bc

OUR FAULT

book_age16+
1.5K
FOLLOW
23.5K
READ
possessive
sex
goodgirl
others
drama
twisted
sweet
serious
wife
husband
like
intro-logo
Blurb

[WARNING!]

Cerita ini mengandung kebaperan dan kesedihan yang mendalam.

[18+]

Segala cobaan hidupnya berawal dari tanda positif dari benda pipih yang di sebut testpack.

Daffatara Miller, pebisnis muda yang sukses mengembangkan karier di dunia kuliner.

Namun, ia harus menelan kenyataan yang pahit saat usahanya hancur dan pacarnya, Rayana Tizaura Alendra hamil akibat kecerobohan yang mereka buat sendiri.

Sampai pada akhirnya keduanya memilih pergi tanpa harta dan restu dari orang tua, karena hubungan mereka sama sekali tak di setujui oleh kedua pihak keluarga.

Sehingga cobaan demi cobaan harus mereka lalui bersama saat hidup yang semula serba mewah kini berubah menjadi serba sederhana.

Namun, bukan berarti kesengsaraan mereka berhenti begitu saja setelah anak mereka lahir. Cobaan yang lebih berat pun harus mereka hadapi lagi dan lagi.

Mampukah mereka bertahan untuk cinta dan buah hati mereka?

Ikuti terus cerita OUR FAULT, hanya di akun dreame Renamayriska

chap-preview
Free preview
S A T U
        Terik cahaya matahari siang tak menyurutkan semangat sepasang kekasih yang tampak asyik berburu kuliner. Pemburuan mereka berhenti di sebuah Cafe bergaya vintage yang mampu membuat keduanya langsung tertarik hanya dengan melihat interior design nya. Lelaki tinggi semampai itu tampak memperhatikan betul tata letak serta fasilitas yang Cafe ini sediakan. Dan beginilah tak tik bisnisnya agar Cafenya tak tertindas oleh Cafe yang lain. Karena dunia bisnis itu keras, terlebih bisnis kuliner yang kini tengah marak dalam kalangan masyarakat. Sebagai pebisnis kuliner, Daffa harus pandai-pandai meriset serta mencari tahu bagaimana pasar. Ia tak boleh sampai ketinggalan jaman. Daffa benar-benar mengagumi arsitektur kafe ini. Benar-benar sempurna. Bahkan bagian paling terkecil sangat mereka perhatikan. Contohnya saja vas bunga. Mereka memilih bunga segar dengan pot yang terlihat didesain khusus dengan bentuk khas jaman penjajahan dulu. Daffa bertugas mengamati arsitektir, sedangkan kekasihnya, bertugas sebagai pengamat menu yang di sediakan. Raya tampak memperhatikan menu-menu yang cukup menarik. Contohnya saja lapis legit. Lapis legit sendiri adalah kue legendaris khas Indonesia. Selain lapis legit masih ada kue cubit, kroket, serta jajanan lainnya. Namun, selain menyediakan menu-menu legendaris, kafe ini juga menyediakan menu moderen. Daffatara Miller dan Rayana Tizaura Alendra adalah sepasang kekasih yang dipertemukan karena masalah keluarga yang sama. Daffa sangat mencintai Raya, begitupun sebaliknya. Keduanya selalu saling melengkapi dan mengisi kekosongan yang tak mereka dapatkan dari hangatnya keluarga. Awal pertemuan mereka memang tak begitu menyenangkan karena Daffa tak sengaja menyerempet Raya dengan motor besarnya saat gadis itu tengah berjalan santai setelah pulang sekolah. Kaki raya terkilir dan karena rasa bersalahnya setiap hari Daffa menjemput dan mengantar Raya pulang. Saat itu keduannya masih sama-sama duduk di bangku SMA meski tidak satu kelas kedekatan keduannya mulai terjalin sampai saat ini. "Yang kafe kamu tambahin menu yang kayak gini dong tapi bedain farian rasanya, kan disini milk fruit kalau di kafe kamu milk vegetarian gitu kan jarang ice cream yang rasa sayur, jadi anak kecil yang nggak suka sayur bisa deh makan sayur lewat ice cream." Celetuk Raya sambil terus menikmati ice cream yang sudah terhidang cantik di hadapannya. Daffa tampak memperhatikan ice cream berwarna kuning terang yang tampak sangat menarik dimatanya. Usulan kekasihnya ada benarnya juga. Pengunjung kafennya tak hanya muda mudi, namun juga banyak orang tua yang mengajak serta anak-anaknya untuk menghabiskan waktu bersama. "Aku pernah denger sih, boleh deh di coba nanti aku obrolin sama chef." "Ini juga lapis legit-nya kok enak banget sihhh," ucap Raya dengan antusias. Selain doyan makan, Raya juga pakar kuliner. Bahkan dari bau-nya saja Raya sudah bisa menilai makanan itu. Raya benar-benar menikmati semua hidangan yang ia pesan dengan mata berbinar. Daffa juga mengakui Cafe ini sangat menarik, tidak hanya tempatnya yang instagramable tetapi hidangan yang tersedia juga sangat memanjakan lidah. Setidaknya Daffa bisa sedikit belajar dari Cafe ini, tampilannya menarik isi-nya juga harus lebih menarik. "Kalau diet kamu gagal jangan ngomel ke aku!" Peringatnya. Karena, kebiasaan buruk Raya adalah, dia akan ngomel sepanjang hari saat berat badan nya naik meskipun hanya 1 kilo. Huft ... kekasihnya itu memang terkadang suka rewel, tubuh sudah ramping mau nambah diet. Dan yang lebih parah lagi, Daffa lah yang di salahkan karena terus mengajaknya menjelajahi Cafe-Cafe berkembang lainnya. "Dietnya kapan-kapan deh aku masih mau abisin ini semua," ucapnya seperti lupa dengan efek yang akan timbul nanti "Awas aja kalau ngomel-ngomel pas liat timbangan." Ancam Daffa.         Setelah puas berburu kuliner, Daffa mampir sebentar ke Cafe nya untuk menyusun beberapa ide yang ia kumpulkan beberapa hari ini. Ia masuk kedalam ruangannya dan mengambil buku jurnal yang telah menemaninya selama beberapa tahun ini. Tepatnya, semenjak usahanya mulai dirintis. Planingnya, setiap bulan Cafe nya akan memberikan sesuatu yang berbeda, mulai dari menu sampai desain cafe agar pengunjung tak bosan dan memilih ke Cafe yang terbaru. Karena ya itu tadi, pasar kuliner itu keras. Tapi, sekeras apapun Daffa tetap terus berusaha mengembangkan usahanya sendiri, agar orang tuanya bisa melihatmya dengan tatapan bangga. Meski itu sangat mustahil, Daffa akan terus berusaha. Sebenarnya, tidak hanya satu, Daffa sudah memiliki tiga cabang lainnya. Untuk ukuran Remaja 20 tahun, Daffa sudah cukup mapan dengan pekerjaan nya. Namun, itu semua belum cukup di mata keluarga nya. Yang terlihat di mata keluarganya hanya Deffatara Miller, kakak kandungnya sendiri yang kini sudah sukses dalam mengelola bisnis property. Daffa tak pernah iri dengan pencapaan sang kakak, akan tetapi orang tuannya selalu menganak tirikan dirinya. Itu lah yang sangat ia benci sampai saat ini. Padahal dirinya dan Deffa juga sama-sama anak kandung mereka. Hanya saja jalan Daffa berbeda dengan jalan Deffa. Setelah menyusun beberapa planing dan berbicara mengenai menu dengan chef-nya Daffa segera pulang ke apartemennya karena Raya sudah pasti menunggunya. ****          Daffa yang sudah terlihat letih langsung menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang. Ia benar-benar lelah, seharian ia belum sempat istutahat sama sekali. Setelah dari kampus dia berburu kuliner, setelah berburu kuliner dia langsung menuju kafe dan menyusun beberapa ide dan berbicara dengan chefnya. Malam ini keduanya berada di apartemen Daffa. Sudah biasa, bahkan setiap hari mereka tinggal satu atap dan berbagi kasih  sayang yang tidak mereka dapatkan daei rumah.  "Apartemen kamu udah selesai di renovasi?" Tanya Daffa yang kini tengah tiduran di atas ranjang dengan berbantal paha Raya. "Belum." Jawab Raya sambil mengusap lembut kepala Daffa. Ia tahu kekasihnya sangat letih dan butuh perhatian lebih. "Papi kamu kan pulang kalau dia ngecek kamu gimana?" Tanya Daffa was-was. Selama ini hubungan nya dengan  Raya memang di tentang kuat oleh Papi Raya. Sehingga mereka harus backstreet untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan. Entah pria seperti apa yang Papi Raya inginkan. Kalau dikatakan mapan dirinya kini sudah sangat mapan, tapi belum juga mendapat restu. Raya hanya tertawa "iya kemarin pulang tadi pagi udah terbang lagi ke Thailand." Jawabnya santai. Yaa memang seperti itulah Papinya, tak pernah stay di rumah lebih dari 24 jam. Bahkan ia sering merasa tak memiliki keluarga karena kesibukan Papanya yang di luar batas. Raya adalah anak tunggal dari keluarga Alendra yang kaya raya, bahkan hartanya tak akan habis 7 turunan sekaligus. Ayahnya, Reza Aleandra membesarkan nya seorang diri sejak umurnya masih 10 tahun karena Maminya sudah terlebih dulu dipanggil Tuhan. Dan jadilah Raya  anak kurang perhatian dan kasih sayang. Sehingga ia sampai terjerumus dalam pergaulan bebas. Sama hal nya dengan Daffa, meskipun orang tuanya masih lengkap dan memiliki seorang kakak, ia juga menjadi anak kurang kasih sayang dan perhatian karena kesibukan kedua orang tuanya. Yang kedua orang tuanya perhatikan hanyalah Deva kakak lelakinya yang paling membanggakan karena prestasi nya juga bisnisnya yang semakin berkembang pesat. "Yaudah tidur yuk ngantuk nih." Daffa merubah posisinya di samping Raya yang kini tengah miring menghadapnya. Satu kamar? Ya jelas. Meskipun status mereka hanya pacaran mereka sudah terbiasa hidup berdua dan tidur dalam ranjang yang sama karena baik Raya maupun Daffa sudah menganggap hubungan mereka lenih dari pacaran. Namun, saat Daffa sudah memeluk tubuh Raya dan bersiap tidur, tiba-tiba terdengar dering ponsel Daffa yang sangat menghanggu. Alhasil fokus Daffa beralih pada ponsel dan itu membuat Raya benar-benar kesal karena merada di abaikan.  Raya yang merasa teracuhkan karena ditinggal telefon sangat lama entah dengan siapa, dirinya langsung memeluk tubuh Daffa dari belakang yang kini tengah duduk di tepi ranjang dan berusaha menarik perhatiannya agar tidak lama-lama telfon dengan orang yang tidak dia ketahui.  Raya tersenyum senang ketika Daffa mengakhiri panggilannya dan memilih balik memeluknya. “Ditinggal telfon sebentar aja udah kayak gini gimana kalau nanti aku tinggal ke luar kota?”  “Aku ikut dong, ngapain aku nungguin kamu dan merana sendirian.”  Daffa terkekeh dan menanggapi sikap Raya yang sangat manja dan menggemaskan. Saking gemasnya Daffa sampai tidak tahan jika tidak mengecup bibirnya singkat.  “Kok cuma sebentar?” “Emang maunya berapa lama? hmm?” Tantang Daffa sekalian.  Kejora hanya bisa terlekeh dan kembali bergelayut manja pada leher Daffa. Malam ini dia tidak ingin meminta lebih, cukup dimanja dan ngobrol panjang soal bisnis dia sudah sangat bahagia sekali.  Namun mengobrol dan bercanda saja tidak cukup, mereka tetap melakukan hubungan badan karena sudah menjadi rutinitas mereka setiap malam jika sedang bersama. Keduanya sama-sama saling mencari kepuasan bersama dan pada akhirnya mere mencapi titik kenikmatan itu.  "Kamu selalu luar biasa," ucap Daffa sambil tersenyum manis. Dia selalu suka melihat ekspresi Raya yang selalu tersipu ketika mendapat pujian. Keduanya sama-sama kembali memakai pakaian mereka dan berbaring di atas ranjang dan mengobrol kecil sebelum benar-benar tertidur.  "Daf, kalau misal suatu saat kita ngelakuin kesalahan terus aku hamil gimana?" Daffa langsung menoleh ke arah Raya dengan tatapan bingung, tak biasanya Raya mengungkit-ungkit tentang kehamilan. "Ya aku tanggung jawab lah, nggak mungkin aku buang kamu." Jawabnya. "Orang tua kita?" Daffa mengembuskan nafas beratnya. Ini lah yang membuat dirinya dan Raya merasa susah selama ini. Kedua orang tua mereka tak ada yang setuju dengan hubungan ini. Andai saja keduanya sudah mendapat restu, sudah sejak dulu Daffa menikahi Raya. "Kalau kamu udah hamil ya gimanapun caranya aku tetap nikahin kamu lah." Raya tersenyum dan memeluk tubuh Daffa dari samping. "Makasih ya sayang." "Kenapa sih nanya kayak gitu, kamu hamil?" Tanya Daffa penasaran. "Belum, tapi kalah kamu keluar di dalam terus nggak menutup kemungkinan aku bakal hamil." "Kalau kamu nggak masa subur ya aman aja. Hari ini bukan masa subur kamu kan?" Tanya Daffa. Raya menggeleng. Dia bertanya seperti ini hanya ingin memastikan jawaban Daffa seperti apa. "Yasudah yuk tidur udah malam, besok kita kan ada kelas pagi." Ucap Daffa. Setelah itu keduanya mulai masuk kedalam gerbang mimpi. Jangan ditanya berapa banyak mereka melakukannya, seperti halnya suami istri.        Silau cahaya matahari pagi membangunkan dua sejoli yang tertidur lelap di atas ranjang. "Yang jam berapa?" Tanya Daffa dengan mata yang masih tertutup rapat. "Nggak liat jam." Jawab Raya santai, sambil menaikkan selimutnya kembali. "Liatin buruan." Raya berdecak kesal dan meraih jam kecil yang berada di atas nakas dengan malas, "Jam 8 lebih." jawabnnya dengan jutek. Mata Daffa yang semula terpejam kini langsung membulat sempurna. "Astaga! jam 9 aku harus ketemu Klien." Daffa langsung turun dari ranjangnya dan bergegas menuju kamar mandinya. Sedangkan Raya seperti biasanya, kalau ia tengah menginap ia akan menyiapkan segala keperluan Daffa. Akhirnya, dengan malas ia harus menyingkirkan selimut tebal nan nyaman dan mulai mempersiapkan keperluan Daffa. Setelah selesai menyiapkan baju, ia melangkah ke dapur dan menyiapkan roti dengan selai kacang kesukaan Daffa. Ya hanya itu, karena dia tidak sempat kalau harus memasak. Ia ada kelas pagi dan harus segera bersiap juga. Raya menggelengkan kepala saat melihat Daffa keluar dari kamar dengan terburu-buru sampai kemeja yang ia pakai belum tertata rapi. Dengan gesit tangan Daffa mengambil satu roti yang sudah Raya siapkan lalu melahapnya dengan sekali suap. "Daffa baju kamu, astaga!" Dengan telaten Raya merapikan kemeja biru yang Daffa kenakan. "Nanti kamu nyusul aja ya, aku di resto," ucapnya "Aku ada kelas jam 10, habis itu aku mau pulang ke apartemen." Pamitnya sebelum Daffa beranjak dari hadapannya. "Kok pulang sih disini aja temenin aku kerjain tugas kuliah, banyak banget." "Lusa ya, soalnya sepupuku datang pasti langsung ke apartemen aku." Jelasnya. "Yaudah aku berangkat dulu sayang, maaf nanti nggak bisa jemput." Daffa mencium kening, kedua pipi dan terakhir di bibir. Setelah Daffa berangkat, itu artinya tugasnya sudah selesai. Langsung saja ia bergegas untuk mandi dan bersiap untuk ke kampusnya. Dengan terpaksa, Raya menaiki taksi online karena ia tak membawa mobil kesini. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

BRAVE HEART (Indonesia)

read
90.9K
bc

Kupu Kupu Kertas#sequel BraveHeart

read
44.1K
bc

Sweetest Diandra

read
70.5K
bc

MANTAN TERINDAH

read
6.9K
bc

A Piece of Pain || Indonesia

read
87.4K
bc

Enemy From The Heaven (Indonesia)

read
60.7K
bc

Bastard My Ex Husband

read
383.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook