Duka Cita ~ 40

1143 Words

“Pulanglah, Ar,” ujar Sandra dengan mata sembab, dan wajah sayunya. “Tante nggak enak sama mamamu, kalau kamu masih di sini nemani Tante.” “Gampang, Tan.” Tidak mungkin Arya tega meninggalkan Sandra seorang diri. Apalagi, wanita itu tidak memiliki saudara sama sekali di Surabaya. “Mama juga masih dirawat, nanti aku bisa numpang tidur di kamarnya.” Sandra kembali tertunduk dan terisak. Melihat bagaimana kondisi putrinya, membuat Sandra semakin merasa bersalah saja. Andai Sandra tidak ceroboh, kejadian seperti ini tidak akan mungkin terjadi pada putrinya. Sandra sungguh-sungguh bodoh. Putri yang sudah ia kandung, dan besarkan dengan sepenuh hati, ternyata memiliki kehidupan yang terlampau pahit. Tidak cukupkah Tuhan menghukumnya dengan hidup menderita bersama Harry selama ini? Mengapa Ci

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD