174. Rindu Kamu

1755 Words

“Kak, tadi apa om-om yang bayarkan mainan Dean. Jadi, uang Kakak aman,” lapor Putri pada Wahda yang masih di tempat semula. “Kok bisa dibayarkan?” Putri pun menceritakan kejadiannya. “Udah bilang terima kasih? Dean juga udah bilang terima kasih?” “Udah, Bun.” Dean mengangguk mantap. “Pinter. Baiklah. Ayo kita pulang. Kasihan ibumu di rumah sendiri, Put.” Selama ini, Putri hanya sekali melihat foto Kenrich. Itu pun sudah sangat lama, ketika masih ada di Indonesia. Wanita itu pun tidak ingat kalau pria tadi adalah ayahnya Dean. “Kayak pernah lihat om-om itu, tapi di mana lupa,” ujar Putri lagi. “Ya namanya juga di sini banyak bule. Lihat orang kayak sama semua mukanya.” Putri mengangguk. “Mungkin.” Sementara Kenrich terus memikirkan bocah yang dibelikan mainan tadi. Bocah itu sung

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD