Bram berdiri memeluk tubuh istrinya dari belakang, dagunya bertumpu ringan di pundak Kalinda. Hamparan pantai Bosowa sore itu seolah jadi saksi bisu kehangatan mereka. Angin membawa aroma asin laut, langit mulai merona jingga keemasan. Kalinda yang sejak tadi diam, akhirnya membuka suara dengan nada hati-hati. Menimbang dan akhirnya, “Mas…” ucapnya pelan. “Hm?” Bram menunduk sedikit, bibirnya nyaris menyentuh telinga istrinya. “Aku mau minta ijin… setelah kita pulang nanti… aku mau jenguk Papa.” Bram sedikit mengernyit, pelukannya tidak melonggar. “Menjenguk Papa?” Kalinda mengangguk pelan. “Iya. Aku juga mau ketemu Marina dan Kenanga. Aku… aku cuma pengin bilang kalau aku nggak akan cerai sama Mas. Apa pun yang mereka lakukan, aku tetap milih Mas.” Bram terdiam sesaat. Dadanya teras

