Siang yang cerah menyambut hari keberangkatan Nadira. Tadi dia sudah menyelesaikan tugas di sesi makan siang di restonya, setelah itu ia langsung pulang dann bersiap ke bandara. Nanti malam Resto mulai tutup dan baru akan buka lagi hari sabtu untuk makan malam karena ia akan pulang sabtu menjelang siang. Dan siang ini koper kecilnya sudah rapi di sisi ranjang. Ada perasaan aneh di dadanya, semacam harap sekaligus waswas yang sulit dijelaskan. Jakarta sebenarnya tidak punya tempat khusus di hatinya, dia biasa pulang pergi dalam waktu singkat, hanya ada keperluan, lalu pulang. Ia tidak punya sahabat untuk diajak bertemu, hanya ada orangtuanya, itupun mereka sedang di Bandung sekarang. Tapi janji Bian yang akan menemuinya besok, membuatnya agak berdebar, meskipun nanti akan ada Clarissa. Na

