“Akhirnya, pulang juga.” Cita buru-buru menghampiri Harry yang duduk di lazy couch sambil menonton televisi. Sejak siang tadi, Harry sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Namun, dikarenakan kesibukan Cita yang menumpuk, ia tidak bisa pergi ke rumah sakit. “Papa bosan di rumah sakit.” Harry mengusap puncak kepala Cita yang duduk melantai di sebelahnya. “Gimana kerjanya? Masih ditaroh di marketing?” “Masih.” Hubungan Cita memang sudah baik-baik saja dengan Harry. Namun, ia masih kaku dan canggung jika harus berdekatan dengan sang papa seperti sekarang. Cita bukan Kasih, yang bisa bicara dan bergelayut manja dengan Harry tanpa segan sedikit pun. Bahkan, terkadang masih terasa aneh bagi Cita bila Harry memperlakukannya seperti sekarang. “Marketing itu, ujung tombak perusahaan,” terang Harr

