bc

Cool Taxi Driver

book_age18+
105
FOLLOW
1K
READ
possessive
CEO
sweet
office/work place
like
intro-logo
Blurb

Cintanya yang tulus pada sang suami, dibayar dengan sebuah perselingkuhan yang dilakukannya dengan wanita idaman lain.

Keira Anandita, seorang istri dari lelaki bernama Ardan Wijaya, tidak menduga jika kesetiaan juga cintanya yang besar teruntuk sang suami, membuatnya menjadi wanita paling menyedihkan ketika berhasil memergoki lelaki itu tengah berkencan dengan wanita selingkuhannya.

Lantas, bagaimanakah Keira menjalani kehidupannya setelah mengetahui ketidaksetiaan Ardan terhadap cinta yang dirinya berikan? Bagaimana juga Keira bisa menghadapi kegigihan seorang Gathan, yang berpura-pura menjadi seorang supir taksi demi mencari cinta sejati di dalam hidupnya?

chap-preview
Free preview
Patah Hati
Pintu berdaun coklat tua yang tidak tertutup sempurna kini sudah tampak di depan mata. Seorang wanita cantik dengan penampilannya yang sederhana mencoba untuk menormalkan detak jantungnya dengan berkali-kali mengambil udara sebanyak yang bisa ia hirup. Langkah kakinya perlahan melambat seiring suara desah dan lenguhan yang masuk ke lubang pendengarannya. Sontak ia memegang dadanya seolah menguatkan. Keira Anandita, nama wanita itu. Seorang istri yang hendak memergoki suaminya tengah bersama wanita lain, setelah sekian minggu ia mendapat kabar dari beberapa temannya mengenai hubungan terlarang antara sang suami dengan wanita yang diduga temannya di kantor. Kini, saat ia menerima telepon dari suaminya bila malam ini pulang sedikit terlambat sebab ada meeting dadakan di kantor, seketika Keira langsung pergi dari rumah untuk memastikan. Alamat rumah kontrakan yang diduga adalah tempat tinggal sang wanita, sudah Keira dapatkan setelah bertanya ke sana kemari pada beberapa kawan yang juga kenal dengannya. Begitu sampai di alamat yang dituju, semakin yakinlah Keira dengan kecurigaannya. Ya, di depan rumah kontrakan wanita itu ada mobil suaminya yang terparkir rapi. Ia pun dengan segera mencoba untuk masuk ke dalam rumah, yang beruntung baginya tidak terkunci. Kini setelah dirasa cukup demi menghadapi sesuatu yang ada di dalam kamar, wanita itu kemudian maju satu langkah dan mengangkat tangan untuk menggenggam pegangan pintu coklat tua, lalu mendorongnya. "Ya Tuhan!" pekiknya tertahan saat kedua matanya menyaksikan pemandangan menjijikkan di depan sana. Seketika tangannya menutup mulut sembari lelehan air mata yang sudah mulai mengalir di kedua pipinya. Di depan matanya sekarang tampak dua insan manusia berbeda jenis tengah bergumul panas di atas ranjang berukuran sedang. Sang pria berbaring di bawah tubuh si wanita yang mendudukinya begitu menggoda dengan tubuh polos tak berbusana. Tangan si pria tampak asik menyentuh dan menjamah dua bulatan menggairahkan milik si wanita diiringi suara manja dan desah panjang dari mulutnya. Tanpa disadari keduanya —yang masih asik masyuk dengan kegiatan panas dan liar, Keira menguatkan hati dan tekadnya untuk berjalan mendekat. "Begini aktifitas-mu jika beralasan sedang meeting di kantor, Mas?" tanya Keira dengan suara sedikit dikeraskan supaya dua orang itu mendengar suaranya. Ia sudah berdiri di belakang tubuh si wanita yang otomatis membelakanginya. Seketika dua orang itu pun terkejut dan langsung panik begitu mendengar suara dari orang lain di dalam kamar. Sang pria mendorong sedikit kencang tubuh si wanita yang ada di atasnya. Sedangkan si wanita sendiri langsung mencari selimut untuk menutupi tubuh polosnya. "Keira!" pekik si pria begitu melihat sosok sang istri ada di depannya saat ini. "K-kamu ada di sini?" tergagap si pria bicara demi mengetahui istrinya sudah memergoki dirinya yang tengah bercumbu dengan wanita lain. "Kenapa, Mas? Apakah kamu terkejut dan tidak menyangka kalau aku bisa ada di sini dan melihat apa yang kamu lakukan?" sinis Keira bicara seraya memandang wajah wanita di depannya yang terlihat begitu santai meski sudah kepergok dalam aksi gila yang seharusnya tidak dilakukan. "I-ini tidak seperti yang kamu bayangkan, Kei!" elak si pria masih mencoba membela diri. "Memang apa yang aku bayangkan?" potong Keira cepat menatap tajam suaminya. "Keira, biarkan aku menjelaskannya dulu," pinta si pria dengan sikap sedikit memohon. "Mas Ardan, sudahlah! Untuk apa sih kamu masih menutupi juga hubungan kita!" seru si wanita yang tampak tak tahu malu tengah mencoba memberi tahu Keira mengenai hubungannya dengan sang pria. "Jihan! Hentikan!" hardik si pria bernama Ardan, menatap nyalang wanitanya. Melihat perdebatan di depannya, Keira hanya tersenyum sinis. Ia pun berjalan mendekat pada si pria. "Tak perlu kamu menjelaskan apapun, Mas. Bukti poto ini sudah cukup bagiku untuk mendapatkan persetujuan hakim nanti," ucap Keira sembari mengangkat ponsel-nya di depan wajah Ardan dengan mata terbelalak. Laki-laki itu sungguh tidak menyangka jika Keira, wanita yang sudah dua tahun menjadi istrinya itu bisa melakukan apa yang saat ini ia lakukan. Keira yang ia kenal adalah seorang wanita atau istri yang penurut, pendiam dan tidak neko-neko —bahkan bisa ia bohongi selama setengah tahun terakhir dengan berselingkuh dengan Jihan teman satu kantornya, kini tampak berbeda dari dirinya yang biasa. Keira yang pria itu lihat masih meneteskan air mata terlihat menatapnya dengan pandangan membenci. Beberapa buah poto di mana Ardan dan Jihan tengah bercumbu mesra dengan kondisi keduanya dalam keadaan polos tanpa sehelai benang pun, berhasil Keira ambil untuk ia jadikan bukti jika suaminya telah berselingkuh di belakang. "Keira! Kamu tidak bisa melakukan ini padaku?" Ardan terlihat panik. "Kenapa aku tidak bisa?" tanya Keira balik. "E-eh, a-aku suamimu. Bagaimana bisa kamu melecehkan suamimu dengan melakukan tindakan seperti ini?" Keira menyeringai. Tawa mulai terdengar memenuhi kamar. Ardan sungguh tidak mengenali sosok perempuan yang saat ini masih berstatus istrinya itu. "Dalam waktu dekat kamu bukan lagi suamiku, Mas. Aku akan mengajukan gugatan cerai secepat mungkin dan memberi kalian berdua kesempatan untuk bersatu supaya tidak melakukan tindakan menjijikan seperti ini lagi!" hardik Keira dengan tatapan merendahkan. Setelah bicara demikian, Keira pun berbalik dan meninggalkan Ardan dan wanita selingkuhannya. Laki-laki itu berteriak sembari memungut pakaiannya yang berserakan di lantai dan memakainya cepat. "Keira, tunggu! Kei" teriak Ardan dengan tergopoh-gopoh meninggalkan kamar. "Mas! Mas Ardan, tunggu!" Jihan yang sibuk membelit tubuhnya dengan selimut, ikut mengejar Ardan yang sudah keluar kamar. Keira sudah meninggalkan rumah kontrakan Jihan ketika Ardan mengejarnya. Tanpa menoleh sama sekali meski teriakan Ardan begitu kencang terdengar, Keira berlari secepatnya dari kediaman wanita selingkuhan suaminya itu. Wanita itu berhasil menyetop taksi ketika berhasil keluar dari gang. Terlihat mobil suaminya juga sudah ada di belakang sesaat setelah Keira masuk ke dalam mobil. "Cepat jalan, Pak!" pinta Keira pada sang supir taksi yang direspon sebuah anggukan dan mobil segera melesat meninggalkan kawasan perumahan tersebut. Di dalam mobil Keira melanjutkan tangisnya. Ia tak peduli ketika supir taksi mengintipnya dari kaca spion depan. Sedangkan di belakang, Ardan masih berusaha mengejar mobil taksi yang Keira tumpangi. Kejar-kejaran tak terelakan ketika Keira meminta sang supir untuk terus berjalan meski mobil Ardan sesekali sempat mengejar. Hingga akhirnya Ardan tak bisa lagi mengejar taksi karena lampu merah menghadangnya. "Sial!" teriak Ardan sembari memukul setir mobilnya. Keira bersyukur karena bisa menghindar dari kejaran suaminya. "Jadi, kita mau kemana, Mbak?" tanya sang supir setelah berhasil menjadi pahlawan bagi Keira malam itu. Wanita itu pun tersadar dari kelegaan yang tengah ia rasakan. "E-eh, tolong antarkan saya ke hotel Grand Zeta," pinta Keira akhirnya. "Hotel Grand Zeta?" "Iya. Kenapa? Apakah ada yang salah?" "Eh, tidak. Saya hanya takut salah dengar saja, Mbak." Keira tak lagi merespon, ia lebih memilih diam setelah memberi tahu tujuannya. Dipandanginya jalanan di malam hari dengan lampu penerangan yang berbaris di kanan kiri jalan. Iseng ia melihat bayangan wajahnya di kaca jendela mobil, tampak air bening itu kembali keluar dari kelopak matanya. Tak terbendung meski sekuat tenaga ia menahan. "Kamu jahat, Mas," lirih suaranya ketika mengingat suaminya kembali. *** Mobil yang Keira naiki berhenti di pelataran sebuah hotel yang sebelumnya ia katakan pada sang supir taksi. Hotel mewah sengaja wanita itu pilih untuk menenangkan diri sebab perselingkuhan yang suaminya lakukan. "Apakah Mbak baik-baik saja?" tanya supir itu saat Keira hendak turun dari dalam mobil dengan wajah sembab dan masih berlinang air mata. Sedetik Keira menatap wajah sang supir yang terlihat tampan dengan topi baseball yang menutupi kepala dan sedikit wajahnya. "Saya baik-baik saja. Terima kasih," ucap Keira atas perhatian yang diberikan sang supir kepadanya. Lalu ia pun keluar dari mobil setelah sebelumnya memberikan uang ongkos taksi kepada si supir. "Hati-hati, Mbak." Sebuah ucapan yang membuat Keira mengernyitkan kening sebab lelaki itu sebegitu perhatian terhadapnya. Berusaha tak peduli dengan sikap yang sang supir taksi berikan, Keira pun melangkah menuju lobi hotel. Sebenarnya ia belum pernah sekali pun menginap di hotel mewah di mana ia berdiri saat ini. Sepanjang perjalanan pernikahannya bersama Ardan, lelaki itu tak pernah mengajaknya menginap di hotel mewah kecuali saat keduanya baru menikah dan menikmati masa bulan madu waktu awal menikah dulu dengan menginap di sebuah hotel bintang tiga selama dua malam. Sepertinya Keira memang sudah mempersiapkan semuanya, pakaian ganti dan voucher menginap di hotel yang suaminya dapatkan dalam sebuah sesi doorprize di acara ulang tahun perusahaan, sudah ia bawa dalam sebuah tas berukuran sedang. Kini, ketika hal yang tak diinginkan benar-benar terjadi, Keira sudah siap dengan semua itu. Sebuah kamar standar, adalah tempat di mana ia akan tinggal sementara. Voucher hotel yang Keira miliki berlaku untuk dua malam, dan mungkin selama waktu itu juga Keira akan menenangkan diri dan menghindar dari suaminya —Ardan. Setelah sampai di kamar hotel, Keira segera menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang berukuran sedang yang begitu empuk. Menatap langit kamar dengan sebuah lampu hias kecil menjuntai di atap kamar, sekelebat bayangan perselingkuhan Ardan kembali hadir di pelupuk matanya. Lagi-lagi hal itu membuat air mata jatuh di kedua sisi pipinya. Di tempat berbeda, sang supir yang telah mengantar Keira ke hotel, tidak langsung pergi dan malah meminta seorang petugas vallet untuk mengambil alih dan memarkirkan mobil taksi di parkiran basement. Petugas vallet mengangguk mengerti, lalu melakukan apa yang si supir perintahkan. "Di kamar mana wanita itu menginap?" gumamnya seraya berjalan menuju meja resepsionis. Begitu tiba di depan dua orang wanita berseragam khas front office, supir taksi itu pun menyapa. "Selamat malam!" "Selamat malam, Pak! Ada yang bisa kami ban —, ah maaf, Pak Gathan, kami pikir siapa. Apa ada yang bisa dibantu, Pak?" Salah seorang petugas wanita menunduk hormat begitu mengetahui siapa tamu hotel yang menghampiri meja kerjanya. "Saya mau tanya, tadi ada seorang wanita yang masuk ke sini dengan baju berwarna biru langit. Apakah dia menginap di hotel ini?" tanya lelaki bernama Gathan tersebut. "Seorang wanita dengan baju biru langit? Apakah penampilannya sembab seperti habis menangis?" "Ah, iya yang itu. Apakah benar ia ke sini? Di kamar mana ia menginap?" "Iya, tadi ada tamu wanita yang datang ke sini sembari menyerahkan voucher menginap." "Voucher menginap?" tanya Gathan setengah tak percaya. "Iya, Pak. Dia menginap dengan memakai voucher tersebut. Voucher menginap selama dua malam di kamar standar," beri tahu sang resepsionis. "Oh, kamar nomor berapa?" "Sebentar, Pak Gathan, saya cek dulu." "Hem." Lelaki itu pun memberi waktu bagi sang petugas untuk memeriksa layar komputer di bawah meja tingginya. "Maaf, Pak, harus menunggu. Wanita yang Bapak maksud menginap di kamar 308." Lelaki itu tampak terdiam, lalu menatap sang petugas. "Apa ada hal lain yang bisa kami bantu, Pak?" tanya wanita itu lagi. "Ehm, apa ada kamar kosong di sebelah kamar itu?" Petugas resepsionis itu pun menjawab sembari menatap layar komputer lagi. "Ada, Pak. Kamar 309, tepat di sebelahnya." "Ok. Kalau gitu saya mau menginap di kamar itu." "Baik, Pak. Sebentar kami akan berikan kuncinya." Petugas wanita itu kemudian menyerahkan kunci berupa kartu pada lelaki tersebut. Meski tidak mengerti mengapa lelaki di depannya memesan kamar standar dan bukan kamar president suite seperti biasanya, ia sama sekali tidak memiliki hak untuk bertanya. "Terima kasih," ucap lelaki itu lalu pergi. "Sama-sama, Pak." Supir taksi bernama Gathan berjalan menuju lift untuk mengantarnya ke lantai tiga di mana kamarnya berada. Sepanjang langkah kakinya berjalan, ia terus terbayang akan sosok Keira. Siapakah sebenarnya Gathan? Mengapa supir taksi itu bisa diterima dan dilayani dengan sangat baik oleh para petugas hotel di mana ia berada saat ini. Lantas, apa yang membuatnya mengikuti Keira hingga harus memesan kamar di hotel yang sama dengan wanita itu? Gathan Fahreza nama lelaki tampan yang memakai topi baseball di kepalanya, adalah anak pemilik hotel Grand Zeta, tempat Keira menginap. Ia sebenarnya adalah anak orang kaya yang berpura-pura menjadi supir taksi setelah jam kerjanya di kantor habis. Lelaki itu sengaja menyambi jadi supir taksi demi mencapai tujuannya, yaitu mencari pendamping hidup yang memiliki cinta tulus tanpa melihat latar belakang keluarga juga kekayaan yang dimilikinya. Gathan yang tidak memiliki kekasih, sudah diburu-buru untuk menikah oleh kedua orang tuanya. Akhirnya memutuskan untuk mencari wanita untuk dijadikan istri dengan caranya sendiri. Beruntungnya lelaki itu karena kedua orang tuanya bisa bersikap bijak dengan menerima keputusannya. Kini, setelah perburuan selama kurang lebih dua bulan lamanya, ia baru menemukan sosok wanita yang mampu mengalihkan dunianya saat ini. Ya, Keira Anandita, wanita yang baru saja mendapatkan pengkhianatan cinta dari seorang lelaki yang sudah dua tahun hidup bersama mengarungi biduk rumah tangga, adalah sosok yang sudah membuat Gathan bersikap seperti sekarang. Sebelum memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya sendiri, Gathan menatap kamar sebelahnya yang tampak indah di matanya saat itu. Bayangan bentuk hati dan kupu-kupu seolah bertebaran di depan kamar yang adalah tempat Keira menginap. Sungguh bayangan tidak masuk akal bagi seseorang yang tengah jatuh cinta. Setelah puas menatap pintu kamar berdaun hitam itu, Gathan pun memutuskan untuk masuk ke dalam kamar. Entah rencana apa yang akan dilakukan lelaki itu demi mendekati Keira. Pastinya, malam itu adalah malam panjang yang akan Gathan lewati untuk menyusun rencana-rencana, di mana ia akan mengawali semua aksinya dengan mencari tahu informasi sebanyak-banyaknya mengenai sosok Keira lebih dulu. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.8K
bc

My Secret Little Wife

read
93.7K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.7K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook