Kirana keluar dari bathtub dengan tubuh masih basah. Ia menyambar kimono handuk yang menggantung, lalu mengambil ponselnya. Beberapa panggilan tak terjawab dari Huda terpampang di layar. Tanpa disadarinya, Bramasta menghampiri dari belakang dan memeluknya erat. Tangannya menyusup ke dalam handuk, meremas da da Kirana dengan gemas. Hal-hal nakal seperti ini yang membuat Kirana merasa memiliki Bramasta. Walaupun dia tidak boleh memiliki pikiran seperti itu. Memiliki Bramasta seutuhnya itu sama dengan pemikiran jahat dan serakah. Dia harus ingat tempat. “Pak Bram….kan udah…” Kirana sambil berusaha menahan stimulasi yang diberikan Bramasta. Remasan di dadanya membuatnya limbung. Ia bersandar penuh pada Bramasta, napas panas pria itu menerpa wajahnya. Bramasta seakan tahu apa yang dilakukan

