Suasana luar biasa tegang. Sandi yang berdiri berhadapan dengan istrinya tampak murka. Sudah cukup berhari-hari dia menahan emosi, dan pura-pura bodoh di rumah setelah tahu perbuatan biadab istrinya. Terlebih setelah bertemu Shera mulut Isma makin keterlaluan berancunnya. Sandi menyesal, kalau dulu dia kukuh menceraikan wanita ini mungkin Isma tidak akan bertindak gila membunuh Yusnita dan mencelakai anaknya.
Isma menggeram marah. Dia yang dasarnya memang tempramental langsung tersulut begitu ditampar oleh suaminya. Apalagi di hadapan banyak orang dan Shera. Itu benar-benar melukai harga dirinya sebagai istri yang seharusnya mendapat simpati, karena jadi korban perselingkuhan suaminya. Bukannya malah jadi sasaran bully mereka.
“b******n kamu, Sandi! Semua jadi begini juga salahmu, sialan
