kecil yang tidak dikasi permen. “Ya ampun kamu itu tunangan aku tentu saja aku tahu....” “Tunangan lagi… aku itu masih lajangggg!! Belum bertunangan aduhhhh kepalakuuu arrghh” tiba tiba kepalanya seperti berputar dan gadis itu kembali pingsan. “Gimana nih dok? Kok pingsan lagi sih?” tanya Arnold dengan nada kuatir. “Pak, nyonya eh nona sedang sakit, ini masih ada dalam taraf pemulihan… jangan dibebani dengan hal hal yang masih belum bisa diterimanya. Sementara ikuti saja kemauannya. Sembari saya observe lagi.” Ujar dokter itu dingin, dokter ini merasa kesal tapi dia menahannya untuk tidak berkonfrontasi dengan Arnold . Arnold Dirgantara berusia 30th,CEO perusahaan ternama dalam bidang contractor yaitu Dirgantara State corp., design interior, dan pemilik beberapa perumahan elit dan apartemen, termasuk jajaran orang terkaya di Indonesia, bahkan rumah sakit yang saat ini tempat dokter itu bekerja, pemegang saham terbesarnya ya si Arnold ini. “Tapi apa yang terjadi dengan tunangan saya ini dok? Apa dia menderita amnesia?” “Semestinya tidak ada benturan di kepala.. bisa saja peristiwa traumatiknya membuat diaamnesia, meski jenis ini kecil kemungkinannya. Bisa jadi ini termasuk amnesia disosiatif. Amnesia jenis ini adalah pengidap tidak mampu mengingat infopribadi yang bahkan sesuatu yang dinilai penting, misal nama dan segala sesuatu yang berkaitan dengan pribadinya. Tapi ini jelas harus diselidiki dan diobeservasi lagi.” jelas dokter itu dengan tegas. “Arghh, gara gara ikutan acara ga jelas itu akhirnya jadi runyam begini.” Sergah Arnold yang terlihat frustasi dengan keadaan tunangannya yang masih muda itu. “Ingat pak, bapak tidak boleh emosi dalam menghadapi nona Keyra, sepertinya dia mengalami trauma yang sangat mendalam, entah ini berhubungan dengan kehidupan pribadinya atau karena kecelakaan yang diterimanya. Saya sarankan bapak untuk bertemu dengan Dokter Ivan, neurolog dan psikiater berpengalaman di rumah sakit ini. Sebagai spesialis system saraf, mungkin penyakit nona Keyra berhubungan dengan saraf atau berhubungan dengan kejiwaan bisa lebih diteliti oleh dokter Ivan.” “Maksud kamu dia tertekan?” sentak Arnold dengan nada tidak suka. “Saya tidak ada kapasitas dan tidak berkompeten dalam masalah itu pak, silahkan bapak bisa konsulkan lebih kanjut kepada dokter Ivan.” jawab dokter muda itu datar dan dingin. “Arrrggghhh…” Arnold hanya bisa mengacak rambutnya dengan rasa kesal yang berkecamuk dihatinya. “Kalau tidak ada permasalahan yang lain, saya permisi dulu. “ kata dokter itu beserta suster yang mengiringinya pamit undur diri keluar dari ruang rawat inap. “Key, andai saja kamu tidak memaksakan diri untuk ikut dalam acara ini, maka kejadian initidak akan terjadi, kamu tidak akan koma, kamu tidak akan lupa ingatan sepertiini. Jangan tinggalkan aku, Key… aku… aku sudah mulai mencintai kamu!!” bisik Arnold dengan lirih, tak terasa air mata yang sedari tadi berkumpul di pelupuk matanya mengalir dengan deras di pipinya, dan jatuh ke tangan Keyra yang tergolek lemah di brankar rawat inap VVIP itu. *** " Dimana aku?" gunam Mey dengan lirih. "Kamu masih di rumah sakit." sahut pria berbaju dan jubah putih. ."Siapa nama kamu? Dan kenapa kamu disini?" tanya Mey dengan raut wajah bingung. Tadi kayaknya dia bermimpi dipanggil dengan sebutan Keyra. Sekarang dia seperti di sebuah tempat serba terang, dia gak tahu dimana itu. "Kamu gak perlu tahu siapa aku, tapi akulah yang membawa kamu keluar dari tempat dimana kamu seharusnya menjadi abdi prabu junjungan hamba di Hargo Dumilah." sahut pria berbaju putih itu dengan santun. Wajahnya menyinarkan kedamaian bagi setiap orang yang menatapnya. Mey kembali bingung, siapakah yang disebut prabu. "Lalu dimana teman temanku?" tanya Mey dengan wajah bingung, seingatnya ia pergi dengan ke sembilan teman temannya. "Temanmu, semuanya menjadi abdi dalem prabu junjungan hamba." jawabnya lagi dengan nada tenang dan mendayu, memberi ketenangan setiap orang yang mendengarkannya. " Lalu kenapa aku ..." tanya Mey meragu. "Kamu diberi kesempatan oleh prabu junjungan hamba untuk melaksanakan tugas menggantikan teman kamu, Keyra Wijaya. "Dimana Keyra?" "Kamu tidak berhak tahu dimana jiwa Keyra berada, kamu hanya harus melaksanakan tugas untuk menggantikan Keyra, selama 6 bulan." "Tapi aku tidak mengenal Keyra dengan baik, aku bukan teman baiknya, tuan. Bagaimana aku bisa menggantikannya? Aku tahu kehidupannya saja tidak! Lagian aku harus membantu mom Selena, ibuku, dia sendirian. Aku tidak akan bisa meninggalkan dia." "Keyra Wijaya dijodohkan oleh keluarganya, dan baru saja bertunangan dengan Arnold Dirgantara yang berusia 30 tahun. Ayahmu bernama Kevin Wijaya dan bundamu bernama Alyra Sasmita . Pengusaha besi baja untuk konstruksi alat berat. Memiliki kakak bernama Alvin Wijaya berusia 25 tahun penerus usaha di PT. Wijaya Karya, istrinya bernama Angelina Soraya berusia 22th, dan kamu punya keponakan bernama Alvino Wijaya berumur 1 tahun." kata pria tua itu memberi informasi. "Aku masih lajang, bagaimana aku bisa menjalani hidup menjadi Keyra yang sudah bertunangan dengan seorang laki laki, karena kalau bertunangan pasti akan menikah kan?" tanya Mey sambil bergidik ngeri. "Kamu bertugas menggantikan Keyra hanya selama 6 bulan.." "Lalu dimana tubuhku berada?" potong Mey dengan antusias. "Tubuhmu masih berada di Gunung lawu, tersembunyi dengan baik, dan hanya aku yang bisa membantumu kembali kesana. Aku akan membantumu setelah kamu selesai menunaikan tugas kamu."