Perjalanan Bisnis #3

1215 Words

Aku hanya bisa berdalih melantur saat salah memanggil Zein tadi. Aku tidak sepenuhnya berbohong, aku memang tidak sengaja memanggilnya Kakak. Aku juga heran kenapa bisa mengeluarkan kata itu. Zein terus mengadu rindu padaku, jelas aku juga merindukannya. Zein menyarankanku untuk berjalan-jalan, makan enak, dan berbelanja di sela waktu kosong. Mungkin di hari terakhir nanti, karena besok hingga lusa jadwalku masih padat. “Atau mau ditemani jalan dan belanjanya?” tawarnya tanpa henti. Aku menatapnya datar dan menggeleng, membuat dia terkekeh geli di seberang sana. “Namanya usaha,” sambungnya. “Mas...,” panggilku dengan nada sendu. “Iya, ada apa sayangku?” jawabnya membuat sudut bibirku melengkung sempurna. “Kalau Vanya tidak terpilih... ih, sedih bayanginnya,” potongku cepat. “Terpilih

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD