Eliza merasa kesal, karena langkahnya untuk menyingkirkan wanita yang memiliki suara seperti Kinanti gagal. ”Sialan! Kenapa-sih, gak yang asli, gak yang KW selalu aja buat aku senewen terus? Apa mereka dan kembaran-kembarannya di dunia ini, hanya di ciptakan untuk menyusahkan aku?” Geram Liza lagi sembari duduk di ruangan pantry umum, sembari menyeduh kopi dan duduk di kursi santai yang menghadap ke taman buatan di lantai itu. ”Bu Liza, kok ngelamun, Bu? Ada apa? Belum jam makan siang lagi, loh…” ucap seroang staff yang kebetulan melintas membuat LIza menoleh dan tersenyum dengan malas. ”Iya, saya lagi lihat situasi kantor ini, apakah ada yang harus di perbaiki, atau tidak?” Tegas Liza lagi. ”Bu-bu, ibu tadi udah denger belum, kalau kantor pak Brandon katanya di datangi sama pak Ammar

