bc

One Night With Presdir

book_age16+
4.3K
FOLLOW
25.1K
READ
love-triangle
one-night stand
arrogant
scandal
CEO
drama
sweet
office/work place
like
intro-logo
Blurb

free!

Karena mabuk, Deirdre membuat kesalahan satu malam. Saat terbangun, tidak ada sehelai pun benang yang menempel di tubuhnya. Lalu, saat ia melirik ke sisi ranjang sebelahnya, seorang pria tengah terbaring dalam keadaan yang sama.

Meski tidak ingat dengan kejadian semalam, pria itu menyakinkannya bahwa mereka sudah berhubungan intim. Lalu, pria sedeng itu malah meminta pertanggung jawaban. Padahal, yang rugi kan Deirdre!

Lalu, ia mendengar kabar kalau pertunangan kakak tirinya, Ciara, batal karena calon prianya kabur. Suatu ketika, Ciara menceritakan tentang pria yang dijodohkan dengannya.

Betapa kagetnya Deirdre begitu mendengar nama pria itu. Enrique, nama yang sama dengan pria yang tidur dengannya beberapa hari yang lalu.

Tidak mungkin! Apakah ia telah tidur dengan calon kakak iparnya?

Sumber: https://unsplash.com/photos/qZsonkfRwkw

font by: Editor Foto

update setiap jam 15:00

chap-preview
Free preview
Mungkin, aku sudah tidak waras
Musik DJ yang begitu kencang dan cepat, semakin membuatnya panas dan bersemangat untuk terus bergoyang.  Orang-orang juga senang dengan adanya gadis bergaun ungu yang menari-nari di atas panggung tempat DJ memainkan musik. Mereka tertawa, entah mencemooh atau merasa senang dengan tariannya. "Wuuuhuuuu! Mainkan lagi musiknyaaaaa!" teriaknya, membuat suasana semakin riuh.  Tidak. Gadis itu bukannya gila, hanya mabuk saja. Dia mencampurkan sedikit wiski dengan bir ke dalam minumannya, lalu menenggaknya sampai beberapa sloki. Padahal, baru kali ini ia minum alkohol.  Semua bersorak untuk gadis itu, membuat gerakannya semakin agresif. Namun, selang beberapa saat ia mengangkat tangannya sembari berkata, "Sudah. Sudah. Sudah cukup bersenang-senangnya. Terima kasih pada kalian. Aku cinta kalian. Mmmmuaaaah!" Ia menempelkan tangannya ke bibir, lalu merentangkannya seolah sedang membagikan ciumannya. Gadis itu menuruni panggung dengan langkah gamang dan tubuh yang terhuyung. Beberapa kali, hampir jatuh, tapi ia berkata bahwa dirinya baik-baik saja. "Mungkin karena sepatu yang merepotkan ini!" makinya sambil melepas sepatu hak tinggi berwarna hitam. "Mending aku copot saja." Semua orang menyingkir, memberi jalan pada gadis mabuk yang sedang menenteng sepatu itu.  Entah karena tersandung, atau memang kakinya sudah tidak kuat lagi menopang tubuhnya, ia terhuyung lalu jatuh di pelukan seorang pria dan tidak bangun lagi.  Orang yang melihatnya kaget dan saling berbisik lalu, ada seorang pria yang maju ke depan lalu berkata: "Pacarnya, ya, Mas? Udah mabuk tuh! Bawa aja pulang." Wajah dingin pria tampan blasteran asia timur itu tampak tak senang dengan ucapan pria itu.  Pacar? Siapa yang mau pacaran sama gadis gila dan mabuk, yang berjoget-joget di depan umum? Mungkin begitulah isi hatinya. "Maaf, tapi dia—" sangkal pria itu, berusaha sabar. "Sayang ... kenapa kenapa kamu lama banget datangnya? Aku kangen ...," lirih gadis itu, kemudian cegukan. Pria itu mendesis, wajahnya terlihat jengkel. Tentu saja, igauan gadis gila ini membuat mereka percaya.  Ia menghela napas panjang. Ya, sudahlah! Akhirnya, ia mengangkat tubuh gadis itu, keluar dari kerumunan orang dan klub malam itu. Akan tetapi, mau dibawa ke mana gadis ini? Pria itu berpikir sambil membawanya menuju mobil sport-nya yang berwarna merah.  Rumahnya saja tidak tahu di mana. Tidak mungkin kan kalau ia membawa gadis ini ke apartemennya? Ia menghela napas. "Gadis yang menyusahkan!" Leganya. Pikirnya, ia tidak bisa membopong gadis bertubuh kecil tapi berat ini sampai ke mobilnya. Oke! Sekarang, tinggal masukkan dia ke dalam mobil.  Sudah selesai, pria itu kini duduk di kursi pengemudi, lalu melajukan mobilnya.  Jalan raya tengah malam masih ramai, tapi di dalam mobilnya hanya kesunyian. Pria itu melirik, terlihat gadis itu tertidur pulas dengan mulut ternganga. Entah beberapa detik kemudian, menceracau. "Aku berusaha jadi anak baik. Mama memintaku untuk tidak memperlihatkan wajahku di depannya, setiap makan aku selalu di dapur, bahkan aku rela tinggal di Australia selama 5 tahun. Terus, kenapa mama masih tidak juga menyukaiku? Apa mama tahu? Jika diukur, air mataku ini mungkin sudah aku keluarkan sebanyak satu ... ah, tidak! Mungkin memenuhi Danau Toba...." Pria itu menggelengkan kepala, lalu mencibir pelan. "Berlebihan sekali dia!" Mungkin gadis itu dengar, makanya dia menyahut gusar. "Lebay! Aku nggak lebay, tahu! Coba bayangin! Aku menghabiskan masa kecilku untuk menangisi ketidakadilan yang dilakukan oleh ibuku. Tapi, aku selalu nggak anggap dia jahat. Aku sangat sayang sama dia, melebihi rasa sayang aku ke pacar." Gadis itu berhenti karena tiba-tiba cegukan. Lalu, dia melanjutkan, "Kalau disuruh putus sama pacar, aku nggak akan ragu melakukannya. Tapi kalau disuruh putus hubungan sama mama, aku nggak bakal mau." Pria itu tak menghela napas, maupun bereaksi. Dia mendengarkan saja semua ocehan gadis itu sambil menyetir. Mungkin ada sekitar 3 menit jeda, gadis itu tak hening. Begitu ia melihat ke arahnya lagi, ternyata gadis itu tertidur. Lampu merah menghentikan sementara laju mobil. Tiba-tiba, pria itu merasakan pundaknya ditimpa oleh sesuatu. Ah, kepala gadis itu bersandar di bahunya! Pria itu mendengus kesal, lalu memindahkan kepala gadis itu ke sandaran jok dengan setengah jengkel. Eh, ternyata gadis itu malah menyandarkan lagi kepalanya ke bahu pria itu. Karena lampu hijau sudah menyala, ia hanya dapat menghela napas dan melajukan mobil dengan risi, tentunya. Mereka memasuki hotel. Semua orang yang berlalu-lalang memperhatikan mereka, yang akan menuju ke meja resepsionis.  Bagaimana tidak? Pria itu menggendong si gadis ke punggungnya! Jelas mereka heran dan bertanya-tanya. Si resepsionis tersenyum aneh melihat pria tampan yang sekilas mirip seperti artis Korea. Ia tak menyangka, bahkan berpikir kalau pria ini sedang melakukan vlog. Pikirnnya, mungkinkah ada kamera yang sedang mengambil adegan pasangan aneh itu. "Ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya wanita berseragam oranye itu. "Aku pesan kamar satu," jawab pria itu, agak tercekat karena tangan gadis asing itu. "Sebentar, ya, Pak." Si resepsionis mengetik di papan keyboard, memeriksa data.  "Bisa cepat sedikit?" protes pria itu, jengkel. Mungkin wanita itu mengerti betapa beratnya mengendong sebuah beban. Maka, ia buru-buru mempercepat kerjanya, lalu memberikan sebuah kartu yang berfungsi seperti kunci.  "Ini, Pak—" Pria itu langsung menyambar kartunya, lalu merogoh saku celananya. "Ini!" Dia meletakkan dompet itu di atas meja resepsionis. "Ambil saja berapa yang harus dibayarkan." Dengan cepat, wanita itu mengambil uang cash, menghitungnya, kemudian mengembalikan dompet itu pada pemiliknya.  "Tangan saya penuh, letakkan saja di mulut saya," kata pria itu. "Mulut?" tanya si resepsionis, tidak yakin. "Ah, baiklah." Pria itu kesal menyadari bahwa dirinya terlihat seperti orang bodoh, bahkan jadi olokan orang-orang. Ah, biarlah! Oke! Selama 30 menit, gadis asing ini menyusahkannya. Dan sekarang, dibuat letih karena harus menggendongnya sampai ke lantai 5, di mana kamar hotel yang dipesannya berada.  "Aaah! Benar-benar deh! Pinggangku sakit gara-gara dia!" gerutu pria itu, setelah meletakkan gadis itu di atas ranjang. Gadis itu menggeliat, sementara si pria duduk di tepi ranjang sambil menghela napas. Ponselnya yang ada di saku celana berdering. Pria itu sengaja tak mengindahkannya karena tahu siapa yang sedang menghubunginya. "Pasti, mereka juga telah mengirim orang untuk mencariku ke apartemen," keluhnya, kemudian mengacak rambutnya dengan frustrasi. "Aku harus tidur di mana?" Ia melirik sofa, berencana untuk tidur di sana meski tahu kalau tempat itu tidak nyaman untuk ditiduri.  Baru akan beranjak, tapi tangan gadis itu meraihnya, lalu menariknya dengan kuat hingga terjatuh menimpa gadis itu. Matanya perlahan setengah terbuka, bibirnya yang merah jambu mengulas senyum manis yang membuat pria itu terpana.  "Calvin ... kalau kamu memang nggak mau menikah denganku, baiklah ...," igaunya. Bau sekali mulutnya! Pria itu sampai menahan napas, lalu berusaha beranjak dari sana. Namun, gadis itu merangkul pinggangnya dan menahannya.  "Mau ke mana? Aku belum selesai bicara," kata gadis itu lagi. "Hei, dengar! Aku bukan Calvin!" tukas pria itu, tegas. Gadis itu tersenyum sinis. "Kamu selalu saja berbohong. Tapi cintaku padamu tidak pernah bohong. Aku rela tidak menikah, bahkan aku mau menyerahkan tubuhku agar kamu tetap di sisiku." Sudah gila, toxic, pula! Apa dia sebodoh itu, mau melakukan apa pun demi cinta? Ah, sudahlah. Sebelum sesuatu hal terjadi, sebaiknya ia beranjak dari atas tubuh gadis ini. Tapi tidak! Gadis itu malah meraih tengkuknya, lalu mendaratkan sebuah kecupan di bibirnya. Jelas, pria itu terkejut dan menegang. Namun, tidak bisa menghindar karena gadis itu semakin ganas menciumnya. Ketika gadis itu melepas ciumannya, si pria melihat air mata mengalir di pelipis gadis itu. Sambil terisak, gadis itu berkata lirih: "Tolong, beri aku kebahagiaan. Selama ini, kamu tahu kan kalau aku menderita? Selama ini, hanya kamu yang buatku bahagia." Pria itu membeku, menatap dengan pandangan sendu. "Aku memang bukan Calvin, tapi aku yang akan membahagiakanmu," ujarnya lembut. Entah gadis itu mendengar atau tidak, pria itu mencium bibirnya tanpa ragu. Lalu, pria itu memadamkan lampu hias yang ada di atas nakas.  Dalam sekejab, pakaian mereka dilemparkan ke sembarang tempat, sehingga tidak ada sehelai benang pun yang menempel di tubuh mereka. Lalu, suara desahan dan dengusan terdengar, memenuhi ruangan.[]

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Hubungan Terlarang

read
501.0K
bc

Accidentally Married

read
102.7K
bc

Crazy In Love "As Told By Nino"

read
279.5K
bc

Dua Cincin CEO

read
231.3K
bc

AHSAN (Terpaksa Menikah)

read
304.2K
bc

FORCED LOVE (INDONESIA)

read
601.5K
bc

The Ensnared by Love

read
103.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook