102.Proses Cerai

1192 Words

Kenrich memicing. “Kapan pastinya kamu melihat saya?” “Udah lama sih. Lupa-lupa ingat waktunya. Pokoknya saat kamu baru pergi.” “Mungkin. Beberapa hari setelah berangkat, saya balik Jakarta lagi karena ada masalah darurat di kantor. Sekalian bertemu rekan bisnis. Lalu balik ke Malaysia lagi. Untung waktu itu masih belum khitan.” “Kan, kan. Firasatku ternyata nggak salah. Kamu sama cewek, kan? Aku teriaki kayak orang gila, kamunya cuek.” “Saya tidak dengar, Wahda. Sumpah. Waktu itu serba buru-buru. Rekan saya memang perempuan, tapi memang hanya sebatas itu.” Wahda ingin kembali mengamuk, tetapi rasanya melelahkan kalau terus-terusan marah. Baru juga bertemu, lalu berbaikan. Akan merusak suasana jika emosinya kembali memuncak. Cukup berusaha percaya saja dengan suaminya untuk saat ini.

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD