PROLOGUE
Malika yang menganggap dirinya dibesarkan sepenuh hati seperti kecap manis di iklan nyatanya harus berhadapan dengan hal tak terduga. Sepulang kerja part time di sebuah supermarket yang ada di kotanya harus mengalami hal diluar nalar dia. Bagaimana tidak? Dia dinikahkan oleh pria yang sama sekali belum dia kenal dan juga belum dia temui. Saat itu, dia dinikahkan oleh duda beranak satu oleh ibu nya. Memberontak? Tentu saja, tapi Malika hanya bisa mengatakan sedikit saja karna dia takut menyakiti perasaan ibunya.
"Sah?" Tanya penghulu.
"Sah!!" Teriak para saksi disana.
Malika hanya mengedip-edipkan matanya, bingung, aneh, tapi dia tidak bisa melakukan apapun. Ketika penghulu menyuruhnya untuk mencium tangan pria yang kini sudah berstatus suaminya pun ia lakukan tapi dengan terpaksa! Seperti manekin tanpa nyawa, digerakkan oleh seseorang tanpa kemauannya.
**
Malam telah tiba, waktu sakral bagi pengantin baru untuk bercocok tanam setelah akad berlangsung. Seperti tadi siang, Malika hanya diam saja tidak tahu harus melakukan apa. Tentu saja, tanpa persiapan, tanpa adanya pemberitahuan sebelumnya, dan secara tiba-tiba dia sudah berstatus istri.
Rivaldi, suami Malika mendekati istrinya yang sedang melamun. Bukan karna melamun apa yang harus dia lakukan saat bercocok tanam, bukan memikirkan apa dia diatas atau dibawah!! Bukan, dia melamun karna takut. Hei!! Itu hal yang sangat wajar bukan? Malika memang sudah berumur dua puluh lima tahun, dia suka membaca buku dewasa dan menonton hmm.. 'itu'. Tapi tetap saja, membaca dengan melakukannya langsung berbeda.
"Ampun Om- dedek belum siap." Reflek Malika mengatakan itu saat Rivaldi menyentuh pundak Malika untuk menyadarkan wanita itu dari lamunannya.
"Anu!! Maksudku pelan-pelan aja ya Om. Pemanasan dulu Om, kata dibuku namanya foreplay." Malika meracau tidak jelas.
"Pelan-pelan ya Om, dedek masih virginn." Entah apa yang ada dipikiran Malika hingga dia meracau seperti itu.
"Sama, saya juga." Rivaldi menyahut.
"Hah?" Malika bingung apa yang dikatakan suaminya.
"Saya juga masih perjaka." Ucapnya lagi.
"Hah?" Malika mengulangi ucapannya. Kini dia merasa Rivaldi sedang membual. Bagaimana tidak, pria itu duda dan memiliki satu putri yang cantik, lalu kenapa Rivaldi mengatakan dia perjaka?