Keesokan harinya di kamar rawat VIP II Rumah Sakit Wolf State (by Halayuda Conglomerate). Susi terbaring tanpa daya kala menyadari sekujur tubuh yang bertabur duka. Ia tidak langsung mengingat bagaimana semua bisa terjadi. Diselimuti suhu rendah ruangan di mana hanya ia yang berada di sana. Semua tampak kabur. Sedikit tidak jelas. Memperjelas makna bias. Cklek. Sreeet. Klek. Pintu terbuka dan seorang pemuda tampak memasuki ruangan. Sensasi pengalaman traumatis menjalari belakang leher. Dikuasai oleh ketakutan. ”A, A, Ardan…” panggil Susi pelan. Ingin memohonkan ampunan sebelum hal buruk kembali terjadi memperparah keadaan. ”Ini aku, Fahrul, bro. Kenapa jadi memanggil anak itu, deh. Kamu sudah baikan?” tanya pemuda itu beranjak duduk di bangku sisi tempat tidur. Ia baru saja sejenak k

