bc

Mission in Resort

book_age16+
208
FOLLOW
2.1K
READ
adventure
dark
mafia
mystery
straight
genius
detective
male lead
realistic earth
crime
like
intro-logo
Blurb

Arthur, Verrel, Shana, dan Agatha mengikuti makrab fakultas yang sebenarnya tidak bersifat wajib. Hanya saja, himpunan mahasiswa dari beberapa jurusan memutuskan menggelar acara tersebut untuk mengisi waktu libur perkuliahan.

Tahun ini makrab diselenggaran selama satu pekan di area perkemahan yang terletak di pulau kecil yang dihimpit lautan dan pulau tersebut masih berupa hutan-hutan. Hanya ada tenda-tenda glamping yang nantinya akan dijadikan tempat menginap para peserta dan panitia makrab serta satu aula utama tempat kegiatan berlangsung yang disebut sebagai aula resort.

Lalu kejadian tidak mengenakkan terjadi di sana. Satu per satu panitia dan peserta makrab mulai mendapat kesialan di tengah serunya acara.

Namun bagi Arthur, Shana, Agatha, dan Verrel, mereka jelas melihat ada kejanggalan-kejanggalan di balik kesialan yang menimpa kawan-kawan mereka. Lantas secara diam-diam mereka mulai bergerak. Entah bagaimana caranya, mereka bertekad untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di balik kecelakaan-kecelakaan ini.

Seharusnya momen liburan adalah hal yang menyenangkan. Tapi kenapa bisa jadi begini menegangkan?

chap-preview
Free preview
R 0.0
Masa liburan adalah sesuatu yang paling ditunggu-tunggu. Setiap orang pasti mempunyai rencana soal bagaimana mereka akan menghabiskan waktu liburan. Meski sekadar membunuh waktu dengan bermalas-malasan pun, pasti sudah dipikirkan matang-matang. Namun ada yang berbeda dengan liburan Arthur, Shana, Verrel, dan Agatha kali ini. Mereka terpaksa harus berangkat ke acara makrab yang diadakan beberapa pengurus himpunan dari berbagai departemen di Fakultas Ekonomi. Ini semua karena ulah Verrel yang mendaftarkan ketiga temannya dengan tanpa persetujuan dari teman-temannya itu. Parahnya, apabila mereka membatalkan keikutsertaan di makrab ini, mereka harus membayar denda lima kali lipat dari uang pendaftaran. Merasa sayang buang-buang uang, akhirnya Arthur, Shana, Verrel, dan Agatha memilih tetap berangkat. Namun siapa sangka, mungkin lebih baik jika mereka buang-buang uang ketimbang mereka harus buang-buang nyawa. Mereka yang sedari awal agak-agak tidak berminat untuk mengikuti kegiatan itu semakin dibuat kecewa setelah melihat kenyataan yang ada. Bayangan mereka soal betapa serunya acara makrab langsung kandas begitu mereka tiba di lokasi. Kejadian nahas silih berganti menghampiri. Hingga rasa-rasanya, mereka ingin lari keluar dari pulau terpencil ini. Namun keterbatasan akses keluar masuk pulau seolah mengunci mereka agar tidak ke mana-mana. Seolah makrab ini adalah jelmaan dari permainan bertahan hidup yang tak pernah mereka bayangkan. "Kita ada di alam, gue yakin ini cuma kebetulan," gumam Agatha dengan yakin di tengah perdebatan sengit antara dirinya dengan Verrel. "Gue nggak bisa komentar apa-apa," ujar Shana sembari mengangkat tangannya, tanda menyerah. "Oke, gue anggap Shana netral. Sekarang tinggal lo, Tha! Pikirin lagi, semua kesialan yang menimpa itu timing-nya terlalu pas untuk jadi hanya sekadar kebetulan." Verrel tetap berkeras. "Gue setuju sama Verrel. Jelas ada yang nggak beres di sini!" tukas Arthur. Ia berada di pihak Verrel. "Kalau gitu, salahin Verrel karena udah menjebak kita ke dalam kegilaan ini!" bentak Agatha. Ia berbalik pergi sembari menghentak-hentakkan kaki. Shana yang melihat sahabatnya pergi jadi berusaha menyusul. Ia tidak ingin membiarkan Agatha pergi-pergi sendiri di tengah kondisi yang membingungkan dan mengkhawatirkan ini. Sepeninggal Agatha dan Shana, Verrel menarik Arthur untuk masuk ke tenda. Mereka berbisik-bisik serius di sana. "Kita harus segera menemukan akses keluar dari pulau ini. Kita nggak bisa nunggu sampai seminggu lagi. Gue nggak peduli kalau di sini nggak ada sinyal, nggak ada listrik, dan nggak ada alat komunikasi yang mendukung. Gue juga nggak peduli sama fakta bahwa sampai seminggu yang akan datang, nggak ada kapal yang akan berlayar. Pokoknya kita harus mencari jalan. Mungkin kita bisa kirim sinyal SOS atau kalau perlu ada dari kita peserta makrab yang berenang ke pulau seberang." Verrel berkata dengan amarah yang sudah berkobar-kobar. Namun Arthur berusaha tidak semakin menyulut api. Ia meredakan kemarahan Verrel dengan mengatakan bahwa dirinya punya rencana. "Kita nggak bisa gegabah, Rel. Gue amati, saat kita mencari jalan keluar dari pulau ini, maka secara kebetulan ada saja peserta makrab yang tertimpa bahaya. Kita masuk ke sini bareng-bareng. Jadi kita juga harus keluar bareng-bareng. Jangan karena kita gegabah ingin pergi dari tempat ini, kita mengorbankan nyawa teman kita." Lalu secara mengejutkan, suara teriakan terdengar sesaat setelah Arthur berhenti bicara. Arthur dan Verrel sama-sama familier dengan suara itu. "Shana, Agatha," ujar Arthur sembari keluar dari tenda diikuti Verrel. Mereka berlari ke sumber suara bersama dengan peserta makrab lainnya. Terkadang kita memang harus mengikhlaskan kehilangan. Kita sekiranya bisa merelakan, agar jadi terbiasa dengan keadaan. Beberapa orang memilih merangkak keluar meski jalannya terjal dan sulit. Beberapa lainnya masih mencoba berlari dan berkelit. Sisanya rela mati tertimbun dan terlilit. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Marriage Aggreement

read
80.2K
bc

My Devil Billionaire

read
94.5K
bc

Menantu Dewa Naga

read
176.5K
bc

Di Balik Topeng Pria Miskin

read
859.4K
bc

Scandal Para Ipar

read
692.7K
bc

Pulau Bertatahkan Hasrat

read
622.7K
bc

TERPERANGKAP DENDAM MASA LALU

read
5.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook