bc

DENDAM SANG CEO

book_age18+
15.5K
FOLLOW
102.1K
READ
sweet
like
intro-logo
Blurb

Lamaran itu pun menjadi batal karena Pak Bram kena serangan jantung usai Alex tetap memilih Riva untuk menjadi calon istrinya. Alex kemudian membawa papinya ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan.  

        

Aku melepaskan jas dan membuang ke bangku. Kemudian menjambak rambut sambil tertunduk lesu. Perasaan sedih, cemas dan penyesalan berkecamuk di dalam dada. Beberapa saat kemudian aku berdiri, dengan mata yang terlihat sembab.

"Tenang Bro! Papi sudah ditangani oleh dokter terbaik di rumah sakit ini!" seru Pras yang melihat kepanikanku.

"Coba tadi Gue ga ngotot, pasti Papi sekarang baik-baik saja," ucapku penuh sesal.

"Kenapa pilih Riva sih, emang lu kenal?" tanya Pras ingin tahu.

"Sebenarnya ...." Aku pun menceritakan awal pertemuan dengan Riva dan tidak terima dengan sikapnya. Apalagi saat lamaran tadi tidak melihat kehadirannya. Aku merasa tertantang untuk mendapatkan gadis sombong itu.

Pras tampak mendengarkan dengan seksama. Kemudian ia menghela nafas panjang dan berpendapat, "Ga semua wanita itu silau dengan harta Lex dan ga semua cewek terpesona dengan ketampanan. Contohnya Riva, kalau menurut Gue, dia ga salah dalam hal ini. Ia mempunyai hak untuk menolak perjodohan itu."

Aku tidak menjawab dan hanya bisa menyesali apa yang sudah terjadi dan itu semua karena keegoisanku.

"Kita bantu doa, agar Papi bisa ngelewatin masa kritis yuk!" ajak Pras ketika mendengar suara azan sayup-sayup.

Aku mengangguk dan segera memanggil Boy untuk stand by menjaga papi. Kemudian aku dan Pras segera mencari mushola.

Malam kian larut, tetapi papi belum juga sadarkan diri. Dari jendela pintu ruang ICCU, kumelihat orang yang sangat kusayanginya itu terbaring lemah. Dengan beberapa alat medis menempel di tubuhnya.

"Pi bangun, Pi ! maafin Alex," lirihku dengan mata yang memancarkan ketakutan akan kehilangan. [Jika sesuatu terjadi dengan Papiku, kau harus membayarnya dengan mahal Riva,] gumamku sambil mengepalkan tangan menahan amarah

chap-preview
Free preview
Bab. 1 Awal perjodohan
Pak Roby tampak memegang kepalanya yang terasa pusing dan mumet. Perusahaan yang dirintisnya dari nol, kini diambang kebangkrutan. Kalah dalam persaingan pasar, membuat omset perusahaannya turun drastis. Bahkan sebagian aset perusahaan sudah dijual untuk membayar hutang. "Pah, anak-anak sudah menunggu di ruang keluarga." Tiba-tiba istri Pak Roby sudah berada di sampingnya. Pak Roby tersenyum kepada istrinya, ia merasa bersyukur mempunyai istri yang sabar dan selalu menemaninya di saat-saat seperti ini. "Semoga ini bukan keputusan yang salah ya, Mah?" ujar Pak Roby dalam kebimbangan. "Anak-anak sudah besar, Pah, mereka pasti mengerti," ucap Bu Roby menyakinkan suaminya. Tampak di ruang keluarga tiga anak gadis Pak Roby sedang berkumpul. Mereka adalah para gadis yang cantik-cantik. Si sulung Bela yang bohai dan seksi, kedua Riva sedikit tomboy dan cute lalu si bungsu Sherly yang paling cantik. Pak Roby tampak menghela nafas panjang. Sebelum menyampaikan hal penting kepada ketiga anak gadisnya. "Perusahaan Papah sedang goyah, Papah akan mengajukan pinjaman ke salah satu perusahaan besar, tetapi...." Pak Roby menghentikan pembicaraan. Terasa begitu berat untuk diutarakan kepada anak-anaknya. Bu Roby menggenggam tangan suaminya, sambil mengangguk pelan. Pak Roby pun melanjutkan pembicaraannya kembali. "Akan tetapi pemilik perusahaan tersebut, menginginkan salah satu dari kalian untuk dijodohkan dengan putra tunggalnya." "Apa?! putra tunggal," pekik Bela sambil terkejut. "Kenapa Papah tidak bilang dari awal kepada Bela?" Bela bertanya dengan mata yang berbinar. "Papah dan Mamah maunya seperti itu, tetapi Pak Bram ingin anaknya memilih sendiri di antara kalian," tutur Pak Roby yang membuat Bela menarik senyumnya. "Dasar matre," lirih Riva sambil tersenyum sinis ke arah kakaknya. "Aku ga setuju Pah, mentang-mentang dia anak orang kaya, jadi bisa memilih kita seperti barang di pasar?!" sergah Riva dengan ketusnya. "Kalau ada cara lain Papah juga tidak setuju dengan perjodohan ini." Pak Roby berkata dengan tertunduk lesu. "Sekarang keputusan ada di tangan kalian, Papah tidak memaksa," imbuhnya kembali. Untuk sesaat mereka semua terdiam dalam pikiran masing-masing. "Untuk menyelamatkan perusahaan keluarga kita aku setuju." Bela memberikan tanggapannya. Sementara itu Riva terdiam, ia bingung harus bicara apa dan kini semua mata tertuju kepada Sherly. "Terserah Papah dan Mamah saja." Sherly berkata dengan lembut. Bu Roby pun memeluk anaknya erat. *** Di rumah Pak Bram. Pak Bram adalah seorang pengusaha yang kaya raya yang mempunyai beberapa perusahaan dan investasi lainnya. Ia tinggal di rumah yang begitu megah dan mewah, bersama dengan anak tunggalnya, Alex. Selain mereka juga ada orang kepercayaan, bodyguard serta asisten yang menemani, tetapi bagi Pak Bram untuk rumah sebesar itu tetap terasa sepi. Maka daripada itu ia ingin Alex segera menikah dan memberinya cucu yang banyak. Alex adalah seorang pemuda yang tampan, bodynya pun Atletis. Pewaris tunggal keluarga Bramasta. Tentu dengan apa yang ia miliki, tidaklah sulit baginya untuk mendapatkan wanita. Mungkin karena terlalu sibuk bekerja ditambah lagi dengan sikapnya yang dingin dan cuek kepada wanita. Sehingga sampai usianya yang sudah 30 tahun, ia masih menjomblo. Banyak wanita yang tergila-gila kepadanya, tetapi Alex hanya menganggap mereka sebagai hiburan semata. Ia belum berniat untuk menjalin hubungan yang serius dengan siapapun. Baginya wanita itu mudah untuk ia dapatkan jika dirinya menghendaki. "Pergilah ke rumah Pak Roby! ia mempunyai tiga anak gadis yang cantik. Pilih salah satu dari mereka untuk menjadi istrimu!" seru Pak Bram dengan serius sambil menatap Alex dengan penuh harap. Dengan wajah yang malas Alex pun menjawab, "Iya, Pi." Kemudian Pak Bram meninggalkan Alex dan orang kepercayaannya, Pras. "Makanya jangan sibuk kerja terus! Sudah waktunya punya istri lu, ganteng-ganteng jones," ledek Pras sambil tertawa kecil. "Lu sendiri aja jomblo?" Alex balik menyindir Pras yang membuatnya terdiam. "Kan ada tiga orang, lu pilih satu! Sisanya buat gue ya?" ledek Pras kembali sambil menaikkan alisnya. "Terserah," jawab Alex dengan acuh. Setelah memperhatikan Alex yang hanya memakai sweater dan celana jeans, Pras pun bertanya, " Lu, yakin ga mau ganti baju?" "Memang kenapa? Begini gue juga tetap ganteng kok," ujar Alex berbangga diri. Pras hanya menggelengkan kepalanya sambil memberikan saran, "Kita itu mau bertamu jadi harus berpakaian sopan." "Ribet banget sih, ya udah gue ganti dulu." Alex pun berlalu ke kamarnya sambil menggerutu. Tidak lama kemudian, Alex sudah kembali dengan pakaian casualnya. Sehingga lelaki itu terlihat sangat cool dan keren. "Nah gitu dong, ayo kita berangkat! Pake mobil apaan ni?" tanya Pras sambil berlalu. "Pajero aja!" jawab Alex dengan santai mengikutinya. Boy segera bersiap ketika melihat Tuan Mudanya hendak pergi. Lelaki bertubuh besar itu memang selalu stand by untuk turut kemana pun tuannya pergi. "Boy kamu ga usah ikut! Biar aku saja yang menemani, Tuan Muda!" seru Pras. Lelaki bertubuh besar itu melihat ke arah Alex yang mengangguk kepadanya. Pras kemudian mengemudikan mobil hitam itu dan meluncur ke alamat yang dituju. Di sepanjang perjalanan Pras memberikan arahan kepada Alex yang jutek itu. Agar lebih ramah kepada wanita dan jangan pelit untuk tersenyum. Alex pun tidak menghiraukan, ia bosan mendengar ocehan Pras yang begitu terus. Di tengah perjalanan mobil itu berhenti di depan sebuah toko kue dan parcel yang terkenal. Pras terlihat turun dari mobil dan masuk ke toko tersebut. Sementara Alex tetap menunggu di dalam mobil. Tidak lama kemudian Pras sudah kembali dengan menenteng beberapa kotak kue dan sebuah parcel buah. Setelah itu mereka kembali meluncur menuju Kota Bogor. Ciitt .., blughk ...! Tiba-tiba Pras ngerem mendadak sehingga, kepala Alex terbentur kaca mobil. Ia pun tertawa melihat Alex yang menyeringai kesakitan. "Pras!" panggil Alex sambil menoleh dengan kesal. "Sudah sampai." Pras menunjuk sebuah rumah yang kalah besar bila dibandingkan dengan kediaman Alex. Setelah memarkir kendaraan di teras, mereka segera turun dan menuju ke pintu. "Assalamualaikum ...," ucap Pras sambil mengetuk pintu. "Waalaikumsalam ...," sahut tuan rumah. Seorang lelaki paruh baya dan wanita berkerudung muncul dari balik pintu. Pak Roby dan istrinya menyambut kedatangan Alex dan Pras dengan ramah. Setelah memperkenalkan diri, mereka dipersilahkan masuk. Di mana Bela dan Sherly sudah menunggu di ruang tamu. "Perkenalkan, ini Putri saya Bela dan Sherly." Kedua anak gadis Pak Roby pun tersenyum manis. "Hai! Pras," ucap Pras sambil menyalami keduanya. Melihat Alex diam saja, Pras segera menyenggol kaki pemuda itu. "Alex." Dengan malas Alex menyebutkan namanya sambil mengulurkan tangan. "Maaf, bukankah Bapak mempunyai tiga orang putri?" tanya Pras membuka pembicaraan. "Iya maaf, putri kedua Saya sedang tidak enak badan," jawab Pak Roby berbohong. Pras merupakan pemuda yang ramah dan supel. Sebentar saja ia sudah terlihat akrab dengan keluarga Pak Roby. Beda dengan Alex yang hanya tersenyum dan mengangguk, saat Pras menyinggungnya. Bela tampak kagum dengan ketampanan Alex. Ia tidak melepaskan pemuda itu dari pandangannya. Gadis itu terlihat sengaja menonjolkan dadanya yang montok. Sehingga membuat Alex jadi salah tingkah. Sementara itu, Sherly terlihat lebih banyak menunduk. Gadis itu tampak tersenyum malu ketika tatapannya beradu dengan Alex. Lelaki itu hanya tersenyum simpul melihat keluguan gadis itu. "Maaf, Pak! boleh numpang ke kamar kecil?" tanya Alex kepada Pak Roby. "Oh ya, silahkan! lurus saja mentok belok kanan ya!" jawab Pak Roby sambil mengarahkan. Alex pun berdiri dan berlalu pergi. Sebenarnya ia tidak ingin ke kamar mandi, tetapi Bela membuatnya menjadi gerah. Riva terlihat sibuk di depan laptopnya, tiba-tiba perutnya terasa lapar. Sebenarnya ia enggan turun ke bawah, tetapi ia merasa haus juga. Akhirnya Riva memutuskan untuk mengambil makanan di dapur. Riva menuruni anak tangga dengan perlahan. Sesampai di bawah ia mendengar suara orang sedang ngobrol. Riva pun berpikir Pasti orang tuanya sedang bercakap dengan anak orang kaya itu. Gadis itu segera menuju ke dapur kemudian, ia membuka kulkas dan mengambil sekotak jus dan sebungkus biskuit coklat. Sepertinya itu cukup untuk mengganjal perutnya. Setelah membasuh mukanya, Alex berniat kembali ke ruang tamu, tetapi langkahnya terhenti ketika melihat seorang gadis di hadapannya. Gadis dengan tubuh sampai yang mengenakan jeans biru 7/8 dan t-shirt yang pres body itu terlihat sangat cute sekali. Riva juga terkejut saat melihat lelaki asing di rumahnya. Alex tersenyum saat pandangan mereka bertemu. "Hai!" sapa Alex mencoba untuk ramah. Seulas senyum mahal pun terukir di wajahnya yang cool. Riva tidak membalas ucapan Alex. Ia memasang wajah juteknya dan berlalu pergi. Alex menarik senyumnya, ia merasa kesal sekali dengan kesombongan gadis itu. Belum pernah dalam sejarah hidupnya, ia diacuhkan oleh seorang gadis. Selama ini semua wanita langsung klepek-klepek melihat ketampanannya. Apalagi kalau tahu, siapa Alex Bramasta pasti semua cewek pada berebut jadi calon istrinya. Alex terlihat bete saat kembali ke ruang tamu. Ia pun segera berbisik kepada Pras untuk pulang. Melihat raut wajah Alex yang sudah jenuh akhirnya, Pras pamit kepada Pak Roby dan keluarganya. "Maaf, Pak, sudah malam kami mohon undur diri," ucap Pras dengan sopan. "Baiklah kalau begitu. Tolong sampaikan salam saya untuk Pak Bram," jawab Pak Roby dengan ramah. "Iya Pak, Bela, Sherly kami pulang dulu ya," pamit Pras yang dijawab anggukan oleh kedua gadis itu. Alex dan Pras segera berdiri dan berlalu untuk pulang. Pak Roby dan istri terlihat mengantar tamunya sampai depan pintu. Mereka pun memandang pajero hitam sampai hilang dari pandangan. Perkenalan singkat itu telah memberi kesan tersendiri bagi Alex dan Pras. BERSAMBUNG

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Satu Jam Saja

read
593.3K
bc

Marriage Not Dating

read
549.6K
bc

GADIS PELAYAN TUAN MUDA

read
464.5K
bc

Hello Wife

read
1.4M
bc

Fake Marriage

read
8.5K
bc

A Secret Proposal

read
376.3K
bc

Noda Masa Lalu

read
183.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook