After Five Years

1399 Words
Tandai jika masih ada kesalahan kepenulisan, EYD, Grammar, dan lain sebagainya dalam cerita ini. Terima kasih.   _______________________________________ London, 13 January 2018.... "Bagaimana? Apa berkasnya sudah kau siapkan?" tanya seorang pria yang kini tengah berjalan sambil membenarkan letak dasi yang bertengger sempurna di kerah bajunya. "Tentu. Semua dokumen sudah saya siapkan Sir," jawab seorang wanita yang kini tengah sibuk membawa tumpukan berkas penting di tangannya. Menyadari jika sekretarisnya sedang kerepotan, pria itu pun menghentikan langkahnya dan menatap wajah sang sekretaris—berniat menawarkan bantuan. "Perlu bantuan Nona Bella?" tanya pria itu dengan tatapan yang begitu lembut. Wanita yang dipanggil dengan sebutan 'Bella' tadi pun tersenyum tipis dan menggelengkan kepala—tanda jika ia tidak memerlukan bantuan yang ditawarkan oleh sang atasan. Dan hal itu sukses membuat sang atasan berkacak pinggang dengan kesal. "Tapi kau nampak kesusahan Bella," ujarnya dengan raut yang begitu menunjukkan ketidaksukaan atas penolakkan Bella. Bella yang melihat itu pun hanya bisa menghembuskan napas pelan. Ah, tampaknya seorang Keegen Richard Hoult benar-benar tidak akan bisa berlama-lama 'ber-akting' seperti CEO yang tidak peduli pada sekretarisnya seperti yang ada di dalam film atau novel. "Ayolah Mr.Hoult! Jangan berlebihan begitu. Saya sudah terbiasa membawa tumpukan berkas seperti ini. Lagipula coba Anda pikirkan baik-baik, apa yang akan dikatakan oleh para pegawai kantor jika mereka melihat CEO-nya membawa tumpukan berkas itu sendirian ke ruang rapat?" jawab Bella dengan santai namun masih dalam jangka profesional dan santun. Keegen berdecih tak suka ketika saat ia mendengar kalimat formal yang selalu Bella lontarkan. Oh God! Entah kapan wanita ini  bisa menganggapnya sebagai sorang pria biasa yang bisa dia ajak mengobrol  tanpa ada embel-embel kata 'Sir' yang selalu disertai dengan topik pekerjaan yang membosankan? "Yasudah terserah kau sajalah! Pokoknya besok-besok aku tidak mau berpura-pura seperti tadi! Jadi jangan lagi memintaku bersikap seperti itu!" balas Keegen dengan nada ketus—seolah menunjukkan kekesalannya.  Setelah mengucapkan balasan ketus itu, Keegen pun meninggalkan Bella begitu saja. Bella hanya bisa terkekeh pelan melihat hal itu. "Astaga! Kenapa dia hari ini sensitif sekali?" gumam Bella dengan heran sebelum akhirnya ia ikut menyusul Keegen masuk ke dalam lift yang akan mengantarkannya ke ruang rapat. _____________________________________ Di sisi lain... "Sir, kita sudah sampai di tempat tujuan," ujar asisten pribadi seorang pria tampan yang kini sedang duduk dengan anggun di atas limusin hitamnya. Pria dengan balutan jas hitam dan sepatu mengkilap dengan warna senada itu pun menghentikan kegiatannya memeriksa email yang ada di dalam tab berlambang Apple-nya. Pria itu kemudian mematikan tabnya dan meletakkannya ke tempat semula. Tanpa 'bersusah payah' mengucapkan sepatah kata pun, pintu mobil mewah itu terbuka dengan sendirinya hingga menampilkan kemegahan gedung bertingkat yang hari ini menjadi tujuan perjalanan sang pria tampan. Tanpa mau membuang waktu, ia keluar dari dalam limusin hitamnya. Dan tak lama, sekitar delapan orang yang memakai pakaian formal menyambutnya sambil menundukkan kepala dengan hormat. "Selamat datang di RichardHoult's Company, Mr.Maxmillan," ujar salah seorang dari mereka dengan senyuman hangat yang disertai dengan uluran tangan. Tanpa basa basi, orang yang dipanggil dengan sebutan 'Mr.Maxmillan' itu segera membalas jabatan tangan yang ada di depannya dengan diam. Dia hanya membalas jabatan tangan itu dengan ekspresi datar—tanpa senyuman apalagi kalimat sapaan yang panjang. Seolah sudah 'terbiasa' dengan sifat Mr.Maxmillan yang dingin, pria itu segera mempersilakannya untuk masuk ke dalam gedung bertingkat itu. "Silakan Sir. Anda sudah ditunggu," ujarnya. Dan Mr.Maxmillan pun langsung masuk ke dalam gedung—diikuti oleh asistennya dan beberapa petinggi perusahaan ini. Pria itu adalah.… Leonardo Daveron Maxmillan. Pria berkebangsaan USA yang memiliki kekayaan finansial sebanyak $898 Triliun US dan memiliki perusahaan yang tidak hanya bergerak di bidang properti, melainkan juga bergerak di bidang fashion, IT, kuliner, otomotif dan masih banyak lagi.  Dia sering kali dianggap sebagai 'pengendali perekonomian dunia' karena keluarganya juga merupakan keluarga terpandang yang namanya sudah sangat terkenal dari jaman ke jaman. Memiliki tumpukan emas batangan yang tersimpan di brangkas Bank Dunia merupakan hal yang biasa bagi keluarga Maxmillan. Keturunan mereka memang bukanlah orang sembarangan. Ada silsilah dan peraturan tersendiri di dalam klan yang selama tiga generasi ini, telah berhasil melahirkan bayi lelaki sebagai pewaris utama mereka. Memiliki kekayaan sebanyak itu di usia yang baru menginjak 30 tahun, tak lantas membuat Leo—panggilannya berbangga diri. Karena sejujurnya, ia masih belum merasa puas dengan hasil usahanya lima tahun belakangan ini. Dan hal itu dipicu akibat ia kehilangan seorang karyawan profesional yang sangat bisa ia andalkan dalam setiap keadaan. Hingga saat ini, Leo masih berusaha mencari seseorang yang mampu menggantikan dan menyaingi posisi ‘sekretaris andalannya’ dulu di perusahaan.  Namun sayangnya, lima tahun belakangan ini, sekretaris yang bekerja padanya selalu bertindak seperti seorang jalang. Berpakaian minim,ber-make-up tebal dengan lipstick merah menyala dan bersikap menggoda layaknya wanita murahan. Mungkin, Leo bisa mentolerir sikap seperti itu jika saja kinerja mereka memuaskan, tapi seperti yang sudah dapat ditebak, kinerja para wanita yang mengaku ahli di perkantoran itu benar-benar sangat buruk hingga membuat seorang Leonardo Daveron Maxmillan jengah bukan main. Leo tidak suka dengan type sekretaris wanita yang seperti itu. Leo sangat-sangat tidak suka!  Jangan berharap jika Leo akan melirik para sekretaris dengan penampilan 'bitchy' seperti itu. Leo hanya ingin memiliki sekretaris seperti seorang wanita lima tahun yang lalu yang menjadi sekretaris andalannya dalam setiap hal. Cerdas, cermat, teliti,profesional, namun hangat. Hangat dalam artian ia bisa mengerti apa yang Leo suka dan apa yang Leo tidak suka sehingga membuat Leo senantiasa puas dengan kinerjanya. Leo ingin wanita seperti itu yang membantunya bekerja di kantor. Namun sialnya wanita yang seperti itu nampaknya benar-benar sudah punah. Hanya Angela Charotte Bella yang bisa melakukan hal yang Leo inginkan. Ya! Nama wanita itu adalah Angela Charotte Bella, wanita yang mampu membuat Leo harus bergonta-ganti sekretaris selama lima tahun terakhir hanya karena ingin mendapatkan seorang sekretaris yang memliki sifat dan kinerja yang sama seperti Bella hingga akhirnya Leo menyerah dan tidak lagi memiliki sekretaris tiga bulan belakangan ini.  Leo hanya memiliki seorang asisten pria yang bekerja padanya sejak empat tahun yang lalu atas anjuran ibunya—Defne Maxmillan. Ting! Dentingan suara lift yang terbuka yang terdengar menandakan jika mereka sudah sampai di lantai 28, di mana tempat rapat akan dimulai. "Silakan, Sir." Lagi, pria yang sama mempersilakan Leo untuk keluar terlebih dahulu. Leo dengan gaya angkuh dan elegan khasnya keluar dari lift itu. Kakinya yang panjang melangkah dengan sangat pasti, hingga ia akhirnya berada di ujung sebuah pintu berwarna hitam yang di atas pintu itu terdapat sebuah tulisan “Meeting Room”. "Sir, silakan masuk, Mr.Hoult sedang dalam perjalanan kemari."   Mendengar penuturan itu, Leo seketika itu juga langsung melirik tajam ke arahnya. "Dia belum siap di ruangannya?" desis Leo dengan begitu tajam hingga membuat lelaki itu menundukkan kepala—merasa terintimidasi.  Seolah tahu apa jawabannya, Leo pun segera membalikkan badan—bersiap meninggalkan gedung yang ia pijak Astaga! Yang benar saja?! Dirinya—seorang Leonardo Daveron Maxmillan diminta untuk menunggu pemilik perusahaan yang bahkan tidak bisa disetarakan dengan besarnya perusahaan yang ia miliki?! Ohoho that's bullshit! Purely bullshit! Melihat klien boss-nya akan pergi dengan keadaan marah, pria yang sedari tadi memandu Leo pun berinisiatif mengejarnya dan meminta maaf atas semua ketidaknyamanan ini. "Sir....saya minta maaf atas ketidaknyamanan ini, saya akan segera menghubungi Mr.Hoult," ujar lelaki itu— berusaha membujuk Leo yang tengah berjalan cepat dan tidak memperdulikan perkataannya. "Sir...saya mohon," gumamnya dengan begitu memelas, tepat pada saat Leo akan menekan tombol lift. Leo menghembuskan napas kasar dan menaruh kedua tangannya di dalam saku celana. Leo kemudian menatap lelaki itu dengan tajam. "Dua menit, waktumu hanya dua menit. Lebih dari itu, aku akan membatalkan kerja sama dengan perusahaan ini," ujar Leo dengan tegas.  "Yes, Sir." Lelaki itu pun segera menunduk hormat dan bergegas mencari sang pemimpin. "Nick siapkan penerbanganku ke California nanti siang. Kita akan kembali negiyu rapatnya selesai,"  ujar Leo memberi instruksi kepada asistennya. "Baik, Sir." Patuh Nick yang kemudian segera menelepon para awak jet pribadi sang atasan.  Selagi menunggu waktu yang tersisa, Leo pun melangkahkan kakinya ke arah beberapa lukisan abstrak yang terpajang di dinding perusahaan. Setelah puas mengamati lukisan itu satu persatu, Leo pun mengedarkan pandangannya ke segala penjuru tempat ini. "Rupanya ini tempatmu sekarang, Hoult," gumam Leo dengan nada mengejek. Hingga tak beberapa lama kemudian.... Ting! Suara pintu lift yang kembali terbuka, langsung membuat Leo mengedarkan pandangan. Dan... Deg! Leo seolah membeku melihat siapa wanita yang baru saja keluar dari dalam lift bersama dengan seorang pria yang telah menjadi saingan bisnisnya sejak dulu. Meskipun kini Leo berada dalam posisi membelakangi kedua orang itu, tapi Leo dapat mengetahui dengan pasti siapa wanita yang mengenakan setelan blouse putih dengan rok pensil berwarna navy itu. Darahnya terasa berdesir saat ia melihat netra cokelat yang dulu biasa menatapnya dengan takut. Di sana—di ujung lift itu, ada seorang wanita yang dulu pernah menjadi pegawai kebanggaan Leo. Di sana—di ujung lift itu, ada seorang wanita yang dulu selalu membuatkannya makan siang dan segelas kopi hitam di kala hujan. "Angela...." gumam Leo dengan tatapan tidak percaya. Ah, akhirnya dia kembali menemukan wanitanya... #To be Continued
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD