"Pasti Kak Terama yang datang," gumam Magika pelan, suaranya hampir tak terdengar. Ia merapikan sedikit gaun pengantinnya yang masih ia kenakan, memastikan dirinya tetap terlihat sempurna. Dengan langkah hati-hati, Magika berjalan mendekati pintu. Tangannya sempat ragu-ragu, tapi akhirnya ia membuka pintu perlahan. Pintu terbuka, dan wajah yang muncul ternyata adalah Rania. “Eh, Ibu!” seru Magika dengan sedikit terkejut. “Buat aku kaget saja,” lanjutnya sambil meletakkan tangan di dadanya, mencoba menenangkan detak jantungnya yang sempat melonjak. Rania tersenyum lembut, lalu melangkah masuk. “Kamu mengira suamimu yang datang, ya?” tanyanya sambil menatap putrinya dengan pandangan penuh kasih. Magika hanya tersipu malu. Ia tidak menjawab, tapi raut wajahnya sudah cukup menjelaskan. Ra

