bc

Teluh Mbok Ireng

book_age18+
45
FOLLOW
1K
READ
revenge
mystery
scary
like
intro-logo
Blurb

Perempuan jahat. Santet jahat. Gabungan antara keduanya adalah mimpi buruk. Mbok Ireng, Estri, Juwita, kalian boleh menyebutnya apa pun. Ia adalah perempuan yang belajar ilmu hitam untuk membalaskan dendam orang tuanya. Tapi… ia tidak ingin meneluh mereka secara langsung, ia akan mengundang mereka. Untuk membunuh diri mereka sendiri.

21+ untuk hal-hal menjijikkan seperti darah, deskripsi tidak menyenangkan, dan banyak adegan yang mengganggu.

chap-preview
Free preview
[Mbok Ireng: Perempuan di Tengah Hutan]
[Mbok Ireng: Perempuan di Tengah Hutan] Dua pria berjalan di bawah naungan purnama. Sebuah lampu petromak di tangan pria berpakaian serbahitam, ia memimpin jalan. Minimnya pencahayaan menjadikan pria yang mengekor di belakang salah pijakan. Terkadang menginjak batu, terpeleset semak berduri, lebih sial lagi tahi hewan. Tentu saja pria tidak beruntung itu mengumpat, lalu meludah ke sembarang arah. “Mas Ardi tidak tahu kalau meludah itu tidak sopan,” ujar pria yang membawa petromak. Lampu berbahan bakar minyak tanah itu berganti menyorot rumput tempat air liur mendarat. “Di sini enggak ada apa pun selain pohon sama semak. Juga tahi. Emang ada masalah?” Ardi terdengar tidak ramah, seperti biasanya. Tidak kunjung menyahut, pria yang membawa lampu petromak justru menjunjung tinggi-tinggi lampu yang dibawanya. Ia menyoroti sebuah pohon tua besar berdaun lebat. Mungkin yang paling besar di antara pohon-pohon lain di sekelilingnya. “Pria besar di pohon itu tidak suka Mas Ardi meludah di dekat rumahnya, minta maaf kalau Mas Ardi tidak mau kena masalah duluan sebelum sampai di rumahnya Mbok Ireng.” Ardi mendecih. “Dengan cara apa aku harus minta maaf?” “Bersihkan lagi bekas ludahan Mas Ardi.” “Sial—“ “Saya tidak tanggung jawab kalau Mas Ardi celaka sebelum sampai di rumah Mbok Ireng.” Ardi kalah. Ia juga bukannya orang yang suka mengalah. Namun pada akhirnya, pria yang selalu berpenampilan perlente itu berjongkok, lantas mengeluarkan selembar sapu tangan berlogo desainer ternama. Ketidakrelaan mengotori barang pribadi mahalnya haruslah sepadan ketika sampai di rumah dukun sakti itu. Ia tidak pernah kalah dan tidak mau mengalah. Kali ini saja, ia akan menundukkan kepala. Pria muda dengan petromak itu sudah cukup menyebalkan. Dukun yang masih misterius itu pastilah lebih menyebalkan. “Jangan lupa sungkem, kalau sudah selesai kita bisa lanjut.” Dersik yang berembus membawa serta kegelisahan hewan-hewan malam dan dahan-dahan pohon yang saling bergesek. Seperti kata orang-orang terdahulu bahwa perjalanan menuju jalan sesat akan diiringi dengan gangguan. Seolah-olah mendapat peringatan agar segera mengurungkan niat dan berbalik pergi. Namun bagi Ardi Subekti Tjahjono, pantang kembali setelah menggelontorkan dana demi bertemu dengan pria berlampu petromaks itu. “Aku sudah selesai, ayo jalan lagi. Menemukan kamu aja udah susah, jangan sampai ketemu Mbok Ireng juga jadi gagal.” Ardi menyusul langkah sang pemandu. “Namamu siapa?” tanya Ardi. “Kenapa Mas Ardi mau tanya nama saya?” Balasan yang tidak menyenangkan dari si pemandu. “Ya, buat membunuh waktu. Kayaknya kamu masih muda, tapi udah jadi pemandu dukun aja. Kepepet atau emang enggak punya kualifikasi buat hidup kayak manusia normal yang lain?” Perkataan dan pertanyaan itu sarat dengan sindiran. Sedangkan si pria yang jalannya di depan itu enggan meladeni lebih jauh. Dua pria tersebut lagi-lagi hanyut dalam kesunyian. Tentu saja dengan Ardi mencebik tidak senang atas arogansi si pemandu yang kentara jauh lebih muda darinya. Pria berpakaian hitam, membawa petromak, tampang usia awal dua puluhan, perangai dingin, sangat lekat dengan kemisteriusan Mbok Ireng yang namanya berulang kali disebut. Dukun perempuan, kabarnya tidak pernah ada dukun seperti Mbok Ireng setelah puluhan tahun lamanya. Bukan dukun beranak yang memang masih menjadi praktik umum di beberapa daerah tertinggal, Mbok Ireng benar-benar dukun ilmu hitam. Tiada yang tahu bagaimana sosok Mbok Ireng. Apakah ia nenek-nenek bungkuk yang mengunyah sirih, apakah wanita itu penggemar berat Mak Lampir yang meniru gaya idolanya, atau mungkin pria tua yang mengaku-ngaku terlahir di tubuh yang salah dan berpenampilan kemayu? Mbok Ireng masih sebuah misteri, tetapi kabar kesaktiannya santer terdengar di kalangan pebisnis lain. Namun, kendati dicari-cari ke mana pun, menemukan Mbok Ireng seperti mencari sebuah jarum dalam tumpukan jerami. Mencari lokasi Mbok Ireng bisa dibilang sangat sulit, pun dengan mencari karoh* yang mengantarkan seseorang menuju dukun sakti mandraguna itu. Namun, Ardi bisa dibilang sangat beruntung karena dapat dipertemukan dengan pria yang namanya masih sebuah tanda tanya ini. Kejadiannya tiga hari yang lalu ketika Ardi baru saja pulang dari wisata malamnya di diskotik ternama, ia berpapasan dengan pria tersebut yang mobilnya mogok di jalan. Mungkin semesta memang sudah menakdirkan ia bertemu dengan Mbok Ireng, karena hari itu ia tidak mabuk. Padahal bermain-main ke tempat hiburan malam tanpa mabuk seperti makan goreng tanpa kerupuknya. Ardi turun dari mobil, basa-basi menwarkan bantuan. Padahal ia hanya mengecek apakah ada perempuan lain di dalam mobil, dengan begitu mungkin bisa bertransaksi sedikit atas bantuan yang diberikan. Alih-alih mendapat perempuan muda, nama Mbok Ireng justru meluncur dari pria tanpa nama itu. Lalu tepat malam ini, dua pria itu menentukan titik temu dan berangkat bersama menuju kediaman Mbok Ireng. “Beruntung, ya, jadi perantaranya Mbok Ireng. Kamu jadi terbiasa sama kegelapan. Dari tadi aku selalu tersandung, nabrak sesuatu, kena duri-duri tajam, tapi kamu sama sekali enggak lecet,” celetuk Ardi lagi dengan tujuan mengurai sepi. Lagi-lagi tiada jawaban dan pria muda itu. Matanya fokus menyorot jalanan. Kakinya seolah memiliki mata sendiri, bergerak dengan aman dan rapi tanpa tersandung, terlilit semak belukar, termasuk juga dapat menghindari tahi hewan-hewan sesekali ditemukan di sela-sela rerumputan. “Sebentar lagi kita sampai.” Pria berpretomak mengangkat lampu itu tinggi-tinggi, sebuah gubuk kayu besar terdampar di tengah hutan lengkap dengan obor yang menjadi satu-satunya alat penerangan. Tidak aka nada seseorang yang menduga jika hutan yang luar biasa menyeramkan ini dihuni oleh manusia. Manusia yang berkomplot dengan jin dan setan. Lampu petromak dimatikan ketika dua pria itu sampai di pintu masuk. Sebelum benar-benar menginjakkan kaki ke dalam gubuk, pria berpakaian serbahitam itu lantas menghadang Ardi masuk lebih dulu. “Saya mau tanya sekali lagi. Apa Mas Ardi siap dengan segala konsekuensi setelah datang ke Mbok Ireng dan menerima segala bantuannya?” Ardi memasang wajah angkuhnya seperti biasa. “Tentu saja, bisnis yang aku jalankan kali ini butuh bantuan di luar kuasa manusia supaya bisa maju. Aku siap dengan semua harga yang kalian minta. Kamu pasti tahu namaku, ‘kan?” Pria berpretomak itu lagi-lagi membisu, tetapi wajahnya menyiratkan ekspresi kesal walaupun tertutupi dengan tatapan tanpa ekspresinya. “Saya tidak nonton televisi, apalagi main internet. Jawabannya sudah jelas, ‘kan? Ayo masuk.” Gubuk itu beraroma kemenyan, bunga tujuh rupa, yang paling kental aroma melati. Aroma menyeruak, berdesakan memasuki lubang hidung Ardi. Nyala api memantul dinding-dinding kayu, ruangan luas yang nyaris tidak memiliki perabot apa pun, satu-satunya pusat atensi adalah sebuah kelambu yang menyembunyikan sosok Mbok Ireng di balik kain berjaring itu. Sosok yang keluar dari balik kelambu itu jauh dari bayangan Ardi. Bukan wanita tua bungkuk, cosplayer Mak Lampir, apalagi waria tua. Perempuan berparas ayu, tubuh ramping nan tinggi dengan rambut berwarna hitam gelap yang dibiarkan menjuntai turun menutupi bahu mulusnya. Tubuh langsing itu dibalut sebuah gaun ketat warna hitam. Rambut segelap malam, gaun putih yang menegaskan warna putih kulit, wajah cantik berkharisma dengan sepasang mata cokelat pekat. Perempuan itu tidak mungkin Mbok Ireng. |Bersambung|

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
188.8K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.7K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.6K
bc

My Secret Little Wife

read
93.7K
bc

Suami untuk Dokter Mama

read
18.4K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook