bc

MR. CEO AND MISS PHOBIA

book_age18+
2.0K
FOLLOW
16.5K
READ
billionaire
HE
CEO
mafia
twisted
sweet
bxg
humorous
female lead
first love
like
intro-logo
Blurb

Arina dan Alvaro saling mencintai, tapi Malini mamah Alvaro memiliki Sanya sebagai menantu idaman. Malini melakukan segala cara untuk memisahkan Alvaro dari Arina. Tepat satu bulan sebelum hari pernikahan Arina dan Alvaro digelar, Malini berhasil membuat Alvaro menikahi Sanya mengandalkan kondisinya yang saat itu mendadak kritis.

Pernikahan Alvaro dan Sanya membuat Arina hancur. Ketika Arina menyerah mencoba mengakhiri hidupnya, Zack selaku pria dari masa lalu Arina, dan telah menjadi CEO muda dari perusahaan properti ternama di Indonesia, justru mengikat Arina dengan rantai cinta yang dipenuhi keposesifan. Zack meyakinkan Arina untuk tetap melanjutkan pernikahan bersama Zack. Namun, percintaan buruk yang menimpa Arina di masa lalu, membuat Arina semakin trauma berurusan dengan cinta apalagi pernikahan, meski Arina harus tetap menghadapi pernikahan yang sudah Alvaro terlantarkan.

Ketika Arina mulai percaya sekaligus mencintai Zack, masa lalu kelam yang menyeret Zack berurusan dengan geng mafia, juga sampai mengancam keselamatan Arina. Kebersamaan yang awalnya terasa indah dipenuhi cinta, berubah menjadi tragedi yang bahkan sampai dihiasi pertumpahan darah.

Mampukah Zack menyelamatkan Arina, yang dengan kata lain, Zack juga harus mempertaruhkan nyawanya demi Arina?

(Salah satu peraih penghargaan novel dengan episode terpanjang, di kontes menulis novel CEO Innovel)

chap-preview
Free preview
Episode 1 : Prolog
 “Zack …?” Arina menghela napas dalam untuk kesekian kalinya. Ia mulai merasa frustrasi karena Zack tetap mengejarnya hingga kamar, meski CEO muda dari perusahaan properti ternama di Indonesia itu sadar, di rumah Arina ada orang tua mereka sekaligus mantan calon suami Arina yang malam ini sedang berkunjung, demi membereskan sengketa yang masih tersisa. Zack yang tak segan menutup pintu kamar Arina dan langsung pria itu punggungi, menatap wanita anggun di hadapannya dengan pandangan memohon. Seperti biasa, tangan kekarnya dengan sigap merengkuh tubuh wanita di hadapannya, sebab menyentuh Arina berikut memandangi wanita itu dalam jarak yang sangat dekat layaknya sekarang, ibarat kebutuhan bahkan candu untuknya. Sambil berusaha mengenyahkan tahanan kedua tangan Zack dari tubuhnya, Arina juga kian menatap frustasi wajah Zack yang kali ini berusaha mencium bibirnya di tengah kenyataan pria itu yang sungguh agresif kepadanya. Dan seperti biasa, Arina menggunakan sebelah telapak tangannya untuk menahan mulut Zack meski yang ada, pria itu menjadi sibuk melayangkan kecupan di sana. “Zack, apakah menurutmu, cinta harus selalu dibuktikan dengan sentuhan dan ciuman?” tanya Arina masih dalam keadaan frustrasi dan langsung dibalas dengan anggukan berikut tatapan tegas oleh Zack, yang tak juga mengakhiri dekapannya. Namun, Arina menepis anggapan Zack dengan gelengan pelan. “Enggak, Zack. Kamu hanya boleh melakukan itu ketika kita sudah menikah!” Sebenarnya, Arina belum selesai berbicara, tapi Zack langsung mengajaknya menikah dengan suara yang terbilang sangat tegas. “Ayo kita menikah! Aku siap!” Zack sampai mengulang ucapannya yang dipenuhi keseriusan. Dan seperti biasa, Arina langsung menggeleng sesaat setelah sampai menepis tatapan Zack. “Arina Isyani Subekti!” tegas Zack sengaja menyebut nama lengkap Arina saking kesalnya ia pada wanita di hadapannya. Zack sungguh heran, kenapa Arina tak kunjung percaya kepadanya? Apakah di mata wanita itu, keseriusannya hanya bualan semata? “Zack, aku mohon!” balas Arina tak kalah tegas. “Mau sampai kapan? Kita hanya cukup melanjutkan persiapan pernikahan yang sudah ada. Bahkan cara ini bisa menyelamatkan nama baikmu sekeluarga!” balas Zack cepat. Zack berusaha meyakinkan setelah sampai mengenyahkan telapak tangan Arina dengan gerakan pelan. Arina kembali menatap Zack sambil menghela napas dalam. “Sudahlah Zack. Aku butuh waktu. Biarkan aku sendiri dulu.” “Tapi aku enggak bisa, Rin! Aku enggak bisa biarin kamu sendiri, apalagi jika itu demi dia!” tepis Zack cepat. “Hanya karena kamu kembali melihat pria itu, kamu jadi lemah seperti ini? Apa-apaan? Apa bagusnya dia?” “Zack, aku mohon … hanya malam ini! Tolong biarkan aku sendiri!” Arina sungguh memohon tak ubahnya pengemis yang sibuk mengemis belas kasih di luar sana. Zack tetap menggeleng tegas tak kalah tegas dari tatapan yang ia kuncikan pada kedua manik mata hitam milik Arina. Kali ini, Arina menghela napas sekenanya sambil menatap pasrah Zack. “Zack ... aku menghargainya karena dia telah berkorban demi kebahagiaan mamahnya. Dia hanya memiliki mamahnya sebagai satu-satunya keluarga yang tersisa, Zack. Aku tahu kamu cemburu, tapi ….” “Jelas-jelas dia mengorbankanmu. Dia mencampakkanmu dan dia juga yang telah membuatmu terluka sangat dalam!” tegas Zack cepat memotong penjelasan Arina. Dengan mata yang berkaca-kaca, setelah sampai menggigit kuat bibir bawahnya, Arina berkata, “jangan lupa, ... sebelum dia, kamu juga pernah melukaiku sangat dalam. Kamu orang pertama yang melukaiku dan sampai membuatku trauma. Bahkan gara-gara kamu juga, aku kehilangan rasa percaya terhadap cinta.” Kemudian Arina langsung menepis tatapan Zack kendati pria itu terus berusaha menatapnya bahkan sampai memaksa.  “Bukankah aku sudah mengatakan alasanya? Aku terpaksa melakukannya karena aku mencintaimu! Karena aku ingin melindungimu, Rin!” tegas Zack dengan suara yang terdengar sangat lirih. “Tapi tetap saja. Itu tetap melukaiku. Sudah, ya, Zack. Biarkan aku istirahat. Malam ini saja. Aku janji, setelah ini, … aku akan baik-baik saja.” “Biarkan aku tetap tinggal di sini,” balas Zack masih memohon. Arina mulai lelah dengan keposesifan yang Zack jeratkan kepadanya. Ia menatap Zack dengan semua rasa lelah yang mulai menguasainya. “Kamu tahu papahku seorang TNI. Papahku bisa langsung menembakmu jika dia tahu kamu bersamaku di kamar dan sampai mendekapku seerat ini, sedangkan posisi kita belum menikah!” omel Arina yang akhirnya mulai kehabisan kesabaran. “Aku enggak peduli. Aku sama sekali enggak takut kepada apa pun jika itu menyangkut dirimu, bahkan meski aku harus mengorbankan nyawaku, Rin!” tegas Zack lagi masih berusaha meyakinkan Arina yang nyatanya masih saja terluka bahkan mengungkit ulah Zack, meski delapan tahun telah berlalu. Arina baru akan kembali menghela napas, ketika seruan pecah yang berbaur dengan seruan tembakan, terdengar dari jendela kamar yang ia belakangi. Sumbernya berasal dari luar kamar Arina. Bahkan saking takut sekaligus terkejutnya, Arina refleks mendekap tengkuk Zack dengan erat, disusul Arina yang sampai membenamkan wajahnya di sebelah bahu pria itu. Akan tetapi, Zack segera menyisihkan Arina dan berlari ke arah sumber tembakan yang sampai membuat kaca jendela kamar Arina pecah. “Zack sudah, Zack ... jangan! Aku mohon, jangan! Kita lapor polisi saja!” rengek Arina yang langsung berlari menyusul Zack. Arina yakin, tembakan tadi bukan ulah papahnya yang memang seorang tentara tapi kini sedang menikmati masa pensiun, melainkan orang lain yang belum ia ketahui. Namun, atas dasar apa orang tersebut menempak ke kamar Arina? Zack sendiri sudah langsung membuka jendela dan meraih sebuah pistol yang pria itu simpan di balik saku mantel hangat warna hitam yang dikenakan. Sambil menatap waspada ke sekitar luar kamar, Zack menyempatkan waktu menatap Arina yang sudah ada di hadapannya, tanpa membuat Arina melihat pistol yang kembali ia selinapkan ke dalam saku dalam mantelnya. Di matanya, Arina tampak sangat ketakutan sekaligus mengkhawatirkan Zack. Bahkan Arina yang awalnya mengusir Zack juga sampai menahan sebelah lengan Zack menggunakan kedua tangan, dengan sangat kuat. “Rin, kamu tunggu di sini. Aku janji, semuanya akan baik-baik saja!” tegas Zack yang lagi-lagi hanya bisa meyakinkan. Arina sibuk menggeleng dan menentang permintaan Zack. “Jangan Zack! Aku mohon jangan pergi. Kita lapor polisi saja!” “Aku janji aku akan segera kembali!” balas Zack cepat yang kali ini sampai menahan sebelah wajah Arina. Zack masih menatap Arina penuh keyakinan sekaligus cinta, sebelum akhirnya pria itu naik ke jendela dan lompat dari sana. Zack melakukannya dengan sangat cekatan, seolah-olah, kejadian kini bukanlah kejadian mencekam kali pertama yang pria itu alami sekaligus hadapi. Bahkan, Zack langsung berlari dan Arina yakini akan mencari pelaku penembakan. Kenyataan tersebut pula yang membuat Arina sangat mengkhawatirkan Zack, apalagi pria itu pergi tanpa kedua ajudan yang biasanya mengawal, sedangkan tak lama setelah kepergian Zack, suara tembakan juga kembali terdengar sebanyak dua kali. “Zack!” teriak Arina dari kusen jendela yang masih dibiarkan terbuka. Jantung Arina semakin kacau karenanya. Kenapa mendadak ada serangan tembakan? Apakah Karlina ada di balik serangan sekarang? “Karlina ... benarkah dia? Tapi kenapa dia terus saja mengganggu kehidupan Zack?” gumam Arina kian was was.  Ketika seseorang membuka paksa pintu kamar dari luar dan itu oleh Pram papah Arina, Arina langsung terjaga. Arina langsung menghadap sekaligus menghampiri Pram tanpa bisa mengakhiri kegelisahannya. “Suara apa tadi, Rin?” Pram langsung menelisik suasana kamar Arina.  Pram mentap saksama jendela kamar Arina yang kacanya sudah pecah, di mana pria itu juga langsung menemukan peluru yang menancap di kusen pintu kamar Arina. Dan mungkin karena itu juga, suara tembakan tadi terdengar sangat memekakkan telinga Arina lantaran peluru sampai menancap di kusen pintu kebersamaannya dan Zack. “Ini peluru pistol!” tegas Pram lirih sambil menatap tak percaya peluru di tangannya, sebelum berganti pada Arina yang masih terdiam ketakutan di hadapannya. “Zack, tadi dia bersamamu, kan?” lanjut Pram yang kali ini menatap Arina dengan mengintrupsi. Arina langsung sibuk mengangguk membenarkan anggapan sang papah. “Zack mengejar pelakunya, Pah! D-dia ... dia lompat dari jendela buat ngejar pelakunya!” Pram langsung mendengkus tak habis pikir. “Anak itu ... selalu saja gegabah!” cibir Pram yang langsung bergegas meninggalkan Arina. Arina menatap cemas ke luar jendela yang masih sepi bersama kegelapan yang menyelimuti sekaligus menjadi saksi. Dan Arina segera menyusul Pram yang ia yakini akan menggunakan senapan laras panjang milik pria itu, untuk memburu pelaku. “Pah, kita lapor ke polisi saja, Pah. Jangan gegabah!” seru Arina sambil berlari menyusul Pram. Arina merengek ketakutan memikirkan Zack yang entah bagaimana keadaaannya, selain ia yang tentunya mencemaskan keselamatan Pram. “Zack, kamu di mana? Jika sesuatu yang buruk sampai menimpamu, aku sungguh enggak bisa memaafkan diriku!” “Semoga ... semoga kamu baik-baik saja!” Arina yang masih berbicara dalam hati, tak bisa mengakhiri kesibukan tangannya yang sibuk saling remas di depan perut, atas kekhawatiran berikut ketakutannya terhadap keadaan mencengkam yang tiba-tiba melanda.   Bersambung .....  

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Chandani's Last Love

read
1.4M
bc

Long Road

read
118.3K
bc

Sweetest Diandra

read
70.5K
bc

DIA UNTUK KAMU

read
35.1K
bc

Escape from Marriage - Kabur dari Derita Pernikahan Kontrak

read
256.8K
bc

Satu Jam Saja

read
593.3K
bc

Bukan Cinta Pertama

read
52.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook