Siang mulai menjelang, menggantikan gelapnya malam kelam yang terasa begitu panjang dan sunyi bagi Sonya. Sinar mentari menerobos lembut dari balik jendela yang tak sepenuhnya tertutup tirai, menyentuh permukaan tempat tidur yang hanya terisi satu sisi. Hangatnya tidak serta merta mampu mencairkan dingin yang bersarang di dalam hati perempuan itu. Perlahan kelopak matanya terbuka. Pandangannya masih kosong. Sunyi yang menyelimuti kamar seketika mengingatkan bahwa dia masih sendiri. Tak ada siapa pun di sebelahnya, tak ada desahan napas berat Zeron yang biasanya mengisi ruang tidur dan tidak ada pula tangan hangat yang menggenggam jemarinya saat ia terbangun dengan perasaan tak menentu. Dengan suara pelan, hampir seperti gumaman yang hanya ingin didengar oleh dirinya sendiri, Sonya

