Nayla menerima telepon dari salah satu orang tua murid yang ingin mendaftarkan anaknya untuk les membaca. Suaranya tenang, profesional, meski matanya sesekali melirik ke arah Rafa dan Bhanu tampak akrab. Tawa kecil mereka sesekali terdengar. Kebersamaan keduanya tampak begitu alami, seolah mereka memang selalu bersama sejak lama. Nayla menyelesaikan teleponnya dengan nada ramah, berkata, “Baik, Bu. Senin depan ditunggu kedatangannya. Benar, pembayarannya saat di sini saja, ya. Baik, terima kasih banyak.” Begitu panggilan itu terputus, dia diam sejenak menatap dua sosok yang kini saling melempar senyum. Dan … di sinilah Nayla berdiri tegak dengan kedua tangan terlipat di depan d**a, memandangi dua sosok berbeda generasi yang sama-sama tak berani mengangkat wajah. Matanya bergeser dari Bh

