Sejenak meninggalkan Sonya yang masih terus dengan kebimbangannya, di sisi lain Ziona tengah panik setengah mati. "Bagaimana, Pa? Apa dia sudah sadar?" tanya Ziona yang baru saja tiba di rumah sakit pasca menjemput Sonya untuk menginap di rumah barusan. Napasnya masih belum teratur, wajahnya pucat dan keringat dingin membasahi pelipisnya. Abimanyu mengangkat kepala perlahan. Tatapan matanya sayu dan lelah, seperti seseorang yang tengah dipaksa menelan kenyataan pahit dalam sekali teguk. "Belum," jawabnya pelan, nyaris seperti bisikan. "Harapan kita sangat kecil, Ziona." Detik itu juga Ziona merasakan lututnya lemas. Dia harus berpegangan pada sandaran kursi tunggu demi menjaga tubuhnya tak limbung. Hatinya mencelos mendengar penuturan sang papa yang tak biasanya menunjukkan kelemahan

