bc

Sejawat Bayang

book_age16+
62
FOLLOW
1K
READ
possessive
goodgirl
drama
sweet
bxg
first love
love at the first sight
affair
cuckold
sacrifice
like
intro-logo
Blurb

Aku tidak menyangka akan mengenal sosok lelaki sepertimu. Lelaki yang terasa hangat dan menyenangkan, selalu bisa membuatku tersenyum setiap hari. Tapi sayang, senyum itu hanya sebuah sampul dari buku yang telah koyak, karena ketika semakin mengenalmu, aku menemukan sosok lelaki yang sangat berbeda dari Geno yang aku kenal. Sosok itu kini selalu membawa tangis dan air mata. Aku lelah, aku sakit! Hingga satu ketika...

***

Hai kau yang ada di sana, apakah kau dapat melihatku? Benarkah? Padahal seharusnya aku tidak dapat dilihat oleh manusia biasa, tapi kau dapat melihatku. Apakah kau orang terpilih sehingga dapat melihatku?

Namaku? Entahlah, aku tidak memiliki nama karena aku adalah mahluk yang kau ciptakan, wahai Manusia Terpilih. Kenapa kau menciptakanku? Apakah kau memiliki sesuatu untuk kau ceritakan?

Oh, kau mengalami trauma, depresi, dan patah hati akibat seseorang memperlakukanmu dengan buruk. Tenanglah, wahai Manusia Terpilih. Aku mungkin tidak dapat langsung menyembuhkan lukamu, tapi aku akan mendengarkan semua keluh kesahmu padaku. Menangislah, wahai Anak Manusia! Menangislah! Jangan kau tahan air mata itu! Kau akan merasa sakit jika menahannya! Maka, menangislah!

Kisah pilu antara Nanda dan Geno akan tersaji di dalam cerita ini.

Cover by @summer.bwi

chap-preview
Free preview
Nanda dan Geno
Untukmu Yang tidak berada dalam genggaman. Hai, bagaimana kabarmu hari ini? Apakah semua baik-baik saja? Apakah kau tidak penasaran dengan keadaanku saat ini? Aku baik, benar-benar baik. Aku selalu makan teratur, olah raga teratur, dan tidur tepat waktu. Setidaknya itulah yang terlihat di permukaan. Aku masih tidak ingin semua orang mengetahui tentang apa yang aku rasakan di dalam hatiku. Aku tidak ingin semua orang merasa sedih dan kehilangan. Hai, kau yang saat ini tengah berada jauh di sana. Apakah kau masih mengingatku sekarang? Ini aku, orang yang dahulu sangat kau cintai, sangat kau rindukan, sangat kau perhatikan. Jujur, terkadang aku merasa rindu. Rindu akan cerewetnya ocehanmu setiap hari ketika aku lupa dengan sarapanku, rindu ketika kau memarahiku saat aku lupa menaruh kacamataku, dan rindu akan kasih sayangmu yang kini tidak aku dapatkan lagi darimu. Kau ada di mana sekarang? Apakah kau telah memiliki kekasih baru? Hai seseorang yang dulu selalu membangunkan tidurku tiap pagi. Aku sekarang sedang sedih, aku sakit, badanku selalu gemetar setiap hari ketika mengingat tentang segalanya. Aku tidak percaya dengan apa yang telah terjadi dalam hidup kita selama satu tahun kita menjalani hubungan yang tidak main-main. Banyak orang yang meragukan kesungguhan kita dalam berkomitmen karena kita yang masih muda, tetapi kita selalu menguatkan diri bahwa semua akan baik-baik saja. Hai, hai, dan hai. Kata itu yang akan selalu menemani setiap surat yang akan aku tulis untukmu. Surat yang aku tahu tidak akan terkirim dan sampai kepadamu. Surat yang hanya akan tersimpan di laci meja belajarku, yang akan menjadi pengingat bahwa aku pernah sangat, sangat mencintai seseorang sehingga lupa akan diriku sendiri. Surat yang akan selalu menjadi tempatku mencurahkan isi hati bahwa aku pernah hampir mengakhiri hidupku karena tidak sanggup akan beban berat yang aku tanggung. Aku menulis surat ini bukan karena aku merindukan sosokmu saat ini, melainkan aku merindukan seorang sosok yang aku kenal satu setengah tahun yang lalu. Sosok yang baik, lembut, dan penuh perhatian. Sosok yang akhirnya menghilang seiring berjalannya hubungan kita. Sosok yang menghilang seiring semakin seriusnya komitmen yang kita jalani. Sosok itu, adalah sosok yang tidak bisa aku temukan pada dirimu lagi saat ini. Sebenarnya berat, sangat berat untuk menyebutkan namamu dalam surat ini. Aku takut rasa trauma yang ada di dalam pikiranku kembali terpantik. Tapi jika tidak menyebutkan namamu di dalam surat ini, maka perasaanku tidak akan pernah sampai kepadamu. Meski aku tahu jika surat ini akan tetap ada dalam genggamanku, tetapi aku akan melepaskan perasaanku, dan mengantarnya kepadamu agar kau tahu apa yang aku rasakan selama ini. Hai Geno, apa Geno benar-benar melupakan Nanda? Nanda masih belum melupakan kalimat terakhir yang Geno berikan kepada Nanda ketika Geno memutuskan untuk meninggalkan Nanda sendirian di dalam ruangan sempit tanpa seorang teman. Saat ini aku, Nanda, berusaha membuktikan jika apa yang kau, Geno, katakan di saat terakhir itu tidaklah benar. Geno, apa yang ada di dalam pikiranmu ketika kau mengatakan itu kepadaku? Apakah kau sama sekali tidak berpikir tentang apa yang selama ini kau lakukan kepadaku? Apakah kau lupa dengan bagaimana kau memperlakukanku selama kita menjalani hubungan? Apakah kau lupa jika aku, bahkan harus mengorbankan keluargaku sendiri demi dirimu? Apa kau lupa dengan balasan yang kau berikan kepadaku? Tapi Geno, aku tidak akan langsung menceritakan tentang hal-hal sedih kepadamu saat ini. Aku akan mengungkapkan tentang segala hal yang bisa membuatku jatuh cinta kepadamu hingga rela melakukan apapun untukmu. Geno, apakah kau tahu jika saat itu aku sangat menyayangimu hingga aku rela menjadi budak cintamu? Geno, aku ingin bercerita panjang lebar kepadamu. Bukan hanya satu, melainkan akan ada seratus surat yang aku tulis untukmu. Aku akan bercerita tentang diriku, dirimu, diri kita, dan diriku lagi. Geno, aku tahu jika kau mengenalku sejak pertama kali aku mengikuti akun media sosial milik ayahmu yang merupakan guruku ketika menimba ilmu di salah satu sekolah menengah kejuruan di kotaku, sebuah kota kecil di ujung barat Jawa Timur. Dari akun media sosial milik ayahmu itu akhirnya kita saling bertegur sapa di kolom komentar, kemudian kita melanjutkan perkenalan pada pesan pribadi karena tidak ingin menjadi tontonan pengikut ayahmu di media sosial. Kita bahkan beberapa kali sempat ditegur ketika bercanda pada beberapa unggahan ayahmu di sana. Setelah kita berlanjut pada pesan pribadi, barulah kita sadar jika kita belum saling mengikuti di media sosial. Jujur saja, saat itu perasaanku sedang campur aduk. Ada perasaan senang, malu, dan berbunga-bunga. Tapi Geno, apakah saat itu kau tidak ingin tahu tentang diriku secara lebih lanjut? Geno, aku adalah seorang gadis biasa yang berasal dari desa, berbeda denganmu yang berasal dari ibukota. Aku berasal dari keluarga petani sederhana, sangat berbeda dengan dirimu yang dikelilingi oleh orang yang berpengaruh untuk masyarakat. Ayahmu seorang guru negeri, dan ibumu adalah seorang perancang busana yang cukup terkenal. Ketika pertama kali mengenalmu, aku merasa rendah diri dengan perbedaan status ekonomi dan sosial kita. Tapi kau meyakinkanku bahwa seorang teman tidak memandang status ekonomi dan sosial. Teman? Ya, itulah yang kita ungkapkan ketika pertama mengenal satu sama lain. Kita tidak perrnah menyangka jika pertemanan itu akan beralih menjadi sebuah komitmen. Geno, apakah kau bahagia selama menjalani komitmen bersamaku? Geno, ketika pertama kali mengenalmu, kita sama-sama berusia dua puluh tahun. Dulunya kita bersekolah pada tahun yang sama. Sayangnya, kau bersekolah di Surabaya sedangkan aku hanya berkutat di kota kecilku. Kau adalah orang yang menyenangkan, pandai bermain musik dan memiliki suara yang bagus. Ketika pertama kali aku mendenger suaramu melalui pesan suara, jujur saja aku merasa jika suaramu membuat perasaanku menjadi teduh. Sangat berbeda dengan suaraku yang cenderung kecil dan memiliki aksen daerah yang sangat kental. Sebenarnya, ketika mengetahui jika kau berada di surabaya, aku merasa sangat iri kepadamu. Seumur hidupku, aku hanya satu kali mengunjungi ibukota provinsiku, itupun ketika tengah darmawisata bersama teman-teman sekolahku. Aku ingat jika kau pernah bertanya kepadaku tentang alasan yang menjadikan aku tidak pernah mengunjungi Surabaya meski tempat tinggalku hanya berjarak sekitar tiga hingga empat jam perjalanan. Tapi aku berkata kepadamu bahwa keterbatasan biaya yang dimiliki oleh orang tuaku lah yang membuatku tidak dapat leluasa mengunjungi luar kota, apalagi hanya untuk berwisata. Orang tuaku lebih memilih untuk membeli beras, perlengkapan rumah, atau pupuk daripada menyisihkan uang untuk berwisata. Bagi orang tuaku, berwisata ke luar kota sangat memakan biaya. Aku juga ingat, Geno. Ketika pertama kau mengenalku, kau bertanya tentang kehidupanku sehari-hari. Aku berkata kepadamu jika aku hanya seorang penulis kecil yang belum pernah dipinang oleh penerbit manapun. Orang tuaku sebenarnya tidak mendukung kegiatan menulisku, tetapi rasa cinta pada dunia tulis membuatku tidak pernah patah semangat. Aku akan membuktikan kepada orang tuaku jika suatu saat nanti semua orang akan melihat karya tulisku terpajang di setiap toko buku seluruh Indonesia. Geno, aku sangat suka menorehkan apa yang aku lihat dan rasakan ke dalam tulisan. Tapi, kehadiranmu sengaja aku sembunyikan dari goresan tinta karena awalnya aku hanya ingin menyimpanmu untuk diriku sendiri. Ada alasan tersendiri kenapa aku menulis surat ini untukmu. Alasan yang tidak bisa aku tulis sekarang karena takut sesuatu di dalam hatiku mengamuk ketika membuka hal itu pada surat pertama. Tapi yang jelas, suatu saat aku akan mengutarakan alasan itu pada salah satu di antara seratus surat ini. Geno, mungkin perasaanku campur aduk ketika menuliskan kisah tentang kita ke dalam setiap surat untukmu. Tetapi aku akan mencoba menyesuaikan perasaanku hari demi hari ketika aku mengenang kisah kita di masa lalu. Sampai jumpa pada suratku selanjutnya, Kau yang tidak berada dalam genggaman

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.7K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.8K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.6K
bc

My Secret Little Wife

read
93.7K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook