bc

(Bukan) Wanita Pertama

book_age18+
1.5K
FOLLOW
5.4K
READ
family
escape while being pregnant
love after marriage
arranged marriage
goodgirl
sensitive
independent
drama
illness
selfish
like
intro-logo
Blurb

(On Going - slow update & Jauh dari kata Tamat)

Silahkan follow IG Restianirista.wp dan pantau story nya untuk tahu cerita yang di update.

"Kamu itu akan menikah dengan Thazin Argan." Ucap ibunya saat Nadhifa berusia lima belas tahun.

Nadhifa remaja hanya memandangi ibunya dengan tatapan bingung. "Siapa itu Thazin Argan?" tanyanya dengan wajah polosnya.

"Panggil dia Mas Argan, semua orang dikeluarganya memanggilnya begitu. Jadi Dhifa juga harus membiasakan itu. Mulai sekarang, Dhifa harus tahu dan belajar bagaimana menjadi istri untuk Mas Argan. Dan itu berarti, Dhifa juga tidak boleh dekat dengan pria lain diluar sana."

Dan setelah Nadhifa menyelesaikan bangku SMA nya, pernyataan ibunya kini bisa dimengerti kala ia benar-benar bertemu dengan keluarga konglomerat tersebut.

chap-preview
Free preview
Prolog
"Dhifa, Sayang. Kamu dengerin Mama ya." Nadhifa memandang ibunya yang kini tampak memandangnya dengan tatapan serius. "Iya, Ma?" "Sekarang kamu kelas berapa?" "Tiga SMP, Ma." Nadhifa bingung, kenapa ibunya bertanya seperti itu seolah ibunya itu tidak tahu di kelas berapa dia berada sekarang. Sejak kecil, ibunya selalu yang lebih banyak tahu tentang dirinya. Bahkan ibunya jauh lebih hafal dengan jadwal pelajaran dan juga nama-nama guru yang mengajar Nadifha jika dibandingkan Nadifha sendiri. Karena itu, jika pertanyaan seperti ini keluar dari ibunya, ia merasa heran sendiri. "Kenapa, Ma?" Tanya Nadhifa ingin tahu. "Kamu..." Ibunya tampak ragu. "Di sekolah, apa kamu punya teman laki-laki yang kamu suka?" Deg. Pertanyaan itu membuat Nadhifa malu sendiri. Benar kan apa katanya barusan, ibunya itu selalu lebih tahu segalanya jika dibandingkan dirinya. Nadhifa bahkan belum mengatakan itu pada ibunya, tapi ibunya sudah mengetahuinya. Dan herannya, darimana beliau tahu tentang itu. Apakah sahabat baiknya yang mengatakan itu pada beliau? Dhifa harus menanyakan ini padanya nanti. Jelas Dhifa merasa dikhianati jika memang sahabatnya yang sudah mengatakan ini pada ibunya. "Gak ada, Ma." Nadhifa bukannya ingin berbohong. Tapi dia sudah mengenal tabiat ibunya, jadi ia memilih untuk mencari jawaban yang aman. "Dhifa, Sayang. Dengerin Mama." Ucap ibunya itu dengan nada sedikit menekan. "Kamu gak boleh suka sama laki-laki lain di luar sana." Lanjutnya yang membuat Nadhifa mengerutkan dahinya bingung. "Kenapa?" Tanyanya lirih. Kenapa dirinya tidak boleh menyukai pria lain? Bukankah saat ini teman-teman seusianya juga sudah mulai berkencan. Cinta-cinta monyet ala-ala anak sekolahan yang berkencan dengan nonton pertandingan olahraga antar kelas. Jajan di kantin bersama dan pulang atau pergi sekolah bersama. Bukannya itu hal yang wajar? Dan wajar juga kalau Nadhifa ingin merasakannya, karena dia sama seperti anak-anak yang lainnya kan? "Karena kamu sudah punya calon suami, Sayang." Ucap ibunya tanpa mengalihkan tatapannya dari Nadhifa. "Calon suami?" Tanya Nadhifa lirih. Ibunya menganggukkan kepala mengiyakan. "Tapi Dhifa masih SMP, Ma? Dhifa belum ke SMA, Dhifa juga mau kuliah. Kenapa Dhifa sudah punya calon suami?" Tanyanya kesal. Kenapa ibunya harus mendikte semua tentang kehidupannya? Baiklah, ia masuk TK dan SD sesuai dengan keinginan ibunya karena saat itu ia memang tidak bisa untuk memilih. Namun saat ingin masuk SMP, Nadhifa harus menurut dengan sekolah pilihan ibunya sementara dirinya ingin masuk ke SMP lain dimana teman-teman satu sekolah dasarnya pergi. "Kamu berbeda dengan mereka. Kamu harus menjadi lebih baik dari mereka. Dan sekolah yang Mama pilih untuk kamu itu adalah sekolah terbaik, yang nantinya akan menunjang masa depan kamu." Itulah yang ibunya katakan kala Nadhifa mengemukakan pertanyaannya akan kenapa ia tidak boleh bersekolah di sekolah yang sama dengan sahabat-sahabat kecilnya. Bahkan setelah masuk SMP, ketika teman-teman lainnya berkumpul, ibunya melarangnya. Ibunya tidak pernah mengijinkannya sering-sering keluar rumah dan malah meminta teman-teman Nadhifa saja yang berkunjung. Sementara teman-temannya ingin pergi ke berbagai tempat karena berada di rumah membuat mereka bosan dan juga risih karena merasa selalu diperhatikan. Dan itulah yang Nadhifa juga rasakan. Dan saat Nadhifa naik ke kelas tiga SMP, ibunya sudah menunjukkannya brosur SMA yang nantinya akan Nadhifa masuki. "Jika kamu gagal masuk tes ke sekolah ini, maka pilihan kedua kamu adalah sekolah ini." Nadhifa tahu kalau ibunya menyayanginya. Apa yang diinginkan wanita itu adalah untuk masa depannya. Namun terkadang Nadhifa merasa tercekik. Ia merasa tidak bisa bergerak karena pantauan ibunya. Karena itulah, saat guru-guru sekolah mengatakan ada 'tugas kelompok' itu menjadi alasan Nadhifa untuk bisa keluar dan bermain teman-temannya. Sekarang, ibunya secara tiba-tiba mengatakan kalau dia tidak boleh menyukai laki-laki manapun karena Nadhifa sudah memiliki calon suami. Bukankah itu terlalu tega? Ibunya bukan hanya merenggut masa bermainnya, tapi juga sudah menentukan masa depannya. Apa Nadhifa tidak boleh memilih apa yang dia mau? Apa dia tidak boleh menentukan masa depannya sendiri? Nadhifa tahu dia adalah anak yang sudah dilahirkan oleh ibunya. Tapi dia juga punya hak untuk menginginkan sesuatu, kan? Tapi tidak. Ibunya tampaknya tidak akan memberikan hal itu padanya. Apapun yang Nadhifa inginkan, semua itu harus menurut keputusan sang ibu. "Mama ingin yang terbaik buat kamu, Sayang." Selalu jawaban itu yang ibunya berikan setiap kali Nadhifa mengajukan pertanyaan. "Argan pria yang baik. Dia mandiri. Dia pekerja keras dan dia akan menjadi suami yang baik kelak." 'Argan?' Nadhifa rasanya mengenali nama itu. Bukankah nama itu nama yang disebut oleh sahabat baik ibunya, Tante Aulia? Yang kini maunya Nadhifa panggil dengan sebutan Mama? "Kita sudah membahas ini waktu kamu kecil dulu. Sebelum tante Aulia pergi ke Australia. Mama dan tante Aulia sudah berpesan kalau kamu akan menikah dengan putranya nanti." "Tapi waktu itu Dhifa masih kecil, Ma." Jawab Nadhifa lirih. "Dhifa juga gak pernah kenal sama Mas Argan. Bahkan sampai sekarang, Dhifa gak pernah ketemu sama dia." "Tapi kamu udah tahu fotonya kan?" "Dhifa bahkan udah lupa bagaimana wajahnya." Jawab Nadhifa enggan. "Nanti Mama akan minta Mama Aul untuk kirim foto terbaru Argan buat kamu." Ucap ibunya lagi dengan nada membujuk. "Ma, Dhifa masih SMP Ma. Dhifa belum mau nikah. Dhifa masih mau kuliah." "Kamu masih akan kuliah, Sayang. Kamu hanya gak boleh suka sama pria lain." Ucap ibunya dengan nada membujuk. Nadhifa menggelengkan kepala. "Tapi Dhifa maunya kalau Dhifa nikah nanti, Dhifa nikah sama pria yang Dhifa cintai dan juga cinta sama Dhifa kayak Mama cinta sama Papa dan sebaliknya." Jawab Nadhifa lagi. Masih tidak mau menerima apa yang ibunya katakan. "Cinta itu, akan datang karena terbiasa, Sayang." Jawab ibunya lagi. Masih bersikukuh dan tak mau kalah. "Semua orang yang saling mencintai di dunia ini berawal dari tidak saling mengenal. Kamu mungkin mengatakan kamu gak cinta sama Argan saat ini. Tapi kita gak tahu apa yang akan terjadi besok atau lusa. "Perlahan, setelah saling mengenal satu sama lain, kamu akan menyukai dia dan jatuh cinta sama dia. Dan begitu juga sebaliknya. Siapa sih yang gak akan cinta sama anak Mama. Udah cantik, pinter, baik, udah jago masak juga. "Kenapa Mama bilang begini sekarang, karena Mama tahu kalau di masa depan akan ada banyak pria yang coba deketin kamu dan berusaha dapetin hati kamu. Sementara itu, Mama gak mau kamu kegoda sama mereka karena sejak sekarang kamu harus tahu kalau hati kamu, cinta kamu, itu Cuma untuk Argan aja." Nadhifa tak bisa berkata. Ia tidak bisa menentang ibunya seperti biasanya. Yang ia bisa, hanya berdoa semoga Tuhan memberikan yang terbaik untuknya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.8K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.7K
bc

My Secret Little Wife

read
93.7K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook