Ajeng merangkul gadis itu dan mengusap lengannya perlahan. “Kita sama-sama berdoa ya Mbak Azkia,” kata Ajeng lirih. Azkia hanya sanggup mengangguk lemah menanggapinya. Reino menatap sang kekasih. Rasa sesal memenuhi benaknya, sebab merasa tidak mampu menjaga Azkia. Sementara Fritz dan Gunawan tampak diam memerhatikan. “Mbak Ajeng, Mbak Azkia, ada yang harus saya sampaikan lagi,” kata pak Maman. “Silakan, Pak Maman,” Ajeng mendahului Azkia yang seperti enggan membuka mulut. “Satu lagi. Jikalau memungkinkan, bisa nggak, kegiatan di area situ dikurangi? Maksudnya jangan segaduh sekarang ini. Usahakan supaya nggak terlalu banyak orang. Kadang kita sulit mengont

